Mengetahui kembarannya sakit keras, Yudhi dan Rere kembali ke Paris. Mereka sepakat akan memberikan pengobatan terbaik untuk saudara kandung mereka. Sejak lahir, kesehatan Yudha memang sedikit bermasalah dibandingkan dengan saudara kembarnya⸺Yudhi. Kini, pria itu sedang sekarat karena kanker hati dan penyakit jantung yang menggerogoti raganya.
Sebagai kakak perempuan dan dokter yang menangani banyak pasien kanker, Rere memiliki tanggung jawab besar untuk menyembuhkan adik laki-lakinya. Dia meminta agar suaminya memberi ijin, agar sementara waktu dia bisa kembali ke Paris untuk mengurus sang adik. Beruntung, Arthur suami yang pengertian. Dia memberi ijin istrinya kembali ke Paris.
Yudhi juga terpanggil sebagai dokter spesialis jantung untuk bisa menyembuhkan saudara kembarnya, walaupun berat baginya kembali ke Paris karena dengan begitu, dia akan bertemu dengan wanita yang dulu pernah singgah dihatinya sampai saat ini.
***
"Kenapa kamu kembali?" tanya Dara.
Pasalnya, sudah lima tahun Yudhi pergi begitu saja ke Korea tanpa kabar sedikit pun dan tanpa ada yang tahu kecuali Alisha sang mama mertua.
"Kembaranku sedang sakit. Sudah kewajibanku menyembuhkan dia," jawabnya singkat.
"Di sini banyak dokter yang kompeten," balas Dara ketus sambil mengusap perutnya yang sudah besar.
"Maaf," ucap Yudhi lirih.
"Maaf? Untuk apa?" tanya Dara lagi yang masih dengan nada ketus.
"Untuk semua. Maaf untuk kesalahan yang sudah kubuat. Aku tahu, aku salah telah meninggalkan kamu dan membiarkan Yudha menikahimu. Maaf karena aku pergi tanpa pamit. Namun, sungguh semua itu untuk kebaikan kita semua. Aku tidak ada niat mempermainkanmu dan mempermainkan cinta kita dulu, tapi Yudha lebih membutuhkan kamu," ungkap Yudhi.
Praktis, ucapannya membuat air mata Dara langsung terjun bebas tanpa dapat dia cegah.
"Tapi aku juga membutuhkanmu, Dhi."
"Sudahlah, semua sudah menjadi masa lalu kita. Kamu juga saat ini sudah mencintai Yudha 'kan? Sudah berapa bulan?" tanya Yudhi sambil mengkedikkan dagunya ke perut Dara yang sudah terlihat besar itu.
Kedua mata Dara berkaca-kaca. Kehamilan wanita itu menandakan ada cinta diantara dirinya dan Yudha sampai muncul buah cinta itu di dalam rahim yang menjadi sebuah bukti konkrit. Dara tidak dapat berkata-kata lagi. Hati Yudhi perih melihat wanita yang dia cintai menangis sampai tidak dapat menahan dirinya. Yudhi langsung menghampiri lalu memeluknya erat. Dara adalah wanita yang dulu pernah dia cintai, tapi kini statusnya telah menjadi ipar.
Tanpa mereka sadari, di balik tirai jendela kamar. Ada sosok yang mendengar dan memperhatikan gerak gerik mereka. Kenyataan pahit yang dia terima ketika mendengar kenyataan sebenarnya. Hatinya teriris mengetahui kalau istrinya adalah wanita yang dicintai saudara kembarnya dan tagisnya, sang istri juga mencintai pria itu.
Di balkon rumah sakit, Yudhi dan Dara saling berpelukan sedangkan di balik tirai jendela kamar, Yudha sedang meringis dan meremas bagian kiri d**a karena jantungnya yang mendadak nyeri setelah mendengar kenyataan antara istri dan saudara kembarnya. Pria itu berusaha menetralkan kembali kondisinya hingga rasa nyeri jantungnya berkurang. Akan tetapi, usahanya sia-sia.
***
Mata Rere membola ketika dia masuk ke dalam kamar rawat Yudha. Wajah pria itu berkerut menahan rasa sakit sambil mencengkeram bagian kiri dadanya. Menandakan jantungnya sedang bermasalah. Dengan sigap, Rere langsung memberikan pertolongan pada adiknya itu sampai rasa nyerinya berkurang.
"Kenapa bisa kambuh?" tanya Rere.
Sebagai seorang dokter, dia sangat mengerti kenapa jantung pasiennya bisa mendadak nyeri. Salah satu faktornya, kalau bukan obat yang tidak rutin diminum pasti ada pikiran yang menjadi pemicu.
"Gak tau," jawab Yudha singkat karena dia tidak mau kakaknya mengetahui apa yang baru saja dia ketahui.
"Obatnya rutin kan loe minum?"
"Iya, Dokter bawel," ledek Yudha.
"Eh, gue bawel begini, pasien gue banyak yang sembuh loh!" protes Rere.
"Sembuh apa lewat?" candanya.
"Ini mulut kalau ngomong suka asal," balas Rere sambil mencubit bibir adiknya itu.
Canda tawa kakak adik itu terhenti ketika Dara dan Yudhi masuk bersamaan ke dalam kamar itu.
"Loh kok kalian bisa barengan?" selidik Rere penasaran.
"Tadi ketemu di lift," jawab Yudhi, sedangkan Dara hanya tersenyum seraya mendekati suaminya yang sedang terbaring lemah di ranjang pasien.
Yudha membuat wajahnya senetral mungkin agar tidak ada yang curiga dengannya. Hari ini, Dara, Rere dan Yudhi menemani proses kemoterapi yang Yudha jalani.
Mereka bertiga ikut menginap di sana. Rere mengajak Dara pulang agar dapat bisa beristirahat, tapi wanita hamil itu bersikeras mau menemani suaminya. Alhasil, mereka bertiga menginap di sana.
Sebenarnya sejak awal terdiagnosa, pria itu sudah menolak pengobatan yang disarankan dokter maupun saudara-saudaranya. Dia mau seperti papanya⸺Rayyan⸺yang meninggal tanpa menyusahkan siapapun. Namun, karena permintaan sang mama⸺Alisha⸺akhirnya Yudha menurut dan mulai melakukan serangkaian terapi pengobatan yang dokter berikan.
Efek samping dari kemoterapi itu membuat tubuh Yudha melemah sesaat, seperti mual dan yang lebih terlihat fisiknya tak sebugar dulu. Rambutnya mulai rontok dan kulit tangannya bekas obat kemo menghitam.
***
Esoknya, karena sudah sedikit membaik, dokter mengijinkan Yudha pulang dan melakukan pemulihan di rumah sambil menunggu ada donor hati yang cocok dengannya. Ketika di rumah, Yudha mencari waktu yang tepat untuk membahas masalahnya. Hingga suatu hari, kesempatan itu datang. Alisha masuk ke kamarnya untuk memberikan s**u hangat sebelum dia tidur. Kebetulan, saat ini Dara sedang pergi bersamaa Rere untuk menginap di rumah kakaknya itu karena sudah terlalu malam.
"Ma, ada yang mau Yudha bahas sama mama," ucap pria yang sebentar lagi akan menjadi seorang papa. Yudha membuka percakapan dengan sang mama.
"Mau bahas apa, Sayang?" tanya Alisha lembut sambil mengusap tangan putranya itu, walaupun anaknya sudah tumbuh dewasa, tapi dia tetap memperlakukannya seperti mereka masih anak-anak.
"Beberapa hari yang lalu, aku mendengar percakapan antara Dara dan Yudhi," jawab Yudha lirih. Sontak, hati Alisha mencelos mendengar ucapan putranya itu.
"Ternyata mereka sudah lama ada hubungan sebelum ...." Ucapan Yudha terhenti karena dia sendiri tidak sanggup meneruskan perkataannya.
"Sayang, itu semua sudah menjadi masa lalu mereka. Sekarang Dara mencintai kamu, buah cinta kalian akan lahir sebentar lagi. Tolong jangan pikirkan masalah itu, fokus saja dengan pengobatan kamu," balas Alisha.
"Apa Mama sudah tau kalau mereka -"
"Iya, Sayang. Mama tahu, tapi Mama juga terlambat mengetahuinya ketika kalian sudah menikah dan Yudhi memilih pergi ke Korea," potong Alisha.
"Kenapa Mama gak cerita sama aku selama ini?"
"Untuk apa? Kalian sudah menikah dan Yudhi sudah merelakannya,"
"Kalau aku tahu sejak awal aku gak akan menikahi wanita yang dicintai oleh saudara kembarku," jawab Yudha lirih.
"Kalian mencintai satu wanita yang sama."
"Tapi Dara mencintai Yudhi, Ma."
"Itu dulu sayang, sekarang Dara mencintai kamu. Gak mungkin dia hamil kalau tidak ada cinta di antara kalian." Alisha berusaha menghibur putranya yang sedang galau.
Yudha terdiam, hatinya tidak seperti ucapan mamanya. Apakah benar Dara sudah melupakan Yudhi?