Bab 27 Drama Yuma

1143 Words
Claire mendengarkan perkataan Yuma dan lengkap komplit dengan curhatannya. "Kalau dapat duit istri tuh wajibkan?" "Memang harus dapat sih kalau istri,"sahut Claire Sebenarnya Claire tidak terlalu paham soal urusan rumah tangga dan pembagian hak istri didalamnya. Tapi dia berusaha mendengarkan dan mengerti apa yang dicurahkan oleh Claire. Claire menjadi penampung sampah semua unek-unek yang dikatakan oleh Yuma. "Masa dia lebih milih istri pertamanya. Memang gua tahu gua salah. Gua ini istri dia yang kelima," Claire shock mendengarkan cerita yang keluar dari mulutnya. "Kok mau sih nikah sama dia?"ceplosnya mendadak "Gua cinta sih sama dia atau bisa jadi dia kali yang melet gua. Jadi gue kesengsem sama dia," "Bisa gitu ya," Claire memang cukup kaget dengan cerita yang baru saja didengarnya. Claire kira dia menikah dengan pria yang benar. "Tapi aku udah ancam dia biar jangan cari istri lagi. Jadi cukup aku aja yang terakhir," "Oh," "Tapi harusnya dia nafkahin aku kan sebagai istrinya?" "Dulu pas nikahnya gimana? Kalian udah nikah kan?" "Memang sih kita nikah dibawah tangan gitu," "Kalau begitu gak sah. Setahu ku kalau nikah yang sah. Si istri baru bisa minta hak kepada suaminya apalagi minta soal uang kebutuhan anak dan kehidupan sehari-harinya," "Hmmm, saranmu boleh juga. Nanti aku minta dia untuk bener serius sama aku," "Terus anak yang sekarang ini dari mana?"tanya Claire memancingnya penasaran "Ya ini anak dari dia," "Jadi kalian punya anak sebelum nikah resmi beneran?" "Begitu kebablasan. Karena cinta kali ya," Claire lebih banyak diam dan mendengarkan Yuma. Karena memang Yuma terlihat sekali ingin didengarkan dan butuh tempat curhat. Meski Claire sedang stress dia bisa menahan dan membantu Yuma. Walaupun Yuma sudah berumur jauh darinya tapi sikapnya seperti anak kecil dan terlihat beringas serta kasar kepada anaknya sendiri. Didepan Claire, Yuma hampir mau memarahi dan bermain tangan dengan anaknya sendiri. Matanya melotot dan juga tangannya hampir saja mengenai wajah anaknya. "Berhenti,"kata Claire "Habisnya anakku nakal,"kata Yuma emosi dengan nafas mendengus "Sabar. Mama yang baik itu tidak main tangan. Kalaupun anakmu nakal kan bisa dinasehatin," "Iya sih,"sahut Yuma merendah Setelah itu anaknya Yuma menginginkan ice cream. Maka ia berkata pelan. "Mau ice," "Kamu mau ice cream gak?" "Boleh," "Tolong belikan ya, nanti aku yang bayar,"kata Yuma "Sip, mau yang rasa apa?" "Cokelat boleh nanti dikasih meses ya," "Oke," Claire pun masuk ke dalam dan menuju ke arah mesin ice cream. Dia mengambil tempat plastik untuk diisi ice cream dari mesin yang menuangkannya. Setelahnya Claire menaburinya dengan toping crunch, oreo dan cokelat warna-warni. Dia membuat es krim hingga dua. Yang satunya lagi untuk anaknya Yuma. Usai menyelesaikan pembuatan es krim. Claire membawanya dengan kedua tangannya. Dia menuju ke meja dimana Yuma dan anaknya berada. "Ini es untuk anakmu," "Ya, terimakasih," Memang selama ini Yuma kurang kasih sayang dari orangtua dan saudara-saudaranya. Sehingga dia terlihat beringas dan kejam kepada anakanya. Ternyata didikan orangtua dan lingkungan juga mempengaruhi perkembangan dan sifat karakter seorang anak. Claire mempelajari itu. Karena anak yang didik dengan kasih sayang dan yang tidak hasilnya sangat berbeda. Meskipun Claire suka bertengkar dengan ayah dan keluarganya. Tapi dia masih jauh lebih beruntung dan bersyukur karena ia masih mendapat kasih sayang dari keluarganya. Claire kira dia akan selesai dengan curahan hati dari seorang Yuma. Rupanya semuanya belum berakhir. Yuma pun menuangkan isi hatinya kembali. "Claire, kamu tahu gak? Aku tuh bisa kayak gini kenapa? Aku tuh dibedakan sama adik-adikku yang lain. Aku disekolahkan cuma sampe smp doang. Trus dimasukkinnya ke tempat yang kaya gitu. Bayangkan gimana perasaannya. Sedangkan adik-adikku itu disekolahin sampe ke bangku sma sederajat. Udah gitu aku juga pernah dituduh dan difitnah sama saudarkau sendiri," "Masa sih gimana ceritanya,"pancingnya lebih jauh Kuping Claire sebenarnya sudah memanas mendengar curhatannya tapi ada rasa kasihan kepada ibu dari dua anak ini. "Jadi waktu itu kan aku memang jatuh ke pergaulan yang salah. Tapi aku memang nakal dan merantau ke kota besar. Dikota besar itu aku menjual diriku kepada setiap lelaki disana. Namaku mulai dikenal dan banyak orang yang memakai jasaku. Karena satu dan lain hal aku kembali serta pulang kampung," "Terus masalahnya dimana?"sambung Claire "Saudaraku fitnah aku kalau aku udah jual tubuhku dan tidur dengan banyak lelaki dikota ini. Padahal malamnya aku tidak melakukan apapun. Aku baru saja pulang," "Oh," "Dia membicarakan aku ke orang-orang sekampung. Sampe semua massa datang dan mengerumuni aku yang duduk dibangku. Aku sudah seperti menjadi tawanan dalam kasus film penculikan," "Kok tegas sih sodaramu," "Iya, dia ingin mempermalukanku ke para warga kampung. Mereka pada membenci aku karena aku seperti ini. Tak ada yang mau berteman apalagi menganggapku saudara,"keluhnya "Tenang. Mereka kurang ngerti kamu," "Bukan mereka gak nerima aku. Karena baginya aku tuh kaya sampah yang bikin malu keluarga aja," Claire diam dan fokus mendengarkan. "Didepan orang banyak saudaraku memaksaku untuk mengakui bahwa uang yang dipegangnya adalah hasil dari uang kotor. Alias uang yang aku dapat dari tidur dengan bermacam lelaki. Kalau aku melakukannya aku juga akan akui. Ini keadaannya aku bukan pelaku. Kakakku mengancam kalau aku tidak mau mengaku dia akan terus mempertontonkanku seperti ini didepan orang banyak. Aku sudah seperti hewan saja dihadapannya. Mungkin aku sangat menjijikan baginya,"curhatnya lagi "Semua orang mungkin pernah jatuh dilembah gelap. Tapi ada masanya nanti akan berubah dan jadi orang benar," "Makasih ya Claire kamu udah mau dengerin, kasih masukan dan nasehati aku,"ujarnya "Sama-sama. Saranku sih harusnya kaka cari laki baru yang lebih baik dan tentunya mapan dari pada suami kaka yang sekarang. Karena kan kurang kuat pernikahan kakak. Apalagi nikahnya dibawah tangan kan. Hukum pasti lebih berat ke istri pertamanya," "Iya sih bener yang kamu bilang," "Wah, udah sore nih. Aku pulang dulu ya,"hindar Claire sambil membawa bungkusan pizza bentuk kecil "Iya, siap," Claire dan Yuma serta anaknya keluar dari restoran tersebut. "Aku antar pulang ya,"kata Yuma "Baik," Yuma pun mengantarkan Claire untuk ke terminal dan mencari bus. "Makasih ya buat hari ini," "Sama-sama," Claire pun melepas helemnya dan memberikannya kepada Yuma. Anak Yuma melihat Claire dari kejauhan. Keduanya masih memantau kemana Clarie melangkah. Hingga Claire masuk ke dalam mobil bus itu. Sebenarnya Claire merasa nyaman bergaul dan mengobrol dengan Yuma. Yuma adalah sosok orangtua kekinian. Dia gaul dan dapat diajak pengertian. Yang paling penting dalam dirinya adalah mengerti. Dia mau belajar mengerti anaknya. Hanya saja cara dia mendidik anak memang salah. Karena dia bermain kasar kepadanya. Kan seharunya bisa dibicarakan baik-baik segala sesuatunya. Claire pun pulang ke rumahnya dengan hati gembira dan senang. Dia merasa kebutuhan dan keinginannya terpenuhi. Memang selama ini dia menginginkan pizza. Namun dia juga tidak enak kalau tak berbagi pesanannya kepada Claire. Claire merasa Yuma sebagai sosok seorang mama. Claire merasakan kasih sayang dari Yuma. Sementara Yuma didalam perjalanannya. "Hahaha. Mudah sekali memang menjebak Clarie untuk bersimpati kepadaku. Aku tak menyangka semudah ini untuk membuat dia mengasihiku. Dia terlalu mudah untuk ku manfaatkan. Selaamt datang, Claire,"tawa Yuma diatas kendaraannya.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD