Suara lantunan ayat Al-qur'an menggema di ruangan kecil di rumah Mikaela. Suara Zikri begitu merdu membuatnya merinding haru. Ini yang dia sukai dari Zikri, wajah berseri Zikri saat melantunkan ayat suci Al-qur'an. Malam ini seperti biasa, Zikri mengajari Mika mengaji. Membenarkan Makhroj yang salah dan saling menyambung ayat. Di sampingnya ada Ayah Mika yang sedang menunggui mereka.
Mika dan Zikri saling melempar senyum tatkala usai mengaji. Senyum keduanya selalu sama. Tampak malu-malu hingga menundukkan kepalanya dalam.
"Hari ini cukup segini ya, besok di lanjut lagi," ucap Zikri.
"Iya Mas," balas Mika tersenyum simpul.
"Besok-besok kalau udah halal, gak usah di tungguin ayah kamu ya, Mik," gumam Zikri lirih sambil melirik Ayah Mika yang kelihatan tidak mendengar. Mika membalasnya dengan seutas senyum. Pipinya sudah merah karena malu.
Mika dan Zikri beranjak keluar dari ruang mengaji milik Mika. Mereka memutuskan untuk berbincang di teras rumah. "Mik gimana? jadi kuliah tahun ini?" tanya Zikri.
"Belum tau mas, aku jadi gak minat lagi,"
"Kenapa, Mik? enak lo kalau kuliah. Nanti kamu ambil jurusan seperti mas aja,"
"Doakan saja ya mas!"
"Nih aku ada browsurnya. Kamu lihat cara daftarnya! Walaupun perempuan, kuliah juga perlu, Mik," Mika menerima browsur yang disodorkan Zikri. Ia melihatnya sekilas sebelum ia lipat. Setaun lalu Zikri juga merecokinya untuk kuliah, tapi saat itu ekonomi Mika yang belum ada. Namun kini, Zikri menyuruhnya kuliah lagi, tapi Mika yang sudah tidak minat.
"Ini nak dimakan ya!, ini masakan Mika," Titah Bunda Fatim membawa nasi goreng ayam, diletakkan di meja tengah antara Zikri dan Mika.
"Iya bun, makasih banget jadi ngrepotin,"
"Yaudah gih dimakan, keburu dingin. Bunda tinggal dulu ya," Fatim meninggalkan mereka berdua. Melirik sekilas pada putrinya yang kelihatan bahagia bisa bersama Zikri.
"Ayo mas dimakan. Mas Zikri suka nasi goreng kan?"
"Kalau masakanmu pasti Mas suka." lagi-lagi Mika tersenyum malu. Ucapan Zikri selalu berefek besar padanya. Zikri diam saja sudah membuatnya jatuh cinta. Apalagi jika Zikri yang manis seperti ini. Bisa double cinta.
"Perempuan idaman, pinter masak." celetuk Zikri. Mika pura-pura tak mendengar. Sudah cukup dia dibuat tersipu. Jangan sampai gombalan Zikri membuat ia dengan girang meloncat-loncat.
******
"Aku gak mau, pa!" teriak Regan menggema di ruang kerja papanya.
"Regan dengerin papa! Kamu minta kuliah hukum papa turuti. Kini gantian kamu yang menuruti papa!" teriak Stevano tak kalah keras.
"Dengan jadi boneka papa? Maaf aku tidak bisa," ucap Regan melenggang pergi. Belum sempat ia membuka pintu. Pintu telah terbuka menampakkan James yang menyeringai ke arahnya. Mendorong Regan untuk tidak beranjak pergi.
Regan menahan emosinya untuk tidak membunuh Kakak tirinya itu.
"Regan, papa cuma mau kamu meneruskan bisnis papa. Bukan hal yang aneh," ucap Stevano frustasi.
"Aku gak tertarik."
"Regan papa mohon. Mama Diana sakit dan James juga tidak bisa mengambil alih perusahaan. Papa mohon kamu menggantikan papa," ucap Stevano memelas. Mama Diana istri siri Stevano. Dulu saat pernikahannya dengan Erlinda jalan tiga taun, mereka balum di karuniai anak. Membuat Stevano selingkuh dan nikah siri dengan Diana. Satu tahun mereka di karuniai Anak yaitu James. Hubungan gelap Stevano tidak diketahui Erlinda. Hingga jarak dua tahun Erlinda hamil. Stevano meninggalkan Diana untuk kembali pada istri sahnya, tapi sayang, Stevano pun merasa hambar. Ia kembali ke pelukan Diana Saat Husein baru lahir. Membuat Regan membenci Stevano melebihi apapun. Karena kebejatan Stevano, adiknya tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Dan kini dengan seenaknya, Stevano meminta ia menggantikan posisi CEO di perusahaan papanya, yang dari dulu Regan tak pernah berharap lebih dari bisnis papanya. Makanya Regan kuliah jurusan Hukum. Melihat mamanya yang disalahkan dalam sidang perceraian mereka membuat Regan bertekad mengambil jurusan Hukum. Tidak adil menurutnya kala suami selingkuh tapi istri yang disalahakan.
Saat ini mama tirinya sedang sakit kanker darah. Yang mengharuskan ia dirawat di rumah sakit luar negeri. Rencananya Stevano akan menemani sang istri siri itu. Dan menyerahkan tanggungjawab pada Regan selaku putra sahnya, tapi dasar Regan sang keras kepala tetap tidak mau menuruti keinginannya.
"Sampai papa memohon-mohon pun, aku tetap tidak sudi," desis Regan marah.
Bughh!!
Regan mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Tonjokkan dari James membuatnya tersenyum sinis. "Lo emang anak gak tau terimakasih. Semua fasilitas sudah papa kasih ke lo, tapi apa balasan lo?" Murka James pada adik tirinya.
"Lo siapa ngatur gue? gue anak sah nya di sini. Semua fasilitas pantas gue dapat. Itu memang tugas seorang ayah menafkahi anaknya. Kecuali kalau bokap gue ngasih uang ke lo. Itu tidak wajib karna lo cuma anak dari pernikahan siri," ucap Regan tersenyum sinis. Pria itu menepuk bahu James dengan kuat. "Dasar anak pelakor," tambahnya.
"Regan,!" teriak Stevano murka.
Regan melenggang pergi meninggalkan laki-laki b******n yang sayangnya adalah papa-nya sendiri. Ia melajukan mobilnya meninggalkan gedung pencakar langit itu.
Dari kejauhan ia melihat gadis yang dia kenal. Dia mengikuti gadis berbaju biru langit itu. Membawanya masuk ke sebuah Mall. Regan menguntit kemana pun Mika pergi. Sampai matanya melihat Sasya dan komplotannya mendekat ke arah Mika.
"Eh cupu,!" ucap Sasya tersenyum sinis ke arah Mika.
"Ngapain lo ke mall? nih gue sumbang. Barangkali uang lo gak cukup," Sasya teman masa Smp Mika yang sangat membenci Mika. Karna hanya Mika yang mampu mengalahkan kepintaran Sasya pada saat itu. Mika yang selalu jadi anak emas guru-guru membuatnya muak. Apalagi Sasya yang anak kepala sekolah pun tak pernah dilirik oleh guru. Mika yang pemberani membuat Sasya tertantang untuk menindas Mika.
Mika tak menanggapi Sasya. Mengabaikan keberadaan Sasya, ia melenggang pergi begitu saja. Sasya yang geram menarik hijab Mika membuat mika menepis tangannya kasar. "Gue peringatin sama lo. Lo pergi jauh dari gue, atau gue patahin tangan jijik lo?" desis Mika geram. Regan mengulum senyum manis. Mika gadis pemberani dan tidak manja. Membuat Regan memberi nilai plus untuknya.
"Lo bisa apa cupu?"
Mika menarik tangan Sasya. Memelintirnya dengan kuat. "Dulu gue emang cupu, tapi bukan berarti lo bisa nindas gue seenak jidat lo!" Mika medorong bahu Sasya hingga Sasya terjungkal. Sasya berteriak kesakitan karna kakinya terkilir. Teman Sasya maju ingin mendorong Mika, tapi dengan gesit Mika menjegal kaki perempuan itu hingga terjatuh. Kini mereka menjadi pusat perhatian. Banyak laki-laki yang menyoraki akan keberanian Mika. Dengan acuh Mika menurunkan kacamatanya. Berjalan tanpa peduli ocehan orang.
"Dia memang gadis berbeda, kejar dia sebelum dilamar orang!" ucap seseorang tepat di telinga Regan. Regan kaget bukan main melihat Husein tersenyum ke arahnya.
"Ternyata kakaku penguntit," ucap Husein menarik Regan pergi mengikuti Mika.
Regan melihat Mika tengah digoda oleh beberapa lelaki. Tampak Mika tidak menanggapi gombalan para lelaki itu, membuat lagi-lagi Regan mengulum senyum. Mika bukan gadis sembarangan yang mudah termakan rayuan.
"Kak, gue dukung lo untuk deketin Mika," ucap Husein. Regan menaikkan sebelah alisnya. "Bukannya lo juga suka sama Mika?" tanya Regan bingung.
"Gue anggap Mika adek gue, kak. Gak lebih, tapi lo harus saingan sama Zikri. Dia pria yang Mika suka."
****
"Mika, Mas janji dua tahun lagi akan melamar kamu," ucap Zikri.
"Bener mas?"
"Iya. Kamu siap-siap aja. Kabari mas ya kalau kamu jadi kuliah," ucap Zikri tersenyum. Mika sangat bahagia, hanya membayangkan dia menikah dengan Zikri saja mampu membuat semangatnya terbakar.
"Nih bunga mawar, Cantik kayak yang dilamar," Zikri menyerahkan setangkai bunga mawar merah. Mika menerimanya dengan senang.
"Aku tau kamu gak suka bunga, tapi aku umpamakan dirimu ini sebuah mawar. Indah tapi terhalang duri,"
"Kalau ngomong sama Mika jangan berbelit-belit mas, Mika gak ngerti," ujar Mika membuat Zikri terkekeh.
"Cinta itu bukan dengan mereka yang baik, tapi dengan mereka yang mau mengubah kita jadi baik. Menuntun menuju jalan keridlaan-Nya. Sama-sama mendampingi di saat salah satu berada di titik terendah. Mas janji akan berusaha yang terbaik untuk kamu. Bentar lagi Mas lulus kuliah. Mau kerja biar bisa cepet lamar kamu,"
"Mika orangnya gini mas. Soal ilmu, Mika jauh di bawah Mas. Apa mas bersedia membimbingku?" Tanya Mika.
"Aku akan dengan senang hati, Mika. Mas juga masih proses belajar. Kita sama sama belajar ya!" jawab Zikri tersenyum menenangkan.
"Di luar sana banyak perempuan yang suka sama mas Zikri. Mas Zikri juga jadi rebutan ibu-ibu untuk jadi menantunya." ucap Mika terkekeh.
"Jangan hiraukan mereka. Manusia bebas menyukai siapa saja, Mik, tapi percayalah sama Mas, kalau Mas serius sama kamu."
"Mika percaya kok sama Mas Zikri."
"Yaudah kamu masuk gih, Sholat sana! Kali ini sholatnya masih sendiri-sendiri. Besok kalau sudah halal, Mas Zikri yang imamin," tambah Zikri lagi membuat Mika berlari memasuki rumahnya. Mimpi apa semalam hingga ia di lamar Zikri.
"Ternyata saat aku menyapamu lewat doa di sepertiga malamku itu tidak sia-sia," gumam Mika tersenyum simpul.