Aku benar-benar tak tahu di mana letak otak Tanaka. Aku juga tak tahu di mana letak otakku. Harusnya aku tak marah pada K’Tana, tapi marah pada diri sendiri. Berulang kali aku menjadi bodoh karena dia. Aku menyadarinya dan masih terus mengulang kebodohan itu. “Kau... baik-baik saja?” Lihat, aku kehabisan napas hanya untuk mengejar pria yang berkali-kali mematahkan hatiku ini. Aku memandanginya dari atas sampai bawah. K’Tana terbaring di kasur rumah sakit dengan kaki kanan diperban. “Mana ponselmu?” Aku mengerutkan kening mendengar pertanyaannya. “Ada, kenapa?” Aku mencari-cari benda pipih itu tapi tak menemukannya. Di mana ponselku? Seingatku aku membawanya tadi. “Astaga. Sepertinya aku meninggalkannya.” Aku menepuk dahi. Aku terlalu khawatir sampai meninggalkan ponsel di condo. K’