PART 34 - SAYA MAU KOK MAS

1041 Words
"Bang nasi gorengnya tiga," ucap Mario pada tukang nasi goreng pangkalan. "Oke," jawab tukang nasi goreng yang sedang membungkuskan nasi goreng untuk pembeli yang lain. Terlihat 4 tumpukan nasi goreng yang telah siap untuk dua pembeli yang duduk di kursi. Mario merogoh dompetnya di saku celana, lalu mengeluarkan uang 50 ribuan. "Nih bang, tinggal dulu ya. Kembaliannya nanti aja." Mario meletakan uangnya di atas meja gerobak. "Baik bang." Mario menaikan tudung jaketnya, dan menaikan resleting jaket, bersiap-siap pergi ke tempat yang lain. Mario melangkahkan kakinya pergi. Mencari-cari makanan selain nasi goreng. Meskipun ia telah membeli banyak stok makanan tadi pagi, tapi ia merasa masih kurang. Dan juga takut Sena kelaparan. Seperti janjinya pada Sena, ia akan ke rumah sakit setelah isya. Setelah menyelesaikan urusannya terlebih dahulu. Mario berjalan sendirian di pinggir jalan, ditemani kendaraan yang hilir mudik berlalu-lalang. Meskipun waktu menunjukan pukul 9 malam, tapi jalanan Jakarta tidak pernah sepi. Siang dan malam sama saja. Tak pernah gelap, selalu terang dan ramai. Lampu-lampu di setiap sudut kota menerangi setiap jalan metropolitan. Mario menghentikan langkahnya di depan pintu Indomaret. Mendorong pintu kaca perlahan-lahan, lalu membiarkan pintunya tertutup sendiri. "Halo, selamat datang di Indomaret. Selamat berbelanja," mbak-mbak Indomaret menelungkupkan tangannya, tersenyum manis menyambut kedatangan pelanggan. "Selamat datang juga mbak," ucap Mario ngasal. "Loh?" Mbak-mbak kasir membulatkan matanya, bingung sambutannya dijawab. Mario melenggang masuk menuju rak yang sudah terpisah-pisah sesuai item masing-masing. "Makanan … makanan di mana ya?" gumam Mario membaca tulisan yang tertempel di rak. Ia berjalan mengitari setiap sudut rak yang tersusun rapi. 3 skill yang dibutuhkan saat berada di minimarket, supermarket, pasar, toko atau di tempat manapun ; 1. Dibutuhkan kejelian mata ekstra, untuk memilih barang-barang bagus 2. Dibutuhkan kekuatan jiwa dari Neptunus untuk menentukan pilihan mau pilih yang mana, 3. Dibutuhkan hati yang ikhlas dan lapang agar dijauhi dari sifat labil. Jangan sampai pulang dari toko menyesal karena salah beli. Niat dari rumah mau beli yang ini, malah terbeli yang itu. Lalu menangis guling-guling di rumah, menyesal, menabung, ada duit lagi, pergi lagi ke toko mau beli, eh malah kebeli yang lain lagi. Lalu menangis guling-guling di rumah, menyesal kenapa beli yang ini, lalu menabung, ada duit lagi, dan- yah sampai situ aja, mari lanjut ke cerita. Kalau dijelasin lagi bisa-bisa satu part isinya itu semua. "Nah ini dia," seru Mario setelah menemukan rak-rak makanan. Dari mulai biskuit, snack, hingga permen tersusun rapi menurut item. Mario meraih satu bungkus Chitatos rasa sapi panggang, lalu meletakannya di keranjang kuning. "Apa lagi ya? hmm …" Mario menatap semua makanan yang seolah-olah bicara padanya meminta untuk dibebaskan dari minimarket. "Ciki nya satu apa dua? Apa tiga? Tapi ciki yang di rumah sakit udah abis apa belom ya?" "Tolong tolong!" Mario yang asyik-asyiknya berpikir dikejutkan dengan suara jeritan wanita. "Serahkan semua uang yang ada di dalam sana," ucap penjahat yang ditutup wajahnya menunjuk meja kasir dengan pisau. "Engga! Ga mau!" Mbak-mbak kasir itu menggeleng. "Oh ga mau ya … oke," ancam penjahat itu lalu berjalan mendekati meja kasir. Menodongkan sebilah pisau. Buk..! Trang..! Mario memukul kepala pria itu dengan keranjang kuning. Hingga ciki Chitatos yang ia masukkan tadi ke keranjang jatuh. Dan pisau yang ditodongkan pun ikut terjatuh. Namun dengan sigap Mario menendang pisau itu hingga masuk ke kolong freezer es krim. "Aaaa," jerit mbak-mbak kasir ketakutan. Melangkah mundur hingga punggungnya menabrak rak rokok. "Sia*an," ucap penjahat itu geram sambil memegangi belakang kepalanya. Ia pun berbalik menatap Mario dengan tatapan marah. "Ayo sini lawan gue." "Baj*ngan!" Penjahat itu menyerang Mario. Mengeluarkan tinjunya untuk memukul wajah Mario, namun itu tidak berhasil. Mario berhasil menangkis serangan itu, lalu memukul perut penjahat itu berkali-kali, dan membantingnya keras ke lantai. Brak..! "Aah," penjahat itu berguling kesakitan, rasanya seperti tulang belakangnya remuk. Mario tersenyum miring, "Ga sia-sia gue belajar silat waktu TK." "Ayo bangun, masa segitu aja tepar." Penjahat itu berdiri perlahan-lahan, memegangi punggungnya, "Ga akan gue biarin lu lolos!" "Ayo aja gue mah." Penjahat itu menyerang lagi, kali ini mengeluarkan tendangannya. Namun Mario memegangi kaki itu dan memelintirnya ke belakang punggung penjahat itu. "Aaaah," penjahat itu menjerit kesakitan, kakinya dipaksa menempel di belakang punggung. Semakin keras Mario menekannya, semakin sakit juga. Mario menendang dari belakang kaki penjahat itu hingga membuatnya terbanting di lantai. "Awww ahh-" "Ayo bangun." "Bangun," tekan Mario lagi, namun penjahat itu menggoyangkan tangannya, menyerah. "Udah ... ampun." "Yaudah sana pergi. Ngapain masih disini." Penjahat itu bangun perlahan-lahan meksipun tertatih. Beberapa kali ia terjatuh saat menuju pintu, karena lututnya yang benar-benar lemas, belum lagi punggungnya yang terasa remuk. "Hah," Mario bernafas lega, setelah melihat penjahat itu keluar dari minimarket. Mario meraih chitatosnya yang malang, terlempar ke lantai karena ulah penjahat itu. Mario berjalan mendekati meja kasir, melihat mbak-mbak minimarket yang masih ketakutan. "Udah aman mbak. Ga usah takut lagi." Mario meletakan chitatos-nya di atas meja kasir. Mbak-mbak kasir menghela nafas lega, "M-makasih ya mas." Mario tersenyum lebar, "Iya mbak gapapa ko," ucap Mario mulai tebar pesona. "Kalau ga ada mas, saya ga tau lagi gimana jadinya ... mungkin saya udah abis di tangan penjahat itu." Mario menaik-turunkan alisnya, "Hehehe iya gapapa kok mbak, itu sudah menjadi tugasnya lelaki sejati. Harus membela kebenaran dan melawan kejahatan." "Hehehe iya mas." Mario menengok kanan-kiri, melihat keadaan sekitar, "Mungkin mbak-nya mau saya temenin disini?" Mbak-mbak kasir menggeleng cepat, "Oh engga mas, engga ... makasih." "Saya siap 24 jam kok mbak. Kalau mbak masih ngerasa takut." "Gapapa ko mas. Saya berani kok. Beneran." "Yaudah kalo gitu." Mbak-mbak kasir melihat Chitatos yang bertengger di atas meja, "Pesanan mas cuma satu aja?" Mario kembali tersadar, "Oh engga mbak. Masih ada yang lain ..." "Oh gitu ya, ehm mas?" "Iya mbak?" Mbak-mbak kasir itu menggaruk tengkuknya malu-malu, "Kira-kira apa yang harus saya lakuin buat mas untuk membalas budi?" "Nama saya Mario mbak, bukan Budi." "Ehm- maksudnya bukan Budi itu mas-" Mbak-mbak kasir menggigit bibir bawahnya malu, "Mario ..." "Maksud saya membalas budi kebaikan yang mas Mario lakukan buat saya." "Oh itu ... ya gampang aja si mbak ... cukup jadi jodoh saya aja." "Apa?!" Mata mbak-mbak kasir itu membulat, terkejut. "Hehehe saya bercanda aja kok mbak, ga serius." Mbak-mbak kasir itu mengusap-usap tengkuknya, "Hehehe saya kirain beneran." "Emang kalau beneran kenapa mbak?" "Saya mau kok mas." "Apa?!" Kali ini Mario yang dibuat terkejut. Apakah ini yang disebut pucuk di cinta Wulan pun tiba?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD