Tidak Salah Lihat, kan?

903 Words
"Saya mau menjemput kamu karena orang tua saya yang memaksa. Kalau bukan karena mereka, jangankan menjemput dan satu mobil seperti ini, menerima permintaanmu untuk menikah saja, saya tidak mau." Jasmine sedikit terhenyak karena ucapan Reiner seakan-akan menjawab apa yang ada dalam pikirannya. Jasmine paham maksud Reiner. Lagi pula, siapa yang mau menikah dengan perempuan miskin dan pekerja karaoke sepertinya? Tetapi bukankah pria itu memang harus bertanggung jawab pada anaknya sendiri? Kenapa seolah-olah di sini Jasmine yang menjadi tersangka dan melimpahkan semua kesalahan padanya? "Iya," sahut Jasmine singkat. "Iya?" ulang Reiner, "Apa kamu tidak punya jawaban lain selain 'iya'? Saya perhatikan jawaban kamu dari tadi hanya iya-iya saja." "Lalu aku harus menjawab apa? Aku tidak punya hak untuk membantah ucapanmu, bukan?" Dalam diamnya, rahang Reiner tampak mengetat, membuat Jasmine yang meliriknya saat itu merasa bingung dengan apa maunya Reiner. Lagi pula, Jasmine memang tidak punya jawaban lain untuk menanggapi ucapan Reiner yang penuh keangkuhan tersebut. "Lupakan! Dan jangan banyak bicara setelah ini." ‘Siapa juga yang tadi berbicara duluan?’ desah Jasmine dalam hati seraya mengalihkan pandangan ke arah jendela sebelah kiri. Jasmine tidak berharap Reiner mau membukakan pintu mobil untuknya begitu mereka tiba di butik. Sebab Jasmine tidak pernah mendapat perlakuan seistimewa itu sebelumnya. Dan benar saja, Reiner keluar dari mobil tanpa berkata apa-apa lalu menunggu Jasmine keluar sendiri tanpa mau membukakan pintu untuknya. Jasmine mengekori langkah Reiner memasuki butik. Bangunan empat lantai itu terlihat mewah, membuat orang dari kalangan seperti Jasmine tidak berani membeli baju di sana yang harganya sudah pasti selangit. Jasmine melihat seorang perempuan cantik menghampiri mereka begitu tiba di dalam. Dia tersenyum ramah dan menghambur lebih dulu ke arah Jasmine alih-alih pada Reiner. "Jadi ini calon istri kamu? Mama benar, ternyata dia sangat cantik dan cocok jadi istri kamu." Sambil terkekeh perempuan itu memeluk Jasmine yang tampak kebingungan, meski begitu, Jasmine balas merangkulnya dan tersenyum hangat. Jasmine memang pernah bertemu dengan orang tua Reiner untuk membahas pernikahan mereka minggu lalu. "Kak!" protes Reiner dengan ekspresi keberatan akan ucapan kakaknya barusan. "Kakak jangan seperti mama dan lakukan saja tugasmu dengan benar." Feli memutar matanya malas. "See? Kamu sudah mengganggu waktu liburku dengan datang kemari, dan sekarang kamu mengomeliku?" ujar Feli pura-pura kesal. "Salahkan saja mama dan papa dalam hal ini. Dia tidak pakai dress pengantin pun aku rasa tidak masalah. Apa bedanya?" Reiner melirik Jasmine sekilas. Ucapannya tersebut sontak mendapat pukulan di lengannya oleh sang kakak. "Jaga bicaramu!" Reiner mengangkat bahunya cuek kemudian memilih menjauhi kakak dan calon istrinya. Sedangkan Jasmine yang mendengar percakapan mereka hanya tersenyum canggung. Kakak? Jadi, perempuan cantik ini adalah kakak Reiner? Jasmine bermonolog dalam hati seraya menatap keduanya bergantian. Tidak terlihat letak kemiripan mereka di mana selain pada warna mata. Melihat gurat penasaran dalam wajah Jasmine, Feli pun akhirnya kembali berkata, "Saking antusiasnya aku sama kamu sampai-sampai lupa tidak mengenalkan diri lebih dulu," selorohnya terkekeh sambil menjulurkan tangan. "Aku calon kakak iparmu, panggil saja Feli." "Oh? Iya, Kak Feli. Jasmine." Jasmine balas menjabat tangan Feli dengan masih mempertahankan senyumnya. Calon kakak ipar? Seketika hati Jasmine diliputi perasaan yang sulit sekali ia jabarkan dengan kata-kata. Jasmine sendiri bingung apa yang seharusnya ia rasakan saat ini. "Ayo ikut denganku ke dalam, kita coba beberapa dress yang sudah kusiapkan." Jasmine mengangguk. Ia sempat melirik Reiner yang tengah duduk di kursi tunggu tanpa menghiraukan dirinya dan Feli. Pria itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Feli membawa Jasmine ke sebuah ruangan khusus untuk gaun pengantin. Untuk sesaat, Jasmine terpaku begitu melihat gaun-gaun mewah terpajang di setiap sisi ruangan dan terpasang pada manekin. Tidak pernah Jasmine menyaksikan secara langsung gaun seindah dan semewah ini. Dilihat dari cara para pelayan menghormati Feli, Jasmine yakin jika Feli adalah pemilik butik sekaligus perancang busana di sini. "Kamu mau pilih sendiri atau langsung melihat beberapa gaun yang sudah kusiapkan?" Feli bertanya memastikan. "Sepertinya langsung lihat yang sudah Kakak siapkan saja." Jasmine yakin Feli pasti lebih tahu mana yang cocok untuknya. "Oke. Aku sudah dengar dari mamaku mengenai postur tubuh kamu, jadi sebelum kalian datang, aku sudah menyortir beberapa gaun terbaikku yang aku pastikan akan cocok denganmu." Feli menyuruh pelayan untuk membawakan beberapa gaun tersebut pada mereka. Sontak, Jasmine terbengong-bengong begitu melihat model gaun-gaun yang dibawakan pelayan nampak terbuka. Sebagian gaun yang Feli siapkan terlihat seksi dengan model backless, dan sebagian yang lainnya model off shoulder dengan kerah v-neck terbuka. "Kakak yakin aku cocok menggunakan ini?" tanya Jasmine dengan ragu. Feli terkekeh. Ia bisa menebak respons Jasmine akan seperti ini. "Postur tubuh kamu sangat bagus, Jasmine. Kamu akan terlihat makin sempurna dengan model seperti ini. Lagi pula, kalau Reiner melihat, aku yakin dia pasti akan suka." "Tapi... tidak mungkin Reiner menyukai penampilannya. Pria dingin itu pasti tidak sudi menatapnya lama-lama." "Tidak ada salahnya kamu mencoba. Kalau sudah mencoba dan kamu merasa tidak nyaman, kita ganti saja dengan yang lebih tertutup." Jasmine akhirnya mengangguk. Memangnya siapa dia berani-beraninya menolak tawaran kakak Reiner? Dengan dibantu oleh pelayan, Jasmine lebih dulu mencoba gaun model backless yang mampu menampilkan punggung polosnya. Jasmine sedikit kurang nyaman, tapi ia berusaha terlihat rileks demi menghargai Feli. "Perfect!" Feli berbinar-binar ketika gaun tersebut melekat begitu pas di tubuh Jasmine. "Kita tunjukkan pada calon suamimu." "Tapi, Kak..." Jasmine tidak melanjutkan kalimatnya begitu Feli tiba-tiba menarik tangannya menuju ruang tunggu. "Gimana menurutmu? Bukankah dia terlihat sempurna dengan gaun ini?" Feli berkata dengan nada menggoda yang membuat Reiner mengalihkan pandangannya dari ponsel. Reiner tertegun. Dia tidak salah lihat, bukan? Wanita yang kini berdiri canggung di hadapannya adalah benar-benar Jasmine?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD