Jiyya tetap bersikeras menutupi tubuhnya, meski begitu wajahnya memerah lagi bak kepiting rebus untuk yang kesekian kalinya. Meski begitu ekspresi mukanya melembut, Jiyya menyadari logika berpikir dari pernyataan yang pria itu katakan terhadapnya. Atau karena Jiyya mendengar kata ‘belum bercinta’ dari pria itu. Terlepas dari seluruh rasa malu yang memenuhi dirinya sendiri, dia juga menyadari hal lainnya lagi yang sempat lepas dari pemikirannya. “Saya… saya sudah…” Dia menunjuk ke bawah kakinya. “Saya basah dimana-mana.” Pak Joan memeriksa kedua kaki Jiyya dengan ekspresi mata yang biasa. Pria itu tidak menanggapi terlalu serius keresahan yang dirasakan oleh Jiyya. Tapi gadis itu bisa paham alasannya, ini memang bukan jenis pemandangan yang aneh untuk pria itu saksikan. Diam-diam Jiyya