DAT | Keanehan Asma

1032 Words
Sudah 4 minggu lamanya program laktasi Asma jalani. Selama itu juga dia rutin memijat dadanya setiap 3 jam sekali untuk merangsang ASI agar cepat keluar. Seperti kata Dokter Juanda, untuk melakukan program ini dibutuhkan kesabaran dan komitmen. Dan selama ASI-nya belum keluar, Dokter menyarankan Dika untuk meminum s**u kedelai atau formula. Saat ini Asma tengah mencuri kesempatan untuk memijat dadanya di dalam kamar. Sedangkan Dika tengah digendong oleh bapak sambungnya di teras rumah. Sampai sekarang Asma selalu diam-diam melakukan kegiatannya itu tanpa sepengetahuan Basuki. Selama sepuluh menit itu dia habiskan untuk memijat serta memerah dadanya. Selama menjalani program ini, Asma mulai merasakan perubahan pada dadanya. Dari ukurannya yang bertambah besar dan ketat, serta dadanya yang mulai terasa berat. Sibuk memerah dadanya di tepi ranjang, Asma sampai tidak menyadari jika seorang pria tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya bersama bayi yang ada digendongannya. Suara terkesiap dari pria itu lah yang justru membuat Asma akhirnya tersadar. "Ya Tuhan." kejut Basuki saat tak sengaja melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat. Asma yang menyadari akan kehadiran bapaknya buru-buru berbalik. "Ma-Maaf Bapak em.. " "Ng-Nggak papa, Pak. Asma juga udah selesai." jawab Asma kikuk, sengaja menyela ucapan Basuki. Dia sadar jika bapaknya itu pasti merasa malu. Setelah membenahi bajunya, Asma segera beranjak dari ranjang. Dengan muka merah dia mendekati Basuki yang masih senantiasa memunggunginya. "Sini, Pak. Biar Asma yang gendong Dika." pinta Asma mencoba untuk mencairkan kecanggungan di antara mereka. Masih dengan muka memerah, Basuki membiarkan putra kecilnya digendong oleh kakak tirinya. Beberapa kali dia menarik napas dalam untuk menghilangkan rasa terkejutnya. Asma kini fokus menidurkan Dika yang berada digendongannya. Bersenandung pelan sembari menimangnya. Yang membuat bayi itu terbuai dan akhirnya tertidur dengan mudahnya. Basuki berdecak kagum dalam hati karena Asma begitu pandai menidurkan Dika. Padahal sudah hampir satu jam dia mencoba menidurkan bayi itu. Namun tak juga kunjung tertidur. Maka dari itu dia berniat membawa Dika ke kamar Asma untuk meminta bantuannya. Namun dia justru tidak sengaja melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat. Lagi-lagi Basuki menarik napas dalam. Bayang-bayang gunung kembar Asma terus terngiang di dalam pikirannya. Bagaimana pun juga dirinya adalah lelaki normal. Sudah hampir 3 bulan dia menduda. Dan selama itu dia hanya bisa menuntaskan hasratnya seorang diri. Sungguh malang sekali nasibnya. "Sshhh.. " Lamunan Basuki terjeda saat mendengar suara rintihan pelan yang keluar dari bibir Asma. Pria itu mengernyit bingung sembari menatap wajah putri tirinya yang terlihat kesakitan. "Kamu kenapa, Ma?" tanya Basuki tampak khawatir. Asma menggigit bibir bawahnya dengan wajah memerah. Gadis itu menggeleng kecil sembari menundukkan wajahnya. Tak ingin bertemu pandang dengan netra kelam bapak sambungnya. Basuki diam setelah melihat gelengan yang Asma berikan. Namun iris matanya terus menatap setiap pergerakan dari gadis berusia 20 tahun itu. "Ssshhh.." Lagi-lagi Basuki kembali mendengar suara rintihan Asma. Membuat dirinya merasa janggal dengan hal itu. "Kamu kenapa? Jujur sama Bapak." desak Basuki sembari memegang pundak Asma agar mau menatapnya. Setelah cukup lama terdiam, Asma akhirnya mendongak. Iris beningnya bertemu pandang dengan netra kelam milik Basuki yang menyorotnya khawatir. "d**a Asma sakit, Pak." cicit Asma dengan mata berkaca-kaca. || Basuki masih mengingat sepenggal nasihat yang Dokter Juanda berikan pada Asma. Dimana dia juga boleh memberikan bantuan pada gadis itu. Kini Basuki menyesal karena membiarkan Asma berbohong. Sehingga membuatnya terjebak di dalam situasi yang canggung ini. "Saya akan keluar sebentar agar Pak Basuki dan Dik Asma bisa leluasa melakukannya." ujar Dokter Juanda dengan senyum tipisnya. Dalam pikirannya, wanita itu berspekulasi bahwa pasangan suami istri itu pasti masih merasa malu. Sedari tadi Basuki tak hentinya menarik napasnya dalam-dalam. Iris gelapnya menatap punggung Asma dengan pandangan yang sulit diartikan. Keduanya kini tengah berada di klinik. Setelah beberapa kali Asma mengeluh sakit pada dadanya, Basuki langsung membawanya ke sini. "Pak.. " panggil Asma dengan suara yang begitu pelan. Basuki hanya membalasnya dengan deheman samar. Lidahnya terasa kelu untuk sekedar bersuara. "Bapak nggak perlu ngelakuin ini kalau nggak mau." kata Asma dengan suara lembutnya yang mendayu. Basuki terdiam sembari menengadah. Menatap plafon gypsum yang ada di atasnya dengan raut tertekan. Asma menoleh saat tak mendapati balasan dari bapak sambungnya. Ketika dia akan menurunkan pandangannya, saat itulah iris keduanya bertemu pandang tanpa sengaja. Basuki terpaku melihat wajah memerah Asma saat ini. Entah mengapa jantungnya serasa berdesir hanya dengan melihag pemandangan tersebut. Netra gelapnya lalu turun menatap punggung Asma yang masih berbalut pakaian. Namun Basuki tau jika beberapa kancing sudah gadis itu lepaskan sejak tadi. Menyadari hal tersebut membuat Basuki tanpa sadar kembali mendudukkan dirinya di belakang Asma. Lalu kedua tangannya terulur, menyelinap di antara sisi pinggang gadis itu. "Bapak melakukan ini karena saran dari Dokter Juanda." ujar Basuki yang mulai merapatkan dirinya pada Asma. Asma menggigit bibir bawahnya resah sembari mengangguk. Basuki yang melihat tak ada penolakan, lantas mulai melakukan apa yang Dokter Juanda katakan. Memijat d**a Asma dengan gerakan lembut. Tubuh Asma tersentak saat untuk pertama kalinya seseorang menyentuh aset pribadinya. Rasanya benar-benar berbeda saat dirinya sendiri yang menyentuhnya. Sensasi geli bercampur rasa asing Asma rasakan saat ini. Membuat dirinya merasa gelisah, namun juga menginginkan lebih. Di balik punggungnya, Basuki tak berhenti menggelengkan kepalanya agar tetap waras. Dia mewanti dirinya agar tidak lepas kendali. Sudah beberapa bulan lamanya Basuki tidak pernah menyentuh seorang wanita sejak Ranti jatuh sakit. Dan kali ini dia diberikan kesempatan untuk menyentuh bagian dari tubuh seorang wanita. Rasanya begitu mendebarkan di situasi saat ini. Dimana dirinya harus membantu Asma memijat d**a gadis itu. Agar ASI-nya segera keluar dan meminimalisir rasa sakit yang Asma rasakan. Asma menggigit ibu jarinya dengan raut resah karena merasakan desakan asing pada tubuhnya. Entah mengapa dia tidak dapat mengontrol suara yang keluar dari bibirnya. "Pak-hhh.. " lirih Asma dengan napas tersenggal. Basuki tak mengindahkan panggilan Asma. Pria itu terlalu fokus dengan apa yang dia lakukan sekarang. Tangannya terus bekerja memijat d**a Asma yang terasa lembut dan kenyal di tangan kasarnya. Yang tanpa dia sadari membuat gadis itu tak dapat menahan desahannya. Di tengah suasana mendebarkan itu, Asma tiba-tiba saja berjengit saat merasakan jari Basuki menyentuh puncaknya. Membuat dirinya tanpa sadar bersuara keras dan membuat Basuki spontan menghentikan aksinya. "Ma-Maaf, Ma. Bapak kelepasan." kata Basuki dengan raut tegang. Asma menoleh dengan wajah sayu. Dia lalu menggeleng dan mengatakan sesuatu yang sukses membuat Basuki tersedak ludahnya sendiri. "Asma pengen lagi, Pak." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD