18

1438 Words
Siang ini Ale bersama billa telah menyusuri sebuah tempat perbelanjaan yang cukup ternama di kota ini. Ia memang berencana untuk mencari baju karna baju lamanya kebanyakan sudah mulai terlihat usang, dan sedikit refresing dan sekedar mencuci mata . Sebenernya bukan dia yang refresing melainkan Billa. untuk apa refresing jika setiap bangun tidur Ale tak mengingat apapun kecuali kejadian masa lalu. Masa dimana kehidupannya masih normal. Dan berhubung hari ini hari sabtu dan jadwal pekerjaannya hanya setengah hari, jadi ia berfikir mungkin bisa sedikit menghibur diri, melepas kejenuhan dan ke hampaan yang selama ini ia rasakan. "Eh kita nonton yuk. Ada film baru yang lagi tranding nih. Kayaknya seru deh" Ale hanya menghela nafas mendengar ajakan Billa "percuma juga bil gua nonton gituan. Besok juga lupa" "Ya seenggaknya lo kan bisa catet kalo hari ini lo nonton sama gua. Nanti gua bantuin deh" "Yaudah deh serah lo. Mau nonton dimana?" "Di lantai atas aja yuk, kayaknya seru tuh" "Yaudah iya basing lo deh. Gau mah nurut aja" Tanpa banyak bicara lagi Ale langsung melangkah kemana Billa mengajaknya. Tak lama mereka telah sampai di tempat yang mereka tuju. "Lo disini aja. Gua pesen tiketnya dulu" Billa langsung beranjak meninggalkan Ale tanpa menunggu jawaban darinya, Terlalu lama menunggu Ale pun merasa bosan, ia mengedarkan pandangannya menyusuri setiap sudut tempat itu hingga tatapannya menemukan sebuah tempat yang menjual popcorn. Ia pun berfikir mungkin akan lebih baik jika menonton di temani dengan cemilan. Seperti masa SMAnya dulu. Ale segera bangkit dan melangkah untuk membeli 2 popcorn beserta minumannya. Cukup lama mengantri akhirnya ia mendapatkan pesanannya. Dengan segera ia langsung kembali ketempatnya karna tak ingin membuat Billa menunggunya. Namun di pertengahan langkahnya ponselnya berdering. Terlihat Sebuah pesan chat masuk. Dengan segera ia membuka pesan chat itu, melihat dan membalasnya tanpa memperhatikan langkahnya. Hingga tanpa sadar ia menabrak seseorang hingga membuat tubuhnya limbung karna merasa tak siap dan sedikit tekejut. hampir saja dirinya terjatuh jika saja orang itu tak memegangi pinggangnya. Terdiam cukup lama dalam posisi itu. Membuatnya mau tak mau menatap mata sang pemegang pinggangnya. Dalam tatapan pertamanya ia seolah tehanyut dalam suasana. Bola mata berwarna abu-abu itu seolah menariknya untuk tatap menatapnya. Menatap keindahan yang seakan membuatnya terhanyut akan suasana kenyamanan. Hingga sebuah deheman menyadarkan dirinya dan segera memutuskan tatapan nya. Mejauh dari pelukan pria itu dan segera merapihkan penampilannya. Ingat jangan percaya pada siapapun dan jangan coba berbicara pada siapaun kecuali butuh. Seolah ingat dengan diary yang telah di bacanya pagi tadi. Ale langsung beranjak meninggalkan pria itu dengan tatapan tak percaya dan heran. Bukannya meminta maaf atau sekedar berterimakasih karna pria itu telah menolongnya agar tak terjatuh, malah meninggalkannya begitu saja. Tak di pungkiri jika pria itu sedikit merasa terpesona dengan penampilan gadis yang baru saja menabraknya. Sedikit senyum mengembang di bibirnya. Gadis yang unik batinya kemudian beranjak pergi meninggalkan tempat itu. >>| Di sisi lain Terlihat Billa tengan berjalan mondar-mandir dengan benda pipih yang menpel di telinganya. Pandangannya mengedar mencari dimana sahabatnya berada, ia begitu cemas jika terjadi sesuatu pada sahabatnya. Namun seketika perasaanga lega saat melihat Ale berjalan kearahnya dengan membawa 2 mangkuk popcorn dan 2 botol minuman. Dengan segera ia menghampiri Ale dengan raut wajah yang terlihat begitu khawatir. "Astaga Ale... Dari mana aja si lo. Gua dari tadi nyariin lo sampek kayak orang gila tau gak" "Sory tadi gua ngantri beli ini." Ucap Ale sembari mengangkat barang yang di bawanya. "Antrinya panjang banget" "Huft... Untung aja lo gak ilang Ale. Knapa juga lo gak bales chat gua. di telopin gak di angat." "Hehehe sory bil sory" "Hah, yaudah lah. Yuk masuk" ajaknya seraya menarik lengan Ale. Namun baru saja berapa langkah, ia berhenti mendadak hingga membuat ale menabrak punggungnya. "Tapi inget. Besok lagi kalo kemana mana harus bilang sama gua. Bila perlu minta temenin gua." Ale hanya tersenyum melihat tingkah sahabat nya ini. Yah dia memang selalu khawatir dengan sahabatnya ini. Billa tau Ale tinggal sendirian di sini, di kota ini sama seperti dirinya, namun berbeda dengan dirinya, karna Ale dalam keadaan yang mungkin, bisa saja dengan mudah di manfaatkan oleh orang lain, jika tau akan penyakit Ale. Maka dari itu Billa selalu saja mengawasi kemanapun Ale pergi. Karna bagi Billa, Ale adalah keluarga yang ia miliki. Dan karna Ale juga lah Billa masih bisa bernafas sampai sekarang. Ale yang tau sifat overprotektif Billa hanya mendengus pasrah. "Iya Billa sayang. Besok besok lagi gua bakal ijin deh sama lo... Kalo inget" Bile menatap Ale sendu, namun tak lama setelahnya ia tersenyum untuk menutupi kegundahannya, "Yaudah lah yuk kita langsung aja nonton" Bila langsung saja menyeret tangan Ale yang sukses mebuat Ale kwalahan. "Pelan-pelan bil," dengan susah payah akhirnya ia bisa menginmbangi langkah Billa yang terlalu bersemangat. Setelah masuk kedalam gedung bioskop mereka pun mulai mencari tempat duduk dan mulai menonton film bergendre comedi itu. Tentu saja pembawaan acara itu sukses membuat tawa mereka berdua pecah hingga perut mereka terasa di kocok dan Billa sampai mengeluarkan bulir air matanya. tanpa memperdulikan orang di sekitarnya tawa mereka semakin pecah. Tentu saja suasana di gedung itu jadi ramai karna mereka ituk tertawa tanpa canggung lagi. >>| "Lo laper gak al" tanya bila setelah mereka selesai dengan acara ketawa mereka. "Lumayan sih. Makan dulu yuk, tapi lo yang traktir ya" "Gak salah tu. Situ kan yang berduit" cibir Billa. "Helow, seorang waiters kayak mana punyak banyak duit billa" "Halah lo itu sok bener. Untung aja sahabat lo ini baik kalo gak, udah gua abisin tu isi tabungan lo" Tawa Ale seketika pecah mendengar cibiran Billa "Haha lo ini. Yaudah iya gua yang teraktir" yah dia patut bersyukur dalam kondisinya sekarang ia masih memilik sahabat sebaik billa, yang mampu menjadi seorang yang bisa ia percaya dan mampu mengelola keuangan Ale tanpa sedikit pun ada rasa curang ataupun picik yang mampu menjatuhkan dirinya. Ale sebenernya masih bingung dengan apa yang ia punya sekarang. Pasalnya ia tak pernah mengingat apapun. Hanya sebuah catatan dan sebuah buku tabungan yang isinya berjumlah melebihi apa yang ia banyangkan. Tadi pagi sebelum berangkat bekerja ia sempat membaca diary biru yang mencurahkan semua perasaannya. Semua yang ia miliki bahkan ia cukup kaget dengan tulisan di dalam buku itu. Jelas kaget karna ia memiliki sebuah perusahaan. Perusahaan yang sekarang ini di kelola oleh Billa sahabatnya. Banyak sekali pertanyaan dalam benaknya. Bagaimana mungkin dengan kondisi dan penyakit seperti ini ia bisa memiliki sebuah perusahaan yang di bilang cukup maju. Hanya sedikit pertanyaan yang mampu terjawab dari beberapa catatan yang tertulis di dalam diary biru itu. Tulisan yang sedikit menjelaskan tentang lika liku kehidupannya. Dengan tabungan yang ia miliki sebenarnya ia mampu menghidupi dirinya tanpa harus bekerja. Namun catatannya mengatakan jika ia harus tetap bekerja agar bisa berbaur dan berharap penyakitnya bisa sembuh sedikit demi sedikit. Tapi kenyataannya sampai sekarang masih belum ada kemajuan sama sekali tentang penyakitnya. Berjalan dengan pikiran yang melayang entah kemana, membuatnya lagi-lagi menabrak seseorang. Seorang yang cukup ia ketahui, karna orang itu adalah pria yang ia tabrak sebelumnya. Entahlah knapa dunia ini begitu sempit. Selalu saja ada kejadian yang tak terduga. Seperti takdir ataupun kesialan, ia tak pernah mengerti akan roda kehidupan. "Maaf" ucapnya lirih dengan kepala yang di tundukan. "Astaga. Sepertinya dunia begitu sempit ya?. Kenapa aku selalu menabrakmu" terdengar kekehan pelan yang keluar dari mulut pria itu. "Sekali lagi maaf, karna kecerobohanku aku jadi menabrakmu" masih dengan memunduk tanpa berani nenatap wajah pria itu. Malu? Bisa di bilang seperti itu. Menabrak seseorang lebih dari satu kali di hari yang sama pula. Betapa anehnya hari ini. "Tidak perlu menyalahkan diri seperti itu. Aku juga salah karna terlalu fokus dengan ponselku jadi tak melihat jalanan." Suara yang begitu lembut namun berwibawa, seolah mengalun begitu indah di telinga Ale. "Oh ya, berhubung kita sudah bertabrakan lebih dari satu kali. Maka aku tak ingin melewatkan kejadian langka ini. Jadi perkenalkan namaku Rafael. Dan kamu?" Rafael mengulurkan tangan perkenalan. Ale sedikit ragu untuk mengangkat kepala, namun sebisa mungkin ia harus berani menatapnya. Tak sopan berbicara dengan orang lain dengan menundukan kepala. Seketika tatapan mereka bertemu, lagi-lagi Ale terhipnotis dengan tatapan mata abu-abu milik Rafael. Dengan ragu Ale menerima ukuran tangan Rafael "A-leandra. Biasa di panggil Ale." Suaranya terdengar begitu pelan seolah tengah berbisik. "Oh baiklah Ale, karna aku masih ada urusan jadi aku harus permisi dulu. Semoga di hari berikutnya kita bisa bertemu kembali. See you nex time" Seketika Ale terdiam mendengar perkataan Rafael. Kejadian seperti ini yang selalu ia benci pada dirinya sendiri. Inilah mengapa ia tak pernah mau terlibat hubungan dengan seseorang di luaran sana. Ia hanya takut melukai seseorang atau bahkan takut jika ada orang yang ingin memanfaatkan dirinya. Karna mau bagaimanapun kenangan hari ini akan terhapus kala ia terlelap nanti malam. Sungguh penyakit yang merepotkan bukan.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD