Part 29

1104 Words
“Apa hari ini kau ada acara?” Arsen bertanya sambil memperhatikan Fherlyn yang tengah sibuk merias wajah di depan meja rias. Sudah mengenakan pakaian semi formal yang rapi dan satu map berkas yang sudah siap di samping tas tangan wanita itu di nakas. Fherlyn hanya mengangguk sambil memasang anting di telinga kirinya. “Aku akan mengantarmu.” “Kenapa?” “Tidak boleh?” Fherlyn menggelengkan kepala dengan kaku. Terheran dengan perubahan sikap Arsen yang begitu mendadak dan tak biasa. “Tapi arah kantorku berlawanan dengan kantormu.” “Itu bukan alasan untuk menolak tawaranku, Fherlyn. Terimalah selagi suasana hatiku membaik.” Fherlyn pun mengangguk senang meskipun penawaran mengiurkan Arsen diucapkan dengan nada yang kasar. Lagipula, memiliki waktu lebih banyak untuk berduaan dengan Arsen bukanlah hal yang akan ia tolak seumur hidupnya, kan. “Aku akan melihat Adara.” Arsen berjalan keluar kamar.   ***   Sejak masuk ke dalam mobil, Fherlyn tak henti-hentinya mencuri pandang ke arah Arsen. Sesekali menyembunyikan senyum di sudut bibirnya ketika menatap kedua tangan Arsen yang memegang kendali setir. “Kenapa? Apa ada yang ingin kaukatakan?” Fherlyn tergeragap dan membuang wajah ke arah depan. Kemudian menggeleng dan menjawab dengan suara lirih. “Tidak.” Arsen diam sejenak. Tak bisa tak menyadari kebahagiaan yang terlalu kentara di wajah Fherlyn. Meski hal itu membuatnya hatinya menjadi ringan, entah kenapa ia merasa terbebani dengan kebahagiaan wanita itu. Membuatnya merasa berkewajiban mempertahankan kebahagiaan itu untuk Fherlyn dan ia tak yakin akan mampu memberikan hal itu pada Fherlyn sebesar yang wanita itu harapkan. Ia benci melihat Fherlyn menangis, ia benci melihat Fherlyn tersakiti, dan ia sangat benci melihat wanita itu bersandar pada pria lain selain dirinya. Cemburu? Perasaannya belum sampai pada tahap sejauh itu. Kecemburuan yang muncul saat melihat Fherlyn bersama pria lain hanya karena ia tak suka miliknya disentuh oleh pria lain. Ia tak suka barangnya disentuh oleh pria lain. “Aku tak tahu kau benar-benar sepolos itu atau kau memang begitu naif, Fherlyn,” decak Arsen ketika mobil berhenti karena lampu merah. Fherlyn menoleh. “Apa maksudmu?” Arsen menggeleng. “Aku hanya mengantarmu dan kau sudah tampak sebahagia itu. Jangan membuat harapanmu membumbung terlalu tinggi. Kau tahu aku tak bertanggung jawab untuk menyembuhkan luka hatimu, kan?” Wajah Fherlyn memias. “Aku hanya mencoba memperingatkanmu. Aku khawatir kau tak sanggup menghadapi luka hatimu ke depannya nanti.” “Kau mengatakan padaku untuk “Hanya karena kesalahpahaman di antara kita sudah diluruskan, bukan berarti aku akan memberimu semua yang ingin kaumiliki dariku, kan?” “Maaf ...” Fherlyn menelan gumpalan keras dan besar di tenggorokannya dengan susah payah. “... untuk kenaifanku. Lain kali, jangan lakukan apa pun yang membuatku salah paham.” Fherlyn melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu. Melompat turun dan membanting pintu mobil dengan keras. Menulikan telinga dari panggilan Arsen yang bernada perintah tak terbantahkan. Lagi dan lagi, Arsen menarik ulur hatinya sesuka pria itu. Mempermainkannya tanpa peduli bahwa ia sudah sangat lelah. Akan tetapi, bagaimana pun ia merasa begitu tak berdaya, lelah, dan menyerah pada Arsen, pada akhirnya ia tetap akan jatuh di kaki pria itu dengan menyedihkan. Mencoba mengemis remahan-remahan cinta dari pria itu yang tak akan diberikan dengan mudah. Ia sudah putus asa untuk menghancurkan kegigihan pria itu. Suara klakson yang saling bersahut-sahutan membuat Fherlyn berlari semakin kencang. Menjauh sejauh mungkin dari mobil Arsen yang ia yakini masih terparkir di pinggiran jalan. Beruntung Arsen tak membawa sopir sehingga mau tak mau pria itu harus mengurus mobilnya terlebih dulu dari para pengendara yang merongrong suapa mobil Arsen segera melaju. ‘Jangan bermimpi terlalu tinggi, Fherlyn. Arsen tak akan bertanggung jawab untuk sakit hati yang kaurasakan. Arsen tak akan menarik ucapannya hanya karena merajuk seperti ini!’ ‘Dan sebuah kemustahilan jika pria itu mengejar dan membujukmu untuk kembali ke mobil! Seharusnya kau tahu hal paling dasar dalam hubungan ini.’ Fherlyn mengingatkan dirinya sendiri penuh ketegasan.   ***   “Sial!” Arsen memukul setir mobil dengan keras. Suara klakson dari arah belakang membuatnya semakin dibakar kemurkaan. Terpaksa ia melajukan mobil dengan geram sambil sesekali melirik kaca spion mencari keberadaan Fherlyn yang mustahil akan ia temukan dari sana. Meraih ponselnya, ia menekan kontak Fherlyn. Panggilannya diabaikan oleh wanita itu untuk ketiga kalinya. Arsen pun memutar balik mobilnya dan mencari keberadaan wanita itu. Sial, sial, sial. Kenapa ia merasa begitu bodoh mencari wanita itu yang sudah jelas tak akan ia temukan. Fherlyn pasti sudah mendapatkan taksi yang membawa pergi wanita itu dari sana. Benar-benar merepotkan.   ***   Darren menghentikan langkahnya menaiki anak tangga di teras gedungnya melihat Fherlyn keluar dari taksi yang berhenti tepat di belakang mobilnya. Lalu kakaknya itu melambai ke arahnya “Aku meninggalkan dompetku.” Fherlyn mengatakan dengan tenang lalu berjalan melewati adiknya. “Apa ruanganku sudah siap?” tanya Fherlyn ketika Darren sudah menyusul langkahnya di tengah lobi. Keduanya berjalan beriringan menuju lift khusus yang ada di samping kiri bangunan. “Apa mulai hari ini kau akan datang ke kantor?” tanya Darren penuh pengharapan. “Tidak. Kau tahu pekerjaanku bukan hanya mengurusi urusanmu, kan.” Darren berdecak kesal. Kakaknya itu memang paling tahu bagaimana cara membuatnya jengkel. “Apa kau punya salinan berkas yang kaukirim padaku kemarin?” “Kenapa?” “Aku meninggalkannya.” “Apa otakmu tidak tertinggal juga?” sindir Darren sinis. Fherlyn menendang kaki Darren keras-keras. Darren yang tak sempat menghindar, mengaduh dengan keras. Tapi seketika menghentikan rintihannya saat melihat mereka menjadi pusat perhatian para pegawai yang juga tengah menunggu lift di sisi lain. Pintu lift terbuka dan Fherlyn berjalan masuk. Diikuti Darren yang menahan rasa sakit di kaki. “Kau sengaja mempermalukanku?” tuduhnya. Fherlyn tak menjawab. Ia tak punya tenaga lebih untuk berdebat dengan Darren. Darren yang menyadari kesenduan di wajah kakaknya, mendadak menghentikan gerutuannya. “Kenapa? Apa kau ada masalah dengan Arsen?” Fherlyn terdiam. “Anakmu baik-baik saja, kan?” Fherlyn masih membungkam. “Kau tahu kau bisa menceritakan keluh kesahmu padaku, kan?” “Ck, jangan menawarkan sesuatu yang mustahil bisa kau tepati, Darren.” Nada suara Fherlyn mendadak mengeras. “Apa kau sadar perbuatanmu itu bisa sangat menyakiti wanita? Jika kau memang tak bisa memberinya harapan sekecil apa pun, kau tak perlu bersikap seolah akan mewujudkan keinginannya. Merayunya untuk tetap di sisimu. Menjanjikan kesetiaan dan bersikap seolah kau pria paling bertanggung jawab, hanya untuk menutupi keberengsekanmu!” Darren tersentak dan terkejut. Mulutnya membuka nutup seperti ikan yang tergelepar tanpa satu kata pun yang sempat melewati tenggorokannya. “Kaupikir kami sebagai wanita bisa kau permainkan sesuka hatimu begitu saja? Menarik ulur hatinya tanpa peduli seberapa banyak derita yang ia dapatkan. Kau tak pernah tahu, suatu saat nanti kau akan membutuhkannya dan merengek padanya untuk tetap di sisimu. Dan kau benar-benar akan menyesal jika ia sudah memilih berhenti lalu menulikan telinganya teradap pengibaanmu.” Darren meneguk ludahnya. Telapak tangannya yang menempel di d**a, mulai bergerak mengelus menenangkan detak jantungnya. Seribu kali ia memutar otak untuk mencerna setiap kalimat Fherlyn, tetap saja ia tak menemukan pemahaman yang bisa ia terima dengan benar. “Aa ... ku tak tahu ....” “Perlakukan wanita dengan baik sebelum kau benar-benar menyesal, Darren! Dan aku akan tertawa puas menikmati penderitaanmu.” Pintu lift terbuka dan Fherlyn terengah-engah selama beberapa saat. Setelah napasnya kembali dengan normal, ia berjalan keluar. Meninggalkan Darren yang masih terpaku di dalam lift. “Tuan?” tegus sekretaris Darren yang menunggu di depan pintu lift. memecah keterpakuan tuannya. “Apa menikah memang bisa membuat orang menjadi gila?” tanya Darren pada sekretarisnya yang terbengong.   ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD