***
Seorang ilmuan berseragam putih mondar-mandir di ruangannya. Pria itu terlihat gelisah. Sesekali ia memandang ke arah luar jendela. Ada hal yang ia cemaskan. Dia sempat bertemu seorang pria muda lima hari yang lalu. Orang itu laksana hantu yang akan menjadi mimpi buruknya.
"Hai, Tuan Chen. Sudah dua kali aku melewati ruangan Anda. Aku mendapati Anda berseliweran tak jelas seperti tadi. Apa ada masalah programnya?"
Lelaki yang masuk ke dalam ruangan itu mengamati mimik wajah ilmuwan bernama Chen yang sejak tadi tampak begitu gelisah.
"Remaja yang dulu kita programkan sebagai monster. Sepertinya orang itu masih hidup," ujar ilmuwan Chen.
Enam tahun lalu program mereka berantakan karena pria yang mereka usulkan menjadi monster di 'Pulau Terkutuk' rancangan mereka kabur sebelum program berjalan.
"Aku melihatnya datang ke kantor ini. Aku cemas dia mendaftar di program kita. Dia adalah calon monster terkuat. Jika ia ikut menjadi peserta maka acara ini akan sia-sia. Pria itu akan menjadi pemenangnya."
Ilmuwan bernama Chen berjalan ke arah rak bersusun, di mana ada begitu banyak cairan berwarna-warni di sana. Dokter Chen mengambil cairan berwarna biru.
"Kesalahan terbesarku dahulu adalah aku menyuntikkan 70% cairan ini ke dalam tubuhnya. Monster yang kita ciptakan sekarang hanya mendapatkan 30% cairan ini. Otomatis jika pria muda itu ikut dalam program kita maka dia akan dengan mudah mengalahkan monster ciptaan baru kita."
Lelaki yang berbincang dengan ilmuwan Chen hanya tertegun. Berusaha menelaah apa yang baru saja dijelaskan oleh ilmuwan Chen. Peristiwa enam tahun lalu yang sama sekali belum ia pahami seluruhnya.
"Kita masih membutuhkan dua peserta. Kita tidak bisa menerima peserta sembarangan," ujar Ilmuwan Chen.
"Maaf. Tapi, kita juga tidak bisa mendapatkan peserta. Tiga peserta lainnya bahkan kita dapatkan dari Selandia Baru, Korea Selatan, dan Perancis. Dua peserta terakhir yang kita cari pun sangat sulit."
Memang mereka sulit menemukan kandidat yang mau menjadi bagian dari peserta 'Pulau Terkutuk', dan ketika Ilmuwan Chen mengatakan harus menyeleksi peserta lagi. Itu terdengar sangat membebani bagi sang rekrutmen.
"Begini saja. Jangan terima peserta dengan warna mata berbeda. Jangan biarkan peserta dengan sebelah mata berwarna biru, dan sebelah mata lainnya hitam, ikut mendaftar sebagai kandidat. Jangan biarkan itu terjadi. Pastikan saja semua peserta adalah peserta yang bermasalah dengan lingkungannya."
Penjelasan ilmuwan Chen membuat orang yang diberitahu menganggukkan kepalanya. Baiklah. Pekerjaan itu sangat mudah. Hanya menolak kandidat dengan mata yang aneh. Yang memiliki warna mata berbeda.
"Baiklah. Aku akan memberitahu pihak rekrutmen. Jangan khawatir. Ini adalah pekerjaan yang sangat mudah, Pak. Sekarang, tuan tidak perlu mencemaskan apa-apa lagi."
Ilmuwan Chen terlihat lebih tenang. Dua hari lalu deadline pendaftaran ditutup. Namun, mereka kekurangan peserta. Jika mereka mengirim hanya mengirim tujuh orang saja maka permainan akan cepat usai.
Mereka memerlukan dua orang lagi yang mampu bertarung di 'Pulau Terkutuk'. Ilmuwan Chen berharap peserta yang mendaftar bukanlah pria yang pernah ia suntikkan cairan ke dalam tubuhnya. Orang yang disebut ilmuwan Chen sebagai 'Monster yang gagal'.
Starshine Fiction L.td sudah mengeluarkan banyak dana untuk permainan virtual ini.
***
Perusahan milik Anton Pramoedya ikut berpartisipasi dalam men-danai program 'Pulau Terkutuk'. Pria itu baru saja bercerai dari istrinya, Daisy. Hari ini ada rapat pertemuan mengenai berapa dana tambahan yang ia sumbangkan ke dalam program 'pulau terkutuk'.
Anton tidak sedang dalam suasana baik-baik saja. Namun demi kelancaran urusan pekerjaannya, ia datang ke kantor Starshine Fiction L.td. Saat ia sampai, seseorang dengan jas putih menyambutnya.
"Halo, Pak Anton. Selamat datang di kantor ini."
Orang yang menyapa adalah ilmuwan Chen. Dia tidak memiliki urusan secara langsung dengan Anton. Namun, karena ia kebetulan bertemu pria itu si dalam lift maka ia pun menyapa Anton.
"Maaf, Pak Chen. Suasana hatiku sedang tidak baik-baik saja. Aku baru saja bercerai dari istriku. Sialnya, istriku sedang berbahagia dengan lelaki lain."
Anton tidak tahu ke mana lagi ia akan mencurahkan isi hatinya. Rasanya benar-benar dendam dengan Daisy. Kini Daisy akan hidup bahagia bersama Fattah.
Pikiran itu membuat Anton muak. Dia tidak bisa membayangkan dua orang itu bahagia bersama. Anton tidak bisa membiarkan Daisy pergi darinya dengan muda.
"Itu terdengar menyedihkan," ujar ilmuwan Chen.
Lelaki itu tersenyum kambing, seakan mencemooh nasib yang tengah menimpa Anton. Pria itu kaya raya. Namun masih ditinggalkan oleh istrinya.
"Diceraikan oleh istri adalah penghinaan terbesar bagi suami. Menurutku seperti itu. Istrimu baru saja merendahkan dirimu, Pak." Ilmuwan Chen tak berhenti memberikan pandangan kepada Anton, selagi pria itu tertegun, seakan memikirkan sesuatu.
"Aku memiliki saran yang tepat untukmu, Pak." Ilmuwan Chen sengaja memotong pembicaraannya.
Anton merenung sebentar. Dia menoleh ke arah ilmuwan Chen dengan ekspresi penasaran yang begitu besar. "Apa itu? Dengan senang hati akan aku dengarkan saran yang kamu berikan."
"Jika aku menjadi dirimu, Pak. Aku tidak akan membiarkan istriku bahagia."
Anton meringis. Memang dia juga memikirkan hal itu. Jika ia tidak bisa mendapatkan Daisy maka semua lelaki juga tak boleh mendapatkannya. Itulah keadilan bagi Anton. Itulah keadilan yang harusnya terjadi.
Pintu lift terbuka. Sebenarnya Anton sudah berada di lantai enam. Namun, ilmuwan Chen menekan tombol tiga. "Kirim dia ke 'pulau terkutuk', agar ia menyesal dengan keputusannya. Wanita yang sombong itu akan bahagia setelah berpisah dari suaminya. Aku melihat istrimu adalah perempuan yang sombong. Dia memilih berpisah dari lelaki sukses dan rupawan sepertimu."
Kata-kata ilmuwan seperti sebuah kalimat ajaib yang membuat Anton terpengaruh. "Masuklah. Dan daftarkan istrimu ke 'pulau terkutuk', bawa dia jauh darinorang-orang. Mantan istrimu harus tahu siapa dirimu yang sebenarnya."
"Aku tak ingin dia mati."
Ilmuwan Chen tertawa. "Mengapa kamu peduli padanya? Apa kau yakin dia akan peduli padamu? Seandainya dia mengirimmu ke 'Pulau terkutuk', apakah kau yakin dia akan bersedih? Ingatlah kebahagiaannya. Dia bahagia di atas penderitaanmu."
Lagi dan lagi Anton mengepalkan tangan penuh kebencian. Dia keluar lift saat ia berada di lantai tiga. Di area pendaftaran, Anton mendaftarkan nama istrinya. Beruntung semua data milik istrinya ada di dalam ponselnya. Anton menandatangani surat perjanjian kontrak yang tertulis di sana.
Kontrak yang menyebutkan bahwa semua peserta tidak boleh membatalkan keberangkatan ke 'pulau terkutuk', dan apabila itu terjadi maka peserta dituntut sebesar satu miliar rupiah.
Anton tahu betul bahwa Daisy tak akan mampu membayar uang sebanyak itu. Jika memang Daisy tidak mau ikut ke pulau terkutuk maka wanita itu akan meminta bantuannya. Daisy akan kembali kepadanya.