Bab 10 Gangguan Astral

1138 Words
"Kalau begitu kami pamit untuk pulang dulu ya," "Mangga, kuatkan imanmu ya. Percaya saja semuanya sudah selesai," "Iya," Akhirnya mereka pergi dari rumah Yovi dan melemparkan buntalan sampah aneh ke dalam sungai yang mereka lewati. Mark pun kembali masuk ke dalam mobil. "Sudah dibuang pa?"tanya Claire "Baru aja," "Didoakan dulu gak?" "Gitu aja,"jawaban Mark menggantung dan membingungkan yang mendengarnya. Malam itu Jean, Claire dan Mark kembali ke rumahnya. Pagi pun sudah tiba. Seperti biasanya Mark melakukan aktivtitas hariannya yaitu mencairkan es yang membeku di freezer. Sementara Jean memasak didapur dan Claire menulis n****+. Hans baru saja bangun. Ia merasa seluruh tubuhnya pegal-pegal. Hans pun menuruni anak tangga yang dimilikinya. Kemudian dia menghampiri Jean yang sedang duduk. "Ma, aku pegel banget nih," "Gimana kalau mama dan papa pijet tubuhmu," "Boleh juga ma," Jean dan Mark mendekati anaknya. Jean mengambilkan minyak untuk Hans. Mark memijat bagian kaki anak lelakinya pelan lalu meminyakinya dan memijatnya kembali. "Ayah, pelan-lelan," "Iya," "Aw, sakit sekali," Kemudian Jean memijat bagian tangan anaknya. Setelah area kaki dipijat. Suaminya memijat bagian bahu dan juga punggung Hans. "Benar disitu, yah," "Yang ini kan," "Coba dipijet aja disitu," Kalau dicerita kebanyakan anak yang mijetin orangtuanya. Kali ini malahan orangtua yang mijetin anak. Jadinya kebalik kan? Usai hari itu Hans kembali normal dan lebih baik dari sebelumnya. Acara pijat memijat sudah selesai. Kini Hans kembali ke lantai atas. "Lihat Hans mendingan kan?" "Iya," "Itu semua berkat temanmu," "Kita harus minum air yang diberikan dari Yovi,"tandas Mark "Sepertinya begitu," Mark menuangkan air putih ke gelas kaca yang berada dimejanya. Air bening itu berasal dari dirigen botol putih yang dibawanya waktu berkunjung ke rumah Yovi semalam. "Jean, kamu minum tiga tengguk, nanti Calire juga sama. Kalian minum setelah saya," "Baik," Mark meneguk air tersebut dan menyisakan untuk anak serta istrinya. Jean pun minum tiga kali dari gelas mini yang dipegangnya. Air itu pun masih sisa dan ada. Lalu Jean menyerahkannya gelas kepada putrinya. "Minumlah, nak," "Baiklah," Claire meneguk air dari gelas tersebut dan mengikuti apa yang dikatakan oleh ibunya. "Sudah, pahit ya," "Memang begitu," Sesudahnya Jean menuangkan air itu ke dalam ember serta membanjurkannya ke sekeliling rumahnya. Setelahnya dia pakai air itu untuk mengepel lantai rumahnya. Air tersebut bukanlah sembarang air namun sudah terdapat untaian doa didalamnya. Keadaan semakin membaik. Namun sampai suatu hari. Hal aneh terjadi. Saat itu Claire sedang mengetik n****+ yang akan dibuatnya. Dia baru menyelesaikan ratusan kata. "Aku save dulu deh,"tuturnya Claire menaruh ponselnya diatas sebuah meja. Dia pun pergi ke kamar kecil dan membuat lega dirinya terlebih dahulu dengan membuang yang seharusnya. Akhirnya Claire kembali ke meja dimana ia menaruh ponselnya. Claire membuka kembali notepad. "Lho kok hilang," "Kenapa Claire?" "Tulisanku gak ada," "Dari tadi itu ponsel ditaruh sana," "Mama becandanya gak lucu," "Beneran dari tadi mama kan lagi ngelicin. Lagipula mama gak tahu password ponselmu berapa?" "Hilang beneran mah tulisanku," "Kamu ngetik ulang aja," "Ya, mikir lagi deh," Claire menulis bab tersebut dan mengulang semuanya dari awal. Dia harus berpikir keras agar mendapatkan ide dan menulisnya kembali. Tiba-tiba Jean mendengar bunyi telepon. Jean mengangkat gawainya. "Halo?" "Jean, kamu kapan mau datang ke sini?"tanya ayahnya "Besok ya, ayah," "Papa tunggu kedatangan kamu dan suamimu ya," "Oke," Tibalah hari yang baru. Jean mendatangi kamar Hans. "Hans kamu mau ikut papa dan mama?"ajaknya "Mau kemana?" "Rumah kakek bagaimana?" "Yauda, kapan?" "Sekarang," "Aku mau mandi dulu ya,"ucap Hans Jean keluar dari kamar anak bungsunya. Kemudian dia mendatangi Mark. "Hans mau ikut kita," "Siap-siap," "Dia memang sedang mandi dulu," Mark mengumpulkan barang-barang yang akan dibawanya mulai dari alat elektronik, dan hal lainnya. Sementara Jean sedang membereskan makanan yang akan dibawa untuk bekal dalam perjalanannya. Jean mengambil kotak plastik yang berbahan platform. Lalu mengambil nasi daro magic jar dan membagi rata untuk bekal yang dibawanya. Claire menghampiri Jean yang sedang menyediakan makanan untuk perjalanannya. "Bikin apa ma?"tanya Claire "Lagi bikin untuk ke kota," "Oh," "Kamu mau ikut pergi bersama kami?" "Aku dirumah aja ma," "Ya sudah kalau kamu maunya begitu. Mama bikinkan makananmu diatas piring. Jadi kamu tinggal buka tudung sajinya saja," "Mama atur sajalah," Semua bekal sudah tersedia diatas meja makan. Jean memindahkan plastik berisi makanan ke dalam mobil pribadinya. Claire pun berjalan menuju ke lantai atas. Dilihatnya Hans sedang berkaca dan merapikan dirinya serta menyemprotkan parfum yang dipegangnya. "Harum banget,"tutur Claire "Iya dong," Mark pun naik ke lantai atas juga. Claire sedang duduk disofa. "Kamu pergi juga?"tanya ayahnya "Dirumah aja," "Oh, Hans sudah mandi?" "Udah dong," "Papa mandi dulu kalau begitu," Ayahnya memasak air panas dan itu berarti Claire harus lebih bersabar menunggu giliran mandi. Setelah air itu matang maka Claire memasak air. "Ayah, ibu dan adikmu berangkat dulu ya. Kamu bener mau dirumah aja?"tanya Mark memastikan keputusan anaknya "Iya, ada hal yang harus aku kerjakan," "Oke," Mark pun turun ke bawah melalui anak tangga yang ada. Hans mengikutinya dari belakang. Jean sudah menunggunya dikursi. "Claire mau ikut?"tanya Jean penasaran Habisnya putri yang satu ini suka tidak mau diajak keluar rumah. Ada saja yang ia kerjakan. "Katanya dirumah saja. Bukan begitu Hans?"kata Mark Hans mengangguk dan menyetujuinya. Semua barang sudah dimasukkan ke dalam mobil. Kemudian Jean berteriak keras dari bawah. "Mam, pergi dulu ya, Claire," "Iya," Begitulah komunikasi yang terjadi antara satu orang dengan lainnya dikeluarga ini. Ketiga anggota keluara tersebut menaiki kendaraan yang ada dan segera melaju berlalu. Claire melihat isi baterai ponselnya berkurang. Maka ia mau mengisi baterai yang sudah terlihat lemah. Maka Claire mencari casan ponsel tersebut. "Duh, mana ya koo gak ada sih? Aku mandi dulu aja kali ya," Setelah Claire mandi sore. Dia mencari ulang benda tersebut. Claire mencarinya dikamar namun tak ada. Dia juga mengobrak-abrik diluar kamarnya tapi tak menemukannya juga. Karena Claire sudah kesal maka ia menelepon ibunya. Mereka sedang berada dalam perjalanan. "Ma, casan aku dibawa sama mama kah?" "Enggak, ada dirumah," "Tadi mama taruh diatas meja bawah," "Aku cari gak ada ma," "Coba kamu cari ulang," Jean menutup teleponnya. Dia berusaha mencari kembali dan mengeluarkan barang-barang diatas mejanya. Satu persatu barang dimejanya ia singkirkan. Claire melihat ke kanan dan ke kiri. Namun ia tak menemukan apapun disana. Menjelang malam kedua orangtuanya beserta adiknya datang kembali. Jovella masih saja mengetik dimeja bawah berbentuk kotak persegi. Ayahnya masuk dan langsung mengisi baterainya. "Claire itu casannya ada disana,"tunjuk Jean Claire melihat ke arah yang dibilang Jean. Claire mengucek kedua matanya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Tadi mama bawa casannya?" "Enggak," "Tapi kok aku cari gak ada?" "Berarti kamu kaya yang dialami oleh mama kemarin. Mama kehilangan buku," "Kalau dibilang gak percaya. Aku juga ngalamin sih. Masalahnya disitu," "Kayaknya sih ada yang jahil sama kita," "Mereka gak capek apa ya kerjain kita muluk. Waktu itu sinyalku. Sekarang casan, kemarin buku. Ada-ada aja," "Namanya bangsa begituan. Mereka pasti seneng jahilin manusia,"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD