5. Suara Hati

1014 Words
"Terima kasih Bie, kau mau mengerti posisiku. Aku akan berusaha agar tidak mengecewakanmu". Kata Gladys. Meski begitu, hatinya merasa gelisah semenjak diputuskannya dia untuk bekerja di Mansion Direktur Raziel. Entah mengapa Gladys merasa ada banyak hal yang akan terjadi jika dia terus dekat bersama Direktur Raziel. 'Mengapa Tiba-tiba saja singgah Perasaan gelisah, sakit, terluka? Perasaan yang tidak tahu asal usulnya ini… Apakah karena Direktur Raziel? Mengapa aku memiliki perasaan seperti ini meski hanya beberapa kali bertemu?'. Batin Gladys. Bianca dan Gladys kembali ke pekerjaan masing-masing dan melupakan sejenak apa yang sedang mereka bicarakan. **** Waktu beranjak begitu cepat, jam kerja telah usai. Semua karyawan dan staf mulai meninggalkan kantor. Gladys dan Bianca keluar kantor secara bersama, namun didepan pintu utama gedung kantor sudah bertengger mobil dan seorang sopir menanti Gladys keluar dari kantor. "Nona Gladys, saya sopir yang di tunjuk Tuan Raziel untuk menjemput anda". Kata Sopir yang membukakan pintu samping mobil. Bianca menggenggam kedua tangan Gladys dengan senyuman. "Dys, Pergilah! Kau tidak perlu khawatir. Aku akan mengatakan baik-baik pada Kak Steven mengenai dirimu. Dia pasti akan mengerti posisimu". "Terima kasih Bie, aku pergi dulu". Balas Gladys. Disaat Gladys akan memasuki mobil, dari depan samping sebuah mobil berhenti. Kaca bagian pintu terbuka dan terlihat wajah Steven tengah memperhatikan Gladys yang masuk kedalam mobil tanpa mengetahui kedatangannya. Dengan cepat Steven turun dari mobil dan menghampiri Mobil yang di naiki Gladys dengan terburu-buru. Tok.. Tok.. "Dys tunggu! Apa yang sedang kamu sembunyikan dariku?". Teriak Steven, dia mengetuk kaca mobil dengan perasaan cemas. Gladys membuka kembali pintu yang sudah tertutup rapat. "Stev, masih banyak pekerjaan yang menungguku. Untuk saat ini.. Aku harap kamu mengerti dan membiarkanku pergi.". Gladys berbicara tanpa memberi penjelasan atas apa yang terjadi. Steven menarik Gladys dan mencium keningnya, "Baiklah.. Saat ini kamu tidak memberiku penjelasan, aku akan mengerti. Kamu pergilah! Dan ingatlah selalu pandaku, aku akan selalu menunggumu kembali padaku". Kata Steven dengan membelai rambut Gladys yang dibiarkan tergerai. Dari dari dalam kantor, Raziel melihat adegan yang membuatnya begitu kesal dan jengkel. Dia dengan tangan kanan mengepal mendekati mobil yang Gladys naiki. "Apakah Nona Gladys begitu menyukai hal yang vulgar didepan umum? Apakah perlu bantuanku untuk mengeksposnya?". Tanya Raziel dengan tatapan tajam tertuju pada Steven. Steven menoleh kebelakang, dia tersenyum melihat Raziel datang menghampiri mereka. "Direktur Raziel, senang berjumpa dengan anda". Sapa Steven ramah, dia mengulurkan tangan dengan senyuman. "Tuan Steven Morgwen, seorang perwira muda sedang berdiri didepan kantorku, Apakah hanya untuk menemui pegawaiku?". Tanya Raziel balik. "Kebetulan sekali Direktur Raziel, Gladys adalah calon tunangan saya. Saya harap anda dapat menjaganya dengan baik selagi Gladys ada ditangan anda". "Kau begitu perhatian pada gadismu, Tuan Steven.. Aku tidak akan mengecewakanmu. Benarkan Nona Gladys?". Lirik Raziel pada Gladys "Baiklah Pandaku, aku harus kembali. Bianca juga sudah menungguku. Kamu jaga diri baik-baik, sampai waktu itu tiba, aku akan bersabar menunggumu untuk menemui orang tua kita". Kata Steven lembut. Gladys hanya bisa membalas dengan senyuman, entah mengapa sisi lain hatinya merasa gelisah ketika melihat tatapan tajam yang Raziel tunjukkan padanya. Steven melepas genggamannya dan pergi menjemput Bianca yang melihat semua kejadian yang terjadi. Dia pergi bersama Bianca dengan pandangan lurus kedepan tanpa menoleh kearah Gladys. Raziel yang melihat kegelisahan Gladys mendekatkan dirinya hingga membuat Gladys tersentak. "Nona Gladys, aku tidak perduli dengan urusan pribadimu. Segeralah ke Mansion! Ada banyak pekerjaan yang menantimu disana!". Perintah Raziel. Dia pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban apa yang akan di berikan Gladys. Sopir membawa Gladys ke Mansion Raziel, di sepanjang perjalanan Gladys hanya diam memandang fotonya bersama Steven yang terdapat di dalam ponselnya. Kenangan yang dia lewati selama setahun ini, dan perasaan gelisah yang singgah begitu saja, membuat Gladys merasa bahwa dirinya tidak seperti biasa. Seakan dia memiliki dua jiwa dan dua hati yang berlawanan. Di pertengahan jalan, tiba-tiba saja mobil mereka di hadang oleh sekelompok orang yang tidak dikenal hingga tanpa sengaja Sopir mengerem mendadak membuat Gladys terkejut. "Pak, mengapa berhenti mendadak?". Tanya Gladys. Dia melihat kearah depan, beberapa pria berdiri menghadang mereka. "Nona, kita sepertinya sedang dihadang oleh perampok. Nona tetaplah di dalam, saya akan mencoba untuk menemui mereka". Sang sopir keluar dari mobil dan menemui para pria yang menghadang. Baru saja sopir itu keluar, para pria itu tidak membiarkan sopir berbicara dan langsung menghajar sopir tanpa ampun. Meski si sopir sempat melawan, tapi ada hal ganjil yang terjadi. Salah satu dari mereka seperti memiliki kekuatan hingga mampu membuat sang sopir mati dalam sekejap. Gladys yang menyaksikan kejadian itu gemetar, baru kali ini dia melihat kejadian ganjil yang terdapat pada manusia yang sama sepertinya. Dari luar pintu para pria itu membuka pintu dengan paksa. Mereka menarik paksa Gladys keluar dari mobil. "Diam! Dan ikut kami dengan tenang. Jika kau berani berteriak, aku pastikan nyawamu melayang saat ini juga Nona!". Ancam salah satu dari mereka. "Siapa kalian, untuk apa kalian membawaku pergi! Aku hanyalah orang miskin, kalian salah menculik orang Tuan!". Kata Gladys membela diri "Aku tidak butuh uangmu manis! Boss kami memerintahkan kami untuk membawamu kepadanya. Mungkin dia menginginkanmu, seharusnya kau merasa terhormat. Benar! Hahaha..". "Lepas! Kalian kejam, semudah itu kalian membunuh orang yang tak bersalah. Benar-benar seperti iblis!". Umpat Gladys. Dia mencoba memberontak, namun perlawanannya tidak ada apa-apanya dihadapan mereka. "Hahaha… Kami memang iblis Nona manis, apakah akhirnya kau takut mengetahui bahwa kami bukanlah manusia? Jika kau terus memberontak, aku akan menikmati darah perawanmu yang segar ini!". Mereka menarik paksa Gladys dan membawanya masuk kedalam mobil. Disaat terdesak tanpa Gladys sadari, sisi lain dari hatinya teringat dengan Raziel. 'Raziel, kau ada dimana? Aku takut. Mengapa kau belum juga datang?'. Batin Gladys. Gladys hanya bisa mengikuti apa kata mereka dan masuk kedalam mobil tanpa perlawanan. Mobil melaju begitu saja membawa Gladys pergi. Kini dalam hatinya hanya ada nama Raziel. Berulang kali Gladys memanggil namanya berharap Raziel datang menolongnya. "Lihatlah wanita ini, baru saja dia histeris dan dalam sekejap dia terdiam. Kau memang pandai manis, diam itu akan menyelamatkanmu". Kata pria yang mencekal tangan Gladys, dengan liarnya dia bermain dengan wajah Gladys tanpa bisa Gladys melawannya "Singkirkan tangan kotormu dariku! Aku merasa jijik!". Umpat Gladys. Dia mengalihkan wajahnya menghindari tangan si pria yang mencekalnya. 'Raziel, Datanglah! Dengarkan panggilanku'.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD