bab 11

1872 Words
Berlawanan arah 11 Benar saja, kabar tentang liburan Rangga and the geng menyebar di seluruh sekolah hanya karena postingan Anjar yang benar-benar membuat para murid di sekolah ribut. Banyak dari mereka yang bersorak dan ingin merasakan liburan seperti yang di rasakan oleh Adit dan juga Rangga. Namun tak banyak dari mereka yang malah menghujat dan mengatakan jika mereka hanya pamer doang, padahal jelas mereka hanyalah cecunguk yang beruntung karena bisa mendapatkan momen langka berlibur di dengan orang tajir seperti Rangga. Menurut Adit dan Anjar, hal demikian sudah sangat lazim di dunia ini. Karena pada dasarnya, di dunia ini hanya ada dua macam tipe orang yang memandang semua dengan sepasang matanya dan mengambil kesimpulan semaunya sendiri. Ada sisi orang yang memuji dan menganggap jika mereka benar-benar beruntung bisa merasakan kemewahan itu. Menginginkan jika mereka bisa berada di posisi ajar maupun Adit. Dan tak jarang juga dari mereka menunjukkan sisi buruk mereka. Seperti mencemooh dan mengatakan hal buruk kepada mereka. Biasalah orang sirik dengki biasanya akan selalu menunjukkan rasa tidak suka terhadap sesuatu, bahkan menyebarkan berita buruk yang mereka anggap benar, padahal kenyataannya tidak demikian. Adit dan Anjar sama sekali tidak peduli akan hal itu, baginya, mungkin mereka hanya ingin menunjukkan rasa tidak suka mereka. Dan ingin berada di posisi mereka, walau nyatanya tidak kesampaian. Seperti itulah manusia, mereka cenderung menghakimi tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi, menghujat apapun yang menurut mereka benar, padahal pada kenyataannya apa yang mereka katakan tidak sesuai dengan kenyataan. Seseorang membuat status di sosial media, bukan bertujuan untuk pamer atau semacamnya, hanya saja mungkin sebagian dari mereka ingin membagikan apa yang mereka rasakan dengan menunjukkan di status media sosial, walau terkesan seperti pamer, tapi sebuah kebahagiaan mungkin bisa menular kebahagiaan ke orang lain. Contoh saja publik figur, mereka sering memposting apapun yang menurut mereka menyenangkan, tanpa peduli dengan perkataan orang yang akan menghakimi tanpa mau melihat bagaimana proses mereka mendapatkan semua itu, proses mencapai titik yang jelas butuh perjuangan keras dan bukan hanya bertopang kaki maka semuanya akan selesai. Mereka hanya ingin menunjukkan hasil dari kerja keras mereka, begadang tanpa tidur dan berjuang mati-matian untuk mencapai titik itu. Tentu tidak akan etis ketika mereka malah memamerkan perjuangan mereka saja. Pasti akan lebih banyak orang yang menghakimi dengan ribuan makian yang malah membuat mental seseorang lemah. Karena menunjukkan berbahagia saja sudah membuat orang murka dan ingin menghakimi, apalagi menunjukkan sisi sedih mereka, mungkin banyak orang yang akan mengatakan jika dia hanya mengemis belas kasian atas apa yang dia lakukan. Benar kata Anjar. "Manusia itu sulit untuk menjadi manusia yang manusia di mata orang lain. Karena manusia di mata orang lain hanyalah sosok yang tak terlihat, dan hanya menjadi bahan hujatan untuk kesenangan dan kepuasan mental seseorang!" Lalu, kembali, perjuangan manusia tidak akan pernah di lihat oleh orang-orang, mereka hanya akan menghujat ketika seseorang itu sudah berhasil, tanpa mau berkaca, apakah mereka sudah berusaha sekeras orang yang berhasil itu, atau hanya cuma bisa menghujat tanpa mau merasakannya. Sungguh, kehidupan manusia sekarang teramat sulit untuk di mengerti, berbuat baik di anggap bodoh, berbuat jahat di anggap sampah. Seribu kebaikan tidak akan pernah di pandang oleh banyak orang, tapi ketika melakukan satu kesalahan kecil, maka akan banyak hujatan yang datang menerpa, sepeti itulah kehidupan, seribu kebaikan akan hilang karena satu kesalahan kecil. Pun status Rangga yang langsung menyebar saat itu juga ketika selama ini dia hanya bersikap biasa saja dan menyembunyikan dirinya sendiri dengan berpenampilan ala kadarnya. Mereka mulai menghujat Adit, Anjar dan El ketika mereka tahu jika Rangga adalah orang paling kaya di sekolah ini. Banyak sisi yang menghujat, dan banyak sisi yang hilir mudik datang untuk menunjukkan wajah tembok mereka. Menjadi penjilat hanya untuk mendapatkan sebuah keuntungan untuk diri mereka sendiri. Tanpa peduli ketika Rangga berada di titik terpuruk, mereka hanya bisa menghujat dan mengatakan hal buruk pada Rangga, menjauhi dirinya dan melukan semua yang pernah Rangga lakukan. Dan di saat itu, hanya Adit, Anjar dan El saja yang masih peduli dan menganggap dirinya seorang teman. Maka ketika salah satu siswa teladan dan sering mendapatkan gelar serta nama di kalangan para murid datang ke hadapan Rangga, dengan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Rangga hanya menatap tangan itu dengan tatapan aneh, lalu menatap wajah si murid teladan yang memasang senyum ramah, tapi di mata Rangga, senyum itu hanyalah berupa tatapan mencemooh ketika dirinya terpuruk dulu, tatapan tidak suka dan jijik yang masih terngiang di kepala Rangga. "Gue denger Lo baru pulih? Gimana kabar Lo?" Sapa Alexis dengan suara merdu khas dirinya. Rangga seolah tidak peduli dan memberi tatapan aneh ke arah cowok bermata empat itu. Setelahnya dia berlalu, menarik tangan El dan berjalan bersamanya, padahal saat itu El tengah membalas satu pesan dari kekasih Anjar. Sedangkan Anjar malah bersiul dengan riangnya di belakang tubuh Rangga serta melirik si murid teladan dengan tatapan mencemooh. Adit malah sibuk bermain ponsel dan seolah menganggap murid teladan itu tidak ada. "Lo tau nggak, Dit?" Tanya Anjar dengan nada cukup keras. "Apaan?" Balas Adit tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel. "Istilah muka gedek, atau muka tembok?" "Di mana Lo nggak punya malu, ketika udah mencemooh seseorang, dan setelahnya Lo malah mengemis pada orang itu?" Jawab Adit dengan nada santai, Adit jelas mendengar kalimat dari murid teladan tadi. Jujur saja dia geram bukan main karena ucapan sok tak kenal dari murid teladan tadi. "Yup, itu yang gue pikirin. Mungkin karena mukanya muka tembok makanya dia nggak ada rasa malu sama sekali." "Dari pada capek ngomongin mereka, mending kantin kuy?" Kini Adit mengangkat wajahnya, menatap Anjar sebentar tanpa melihat sedikitpun kearah Alexis. "Sama gue juga laper, mumpung belum bel ini!" Dia berbalik, diikuti Adit di sampingnya. "Ngurusin penjilat yang ludahnya bau jigong malah bikin perut gue laper." "Ya udah lah yuk, kantin sepi keknya?" "Yakin?" Adir meringis kecil, mereka berlalu tanpa peduli dengan Alexis yang masih termenung di tempat, menatap tangan yang masih bertahan pada posisi berjabat, sebentar dia menarik tangannya dengan menggenggam pergelangan tangan itu kuat, sepetinya kalo ini dia benar-benar mendapat pukulan telak dari sebuah tindakan dan ucapan yang tepat menghantam ulu hatinya. "Nggak yakin sih, kayaknya masih banyak kang jilid di sana." Balas Adit yang kembali melihat layar ponselnya. Dia benar-benar seperti orang bodoh yang sedari tadi terus memperhatikan layar ponsel yang menunjukkan chat dengan Anya, dari.sekian banyak chat yang di kirim ke wanita itu, hanya beberapa saja yang di balasnya. Sungguh menguras kesabaran yang luar biasa. Mengejar sesuatu yang sulit untuk di gapai itu benar-benar melelahkan. "Bagus dong, kenapa nggak kita panas-panasin aja biar makin jadi kompor?" "Serah Lo aja sih, gue ikut aja." Balas Adit tanpa mengalihkan tatapannya. Anjar yang menyadari keanehan Adit hanya mengerut kening, sebelum ponselnya bergetar pelan, dia melihat sejenak nama orang yang tertera di layar ponsel sebelum menjawabnya. "Apaan?" Tanya Anjar dengan nada malas, dia melirik ke sisi kiri di mana ruang kelas IPA tiga dengan beberapa murid cowok duduk di depan kelas dan memperhatikan mereka secara serempak. Suatu kebetulan yang luar biasa. Anjar sengaja menunjukkan ponsel yang dia gunakan sekarang, sebuah ponsel dengan merek apel di gigit dan dua kamer di belakangnya membuat dia benar-benar bergaya. Dia hanya ingin murid itu melihat apa yang dia miliki, dan menjadikan dirinya sebagai bahan pembicaraan panas lagi. "Gue lagi ke kantin sama Adit." "Kagak, bentar lagi juga ke kelas!" Balas Anjar dengan raut kesal. "El ngadi-ngadi itu, bentaran doang kok!" "Iya iya, nggak akan ngerokok!" Anjar benar-benar kesal saat kekasihnya menghubungi dirinya. Sedangkan Adit malah sibuk membalas chat dari Anya yang hanya di balas dengan beberapa kata saja. Adit : udah makan kan? Gimana kuliahnya? Anya : udah, aman. Adit : pulang jam berapa? Anya : nggak tau Adit : mau di jemput? Anya : nggak ush, brng temn. Adit : serius? Adit : kalo mau nanti aku jemput. Adit : abis pulang aku susulin ke kampus, ya? Adit masih menatap layar ponselnya dalam diam, menunggu adalah sesuatu yang membosankan, dan jika dia ingat-ingat lagi, sudah berapa lama di menunggu sampai di momen ini? "Udah deh jangan percaya sama omongan El, dia suka ngadi-ngadi!" "Iya aku tau, tapi aku nggak akan ngerokok kok hari ini, serius deh, Adit jadi jaminannya!" Adit melirik kearah biar yang masih berdebat dengan pacarnya. Padahal sejak tadi dia sudah malas untuk mendengarkan pembicaraan mereka, tapi ketika anjar menyebutkan namanya, maka ada rasa penasaran yang tiba-tiba muncul. "Nggak percaya tanya Adit langsung nih, nih anaknya ada di sebelah gue." "Apaan?" Tanya Adit seketika, dia tidak mendengarkan pembicaraan pria itu sejak awal, makanya dia tidak ngerti akar permasalahannya. "Dia nuduh gue bakal bolos hari ini." "Oh." Kata Adit lalu mengangkat tangannya meminta ponsel Anjar. "Nih ngomong sama Adit, orang di bilang gue cuma ke kantin masih aja nggak percaya!" Anjar memberikan ponselnya pada Adit. "Kasih tau dia, dit." "Iye!" Balas Adit lalu meletakkan ponselnya di telinga. "Halo." "Iye, nggak, cuma kekantin doang kok." "Anjar mau bolos ya?" Tanya gadis itu dari sebrang telpon "Wah mggak tau deh kalo itu, gue cuma nemenin dia doang." "Udah jujur aja!" Adit mengintip Anjar dari ekor matanya, lalu ada niat jahil terbesit di benaknya. Sepertinya akan seru ketika melihat cowok macho seperti Anjar harus di jewer dan di tarik bulu jambangnya oleh gadis kuper yang tak di sangka-sangka oleh banyak orang. Yang jelas akan semakin banyak gosip.yamg ber dari setelahnya. "Ah, gue udah jujur, sekarang sih katanya mau kemarin doang, tapi nggak tau nanti mungkin bakal kena setan lewat yang bikin dia narik diri buat cabut lebat gerbang belakang, atau malah beli rokok buat nyebat di kantin." "Eh si, anj!" Pekik Anjar uang langsung merebut ponselnya dari Adit, dia menatap tajam kearah sahabatnya itu. "Awas aja Lo ya!" "Dih ngancem!" Kekeh Adit dengan perasan puas ketika melihat bagaimana Anjar hanya menjawab iya dan enggak saja. Dia boleh saja memiliki tampilan kekar garang dan terkesan Badas, tapi nyatanya berhadapan dengan kekasihnya saja dia tak bisa berkutik Dasar permen tempe. "Suek lu!" Pekik Anjar yang langsung memiting leher Adit setelah memutuskan panggilan telponnya. "Alamat mampus kan gue!" "Kenapa? Dia bakal Dateng ke kantin?" Tebak Adit yang sangat paham dengan peringai Anjar, dia sudah berjanji pada dirinya ketika kejadian malam di mana dia kabur dari rumah ayah tirinya. Berjanji untuk merubah peringai buruk pada dirinua,. Serta memperbaiki semua hal-hal yang terlihat nakal itu. Tentu saja semua dia lakukan untuk pacar dan juga ibu serta adiknya. Tidak mungkin jika Anjar terus saja seperti itu, padahal sudah banyak orang baik yang berpihak kepada dirinya. "Anjir lah! Lo mah emang bener-bener deh!" Adit terbahak setelahnya, dan seiring perjalanan mereka, banyak orang yang menatap aneh kearah keduanya, seolah mereka berdua adalah orang asing yang baru pertama kali mereka lihat. Atau karena kabar berita dan gosip itu menyebar dengan cepat, membuat nama mereka langsung melambung? "Sumpah sih, berasa jadi artis nggak si?" "Artis apaan? Artis comberan?" Tanya Anjar dengan raut kesal di wajahnya. "Haha, Lo masih kesel?" Tanya Adit menggoda. "Ya udah sih, beruntung Lo jajan di tungguin sama pacar, kan? Kapan lagi bisa gitu coba?" "Sue! Beruntung apaan? Yang ada nggak bisa bebas gue!" "Balas sehari doang nggak masalah lah!" "Tail lah!" Dengkus Anjar yang langsung berlaku setelah melepas rangkulan tangan di leher Adit. Dia berlalu dan menuju warung langganan di kantin untuk memesan makanan dan minuman sesuai yang dia inginkan. Sedangkan Adit hanya terkekeh puas melihat tingkah sahabatnya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD