27. Kecurigaan Penggelapan Dana

1122 Words
Mansion De Night Razor. 30 menit kemudian, pukul 12.40 siang mobil Raziel memasuki gerbang mansion. Penjaga yang selalu stay di tempatnya melihat kedatangan Raziel langsung keluar dari posnya dan berlari menuju ke pelataran mansion untuk menyambut kedatangan Tuannya. Begitu mobil berhenti di depan pintu utama, pria yang bertugas sebagai penjaga mansion membukakan pintu bagian kemudi tersebut, “Selamat datang Tuan. Anda kembali begitu cepat,” sapa si penjaga sembari menundukkan badan. Berniat berbasa-basi tapi pada kenyataannya justru menyinggung Raziel yang emosinya memang sedang tidak stabil. Kesialan yang hakiki! Tersinggung karena ditanya seperti itu. Raziel langsung melirik tajam ke arah bawahannya. “Kedepannya jaga perkataanmu! Bukan urusanmu aku kembali cepat atau tidak!” ucapnya lantas keluar dari dalam mobil dan membiarkan penjaga mansion memindahkan mobilnya.  Sampai di depan pintu, Raziel membuka pintu dengan cara mendobraknya. Ya … bisa dibilang dia tidak sadar jika sudah melakukan itu, dan suaranya membuat Bibi Margareth yang sedang sibuk di dapur jadi datang ke ruang utama untuk melihat. Melihat Raziel datang dengan keadaan mood yang buruk, Bibi Margareth dengan tanggap menyapa dan menawarkan kopi, “Selamat datang Tuan. Apakah perlu saya siapkan kopi untuk anda?”  Raziel mengangkat tangannya sebagai isyarat penolakan dengan mata berkedip pelan memejamkan matanya. “Tidak perlu. Aku akan langsung ke Kerajaan. Jika ada yang mencariku, katakan saja aku sedang istirahat.” Tidak banyak tanya lagi, Bibi Margareth menganggukkan kepala, “Baik Tuan. Sesuai perintah anda.” Mempersilahkan Raziel untuk melanjutkan langkah melewatinya, Bibi Margareth diam berdiri membungkukkan sedikit tubuhnya. Gerbang atau portal pribadi Raziel untuk bisa sampai ke Kerajaan Regnand berada di ruang kerja pribadinya. Ia segera kesana setelah memerintahkan Bibi Margareth untuk menjaga mansion agar tidak ada seorangpun yang masuk dan mengetahui ketidak beradaannya di mansion. Sampai di ruang kerja pribadinya, Raziel masuk ke dalam ruangan khusus yang tersembunyi. Disanalah pintu gerbang yang langsung menghubungkan langsung dengan ruang pribadi miliknya di Kerajaan Regnand. Sebelum dia melakukan melewati gerbang dimensi yang menghubungkan langsung dengan Kerajaan Regnand, Raziel melakukan sedikit sihir untuk mengubah pakaian yang sedang dikenakan menjadi Pakaian resmi Raja Kerajaan Regnand. Setelah itu, pikirannya merapalkan beberapa baris mantra dan Raziel pun benar-benar menghilang. Kastil Night of Eternity, Regnand Kingdom. Tidak butuh waktu lama, hanya beberapa detik Raziel sampai di ruang kerja pribadinya. Perbandingan waktu di dunia dengan Kerajaan Regnand sebenarnya tidak ada. Keduanya berjalan berdampingan selayaknya dua sisi koin. Sama-sama memiliki siang dan malam dengan rentang waktu 24 jam sebagai batas waktu perhitungan 1 hari. Hanya saja, orang-orang dari klan vampir lebih menyukai aktivitas malam dan menggunakan siang sebagai istirahat. Maka dari itu, tidak heran kalau jam segini keadaan Istana sepi. Sesampainya Raziel di ruang kerja pribadinya, dia tidak langsung ke ruang rahasia tempat dimana Roshalia beristirahat, melainkan melihat dokumen menumpuk di depan meja kerjanya. Raziel tahu, Roland pasti sudah melakukan yang terbaik untuk menggantikannya melakukan semua tugas Kerajaan. Karena merasa bersalah harus melimpahkan pekerjaannya pada Roland, Raziel pun memeriksa satu persatu dokumen yang ada di meja. “Sepertinya aku sudah meninggalkan banyak pekerjaan di Kerajaan ini padamu, Land. Aku harap kau tidak mengomeli ku karena semua ini,” gumam Raziel dengan senyum tipisnya.  Disisi lain, hawa keberadaannya yang hanya bisa dirasakan Roland sebagai tangan kanan yang sudah sumpah setia disisinya, membuat Roland tahu bahwa Tuannya, Yang Mulia Raziel Vincent de Alzhio telah berada di Kerajaan pun langsung meninggalkan tempatnya dan berjalan cepat menuju ruang pribadi Raziel. Tepat sesuai dugaan, beberapa menit kemudian Roland membuka pintu tanpa mengetuknya dan menghampiri meja kerja Raziel. Dia menundukkan setengah badannya, “Yang Mulia, anda sudah datang? Bagaimana dengan pekerjaan anda di kantor?” tanya Roland tanpa basa basi.  Pandangan Raziel dialihkan ke depan, “Aku sudah serahkan pada Allard. Aku kemari sebenarnya untuk menemui Roshalia. Tapi melihat betapa banyaknya dokumen yang menumpuk di meja, sepertinya aku terlalu mengabaikannya dan melimpahkan semuanya padamu.” Dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain, Roland menyahut dengan berbisik,, “Lah, itu anda tahu. Lain kali, anda harus menaikkan gaji saya jika seperti ini terus-menerus. Bahkan saya harus merelakan istirahat dan hari libur untuk menyelesaikannya,” “Apa kau sedang melakukan protes?” tatapannya menajam. Dokumen yang tadinya ditangan, Raziel letakkan begitu saja. Mood-nya yang memang sedang buruk semakin di perburuk dengan ejekan Roland. Sadar telah membangunkan iblis yang tengah berada di kobaran emosi, Roland pun tanpa sadar menelan salivanya. ‘Sepertinya aku sedang membuka gerbang kematian ku sendiri. Sebenarnya apa yang telah terjadi selama Yang Mulia di dunia? Mengapa aura kegelapan menyelimutinya bahkan sampai sensitif dengan perkataanku. Ngeri!’  Tubuh Roland merinding hebat. Padahal sudah berada di sisi Raziel selama 300 tahun lamanya, tapi sampai sekarang dia masih saja tidak terbiasa jika Tuannya itu sedang dalam mood buruk. Tidak ingin terjebak dalam tatapan tajam dan kelam dari Rajanya, Roland memandang balik padanya. “Saya tidak berani memprotes. Anda adalah Raja disini, semua keputusan dan perkataan anda adalah mutlak.” “Bagus kalau kau sadar,” Raziel mengambil salah satu dokumen yang sengaja ditaruhnya secara terpisah dan melemparnya ke depan Roland. “Sebagian laporannya sudah kulihat. Ada beberapa hal yang harus dibenahi, terutama anggaran untuk militer. Cek lagi bagian pendanaan. Telusuri siapa yang bertugas untuk mengelola dana militer. Ada yang janggal dari keterangan yang ada disini. Aku hanya khawatir ada tangan usil seseorang yang berani memainkannya dibelakang ku!” seringai tipis tak terlihat dengan tatapan tajamnya membuat Raziel terlihat tidak biasa. Ia menyandarkan punggung di kursi kerjanya dengan siku tangannya yang ditelakkan di atas meja sebagai tumpuannya. Posisinya kali ini sungguh seperti tiran yang menunggu mangsanya masuk ke dalam perangkap. Seketika dalam hati Roland merutuki kecerobohannya, ‘Brengsk! Bagaimana bisa aku kecolongan dan parahnya celah itu Yang Mulia yang menemukannya?! Aku benar-benar malu, s!aLan!’  Sadar akan kesalahannya, Roland langsung menjatuhkan tubuhnya dan bersimpuh di depan Raziel. Tidak seharusnya dia kecolongan, apalagi mengenai catatan pendanaan untuk para militer di Kerajaan. Dengan wajah tertunduk, Roland berkata, “Maafkan atas kelalaian saya yang berani-beraninya menyerahkan dokumen tidak memuaskan pada Yang Mulia. Ke depannya saya akan revisi dan menyelidiki kembali kemana aliran dana militer mengalir. Saat ini yang memegang kekuasaan atas dana militer adalah Marquess Brain Runner dari Bangsawan Valliant, cucu dari Tetua Abraham de Valliant.” “Bangsawan Valliant?” Raziel seperti sedang mempertimbangkan sesuatu, ‘Sepertinya mereka mulai bergerak, dan entah kapan aku tidak menyadarinya. Keluarga Valliant, aku pastikan akan menggulingkan kalian!’ Memang, selama 300 tahun ini Raziel cukup bersabar pada bangsawan satu ini. Bangsawan Valliant bisa dibilang otak dari para pengkhianat Kerajaan. Alasan Raziel tidak mudah untuk menyinggungnya selama ini adalah karena hampir seluruh posisi di dalam Kerajaan terdapat darah bangsawan Valliant. Belum lagi dukungan dari bangsawan lain dibelakangnya yang cukup kuat sehingga mereka mudah memainkan perannya di Kerajaan. Jika Raziel ingin meruntuhkannya, butuh bukti kuat. Dan mungkin sekarang adalah saatnya, dimana mereka lengah dan semakin melebarkan sayapnya dalam mengeksploitasi sumber dana militer.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD