Bab 1. Tantangan Gila

1075 Words
“Ah, Pak, pelan-pelan ….” Seorang wanita melenguh panjang menikmati sentuhan seorang pria yang berada dalam dekapannya. “Apakah sebelumnya sudah pernah ada yang melakukannya? Katakan!” pinta pria itu lebih menyesapnya kuat. Wanita itu pun mengaduh dibuatnya. “Ah, ampun, jangan kencang-kencang, Pak, itunya sakit!" Sang wanita merintih sambil menatap laki-laki itu dengan pandangan sayu. Seketika laki-laki itu pun meraih tengkuk lehernya dan mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Wanita bernama Miyabi itu tampak menikmati ciuman tersebut dan mengalungkan tangannya ke leher sang pria. Tangannya terulur meremas rambut pria itu sembari memijitnya. “Kamu belum menjawab pertanyaan saya, Miyabi! Apa sebelumnya pernah ada yang melakukannya?” Wanita itu pun menggelengkan kepala sebagai jawaban, lalu menatap sang atasan sambil tersenyum. “Anda adalah orang pertama yang melakukannya. Saya belum pernah disentuh seperti ini oleh pria mana pun selain Anda, Pak Leo.” Seketika sebuah senyuman tersungging di bibir pria bernama Leo yang kemudian langsung merobek pakaian Miyabi. Miyabi pun jadi terkejut dengan hal itu. “Pak—“ “Sssttt!” Seketika perkataan Miyabi terhenti begitu bibirnya disentuh oleh tangan Leo. Leo pun tersenyum menatap Miyabi. “Mulai sekarang kamu adalah milik saya, Miyabi. Tak boleh ada satu pun pria yang menyentuhmu selain saya. Apa kamu mengerti!?” Miyabi tersenyum mendengar itu. “Terus sebagai imbalannya apa? Apa yang bisa Anda berikan sama saya kalau saya bersedia jadi wanita Anda?” “Kamu bisa minta apa pun sama saya. Dan yang paling penting, saya bisa mencukupi kebutuhan hidup kamu dan keluargamu! Kamu hanya perlu patuh saja pada keinginan saya! Kapan pun saya memanggil, kamu harus selalu siap. Dan kapan pun saya menginginkannya, kamu harus bersedia memberikannya. Apa kamu menerima tawaran saya?” Miyabi tersenyum, kemudian mengangguk. Wanita itu pun memeluk Leo. Seketika senyuman di wajahnya menghilang kala mengingat keluarganya. Sepertinya dia memang tidak punya pilihan lain saat ini, selain menjadi wanitanya Leo. Dengan begitu, dia tidak perlu repot-repot memikirkan biaya rumah sakit ibunya yang sedang sakit keras. Dia juga tidak perlu memikirkan biaya kebutuhan adik-adiknya yang masih kuliah dan sekolah. Dan yang terpenting juga, Leo bisa memberikan segalanya, bahkan yang tak Miyabi minta sekalipun. *** Beberapa hari sebelumnya, tepat di sebuah bar, sekelompok wanita sedang merayakan hari kelulusan mereka. Miyabi dan teman-temannya terlihat begitu menikmati pesta tersebut. Mereka bahkan tak segan memesan banyak minuman. “Sudah, sudah, aku menyerah! Aku sudah tidak sanggup lagi kalau harus minum lagi. Aku tidak kuat,” ucap Miyabi mulai tepar. “Hah, kamu payah, Miyabi! Baru juga habis satu botol kamu sudah tepar. Gak asik nih,” ucap salah satu teman Miyabi yang bernama Grace. “Iya nih, Miyabi, tambah lagi donk! Masa gitu aja udah nyerah,” sahut Freya. Miyabi menggeleng-geleng kepala sambil mengangkat tangannya. “Aku gak bisa. Aku gak kuat lagi,” ucap Miyabi mulai kehilangan kesadarannya. “Begini aja! Bagaimana kalau kita main truth or dare. Siapa yang ditunjuk sama botol ini, dia harus menerima tantangan atau berkata jujur! Bagaimana?” Miyabi menggeleng-gelengkan kepala. “Kalian saja yang main. Aku gak ikutan!” Dia hendak pergi. Namun, lagi-lagi teman-temannya menghentikannya. “Gak bisa, Miyabi, itu gak adil dong. Pokoknya kamu harus ikut! Kalau gak, kamu harus bayar minumannya!” Miyabi tertohok. Bagaimana bisa dia membayar minuman segitu banyaknya? Dia bahkan hanya mampu menikmatinya saja karena yang biasa membayar adalah Freya. “Oke, oke, aku ikut!” Seketika Freya dan Grace pun bertepuk tangan mendengar itu. Lalu, mereka pun mulai memainkan permainannya. Sampai akhirnya, pada game pertama, ujung botol itu pun mengarah pada Miyabi. Tentu saja Miyabi terkejut melihatnya. Sementara, Freya dan Grace tampak bersorak kegirangan. Mereka pun meminta Miyabi untuk memilih antara tantangan atau berkata jujur. Dan akhirnya, Miyabi pun memilih tantangan. Seandainya dia memilih kejujuran, dia tidak bisa membayangkan pertanyaan-pertanyaan aneh macam apa yang akan diberikan padanya. Miyabi pun lebih memilih menghindarinya. “Oke, aku pilih tantangan aja. Sekarang katakan! Apa yang harus aku lakukan?” tanya Miyabi acuh tak acuh. Freya dan Grace pun tersenyum mendengar itu. “Bagaimana Grace? Kira-kira tantangan apa yang bagus buat Miyabi?” tanya Freya, Grace pun menyunggingkan senyum saat sebuah ide hadir di kepalanya. “Bagaimana kalau dia cium seorang pria? Bukankah selama ini Miyabi belum pernah pacaran? Pasti dia juga belum pernah berciuman, bukan?” Grace tertawa kala mengatakan itu. Begitu juga dengan Freya. “Grace! Apa maksudmu? Apa kamu ingin aku memberikan ciuman pertamaku sama orang gak jelas?!” Miyabi tidak terima dengan tantangan Grace. “Kamu kan tadi udah setuju, Bi. Jadi, kamu gak bisa nolak. Itu adalah tantangan yang harus kamu lakukan!” Miyabi menyunggingkan senyuman ketus pada kedua temannya itu. Dia pun akhirnya menyerah. “Baiklah. Aku akan melakukannya!” ucap Miyabi kesal. Grace dan Freya pun tertawa melihat itu. “Baiklah, kita lihat siapa yang datang pertama kali dari balik pintu. Setelah itu, Miyabi wajib mencium bibirnya dan bisa di katakan lulus!” ucap Freya. Sedangkan Grace hanya tertawa. Miyabi pun bersedekap d**a sambil menatap ke arah pintu. Banyak orang yang berlalu lalang disana. Namun, belum ada satu pun orang yang masuk. Sampai akhirnya, pintu terbuka, Miyabi pun membulatkan matanya melihat siapa yang akan menjadi targetnya saat ini. Seorang pria bertubuh kekar dengan balutan jas mewah tampak masuk dari sana. Dan di belakangnya, beberapa bodyguard mengiringinya. Tak lupa seorang pria yang menggunakan jas hitam pun dengan setia di sampingnya. Melihat itu, kedua sahabat Miyabi, Freya dan Grace pun saling melempar pandangan pada Miyabi. “Miyabi! Itu targetmu. Sekarang apa lagi yang kamu tunggu? Cepat! Lakukanlah tantangannya!” perintah Freya. Grace pun mengangguk. “Iya, Miyabi. Kau lihat, 'kan? Sepertinya pria itu sangat dingin dan cuek. Pasti dia sangat sulit untuk bisa dicium. Matilah kau, Bi!” Grace berkata. “Tapi dia punya ketampanan di atas rata-rata. Beruntung sekali Miyabi kalau bisa menciumnya.” Freya menimpali. Miyabi jadi kikuk. Dari penampilannya, sepertinya akan sulit baginya melakukan tantangan tersebut. Haruskah dia menyerah saja? Pikir Miyabi yang masih bingung. Sampai akhirnya, Miyabi pun memberanikan diri untuk bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri keberadaan laki-laki itu. Tanpa pikir panjang, Miyabi pun langsung mengalungkan tangannya ke leher laki-laki itu, lalu kemudian mencium bibirnya. Laki-laki itu hanya terdiam melihat apa yang dilakukan Miyabi padanya hingga dia pun memberikan segelas wine di tangannya kepada asistennya, dan meraih tengkuk Miyabi untuk memperdalam ciumannya. Miyabi yang menyadari hal itu pun berusaha melepaskan diri dari ciuman maut laki-laki asing yang tak dikenalnya. Namun, laki-laki itu justru tidak membiarkannya mengakhiri ciumannya. Dia terus menyesap bibir ranum Miyabi seolah jadi candu untuknya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD