part 5

1009 Words
"Tamat riwayatku," lirih Luna dalam hati tanpa membuka pejaman matanya. Setelah sang bos besar sudah melewati mereka semua, semua para staf yang berjejeran mulai membubarkan diri, begitu juga dengan Aluna, Aluna segera kembali ke tempat istirahatnya dan langsung menghembuskan nafasnya beberapa kali hingga merasa lebih tenang "Kenapa Lun?," tanya Raka yang melihat gelagat aneh dari temannya "Tidak apa-apa, tadi aku penasaran aja kok sama bos besar kita, hehe" jawab Aluna berusaha tenang "Katanya nggak penasaran," ujar Raka meledek Luna yang tadinya bilang tidak penasaran tapi sekarang malah mengatakan jika dirinya penasaran "Ah, sudahlah, aku mau kesana dulu," ujar Aluna yang ingin menghindari ledekan atau pertanyaan dari Raka "Eh mau kemana?," tanya Raka mencegah langkah Luna "Mau ke dapur," jawab Luna dengan santainya "Tadi aku kesini mau ngasih tau kamu, kamu disuruh pak Bara untuk melayani bos besar kita, pak Bara mintanya dilayani kamu," ujar Raka yang kembali membuat jantung Aluna berdetak kencang "Aku?," tanya Aluna dengan menunjuk dirinya sendiri "Hmm, pak Bara bilang harus dilayani Aluna," jawab Raka memperjelas ucapan nya "Baiklah," ujar Aluna dengan wajah tak semangat. Aluna pun mulai menyiapkan beberapa botol yang berisi minuman yang sudah sesuai dengan selera bos nya. Aluna menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan dengan perlahan, Aluna melakukan tarikan pernafasan hingga beberapa kali, sampai dirinya merasa lebih tenang, setelah dirasa tenang, Aluna mulai mengangkat nampan yang berisi botol minuman itu, untuk dibawa ke mini bar dimana bos besarnya menunggu. Sesampainya di mini bar, Aluna tetap menundukkan kepalanya berharap bosnya tidak mengenali wajah nya. Aluna mulai meletakkan nampan yang berisi botol minuman di meja tepat di depan bos besar nya. Aluna dengan buru-buru mengambil kembali nampan nya dan dijadikan penutup wajah agar bosnya tidak melihat Luna, dengan sedikit berlari kecil, Aluna mulai menjauh dari bos hingga beberapa langkah, belum juga Aluna sempat bernafas lega karena sudah tidak melihat bosnya, tiba-tiba suara tegas bosnya langsung menghentikan langkahnya "Kembali dan letakkan nampan itu di meja ini," ujar Agam dengan tegasnya tanpa menoleh ke arah Luna. Yah, pria yang dipanggil bos besar itu adalah Agam, mantan bos Luna saat Luna masih bekerja di restoran bulan lalu. Aluna yang mendengar nada tegas dari Agam langsung memejamkan matanya karena takut, Aluna kembali melangkah mendekati meja yang ada di depan Agam, dan meletakkan nampan di meja sesuai perintah Agam. Tak Agam melempar sebuah amplop coklat yang tidak begitu lebar tepat diatas nampan putih Aluna. Aluna masih menunduk dan tidak mendongak sama sekali, bahkan saat Aluna kembali mengambil nampan itu, Aluna masih tidak mendongak. Aluna kembali melangkah dan sedikit berlari menjauh dari Agam. Agam yang melihat tingkah Aluna hanya melirik sambil tersenyum kecil yang disertai gelengan kepala. Setelah sampai di luar, Aluna membolak-balik amplop itu dengan dahi berkerut ‘Masak iya ini surat pemecatan karena tuan bos tau itu aku, tapi kan ini bentuknya kecil, bukannya kalo surat pemecatan itu tidak sekecil ini’ gumam Aluna yang penasaran dengan isi amplop itu. Aluna berniat akan membuka amplop itu di rumahnya, menurut Aluna, amplop itu surat pemecatan, Aluna sengaja tidak membukanya karena Aluna belum siap jika harus kembali jadi pengangguran. "Bengong terus!!!" Teriak Raka saat melihat Luna terbengong dengan tangan yang masih membolak-balikkan amplop coklat nya "Apa sih," ujar Aluna berniat ingin menyembunyikan amplop tersebut dari Raka "Apaan tuh?, sudah dapat gaji aja, padahal baru kemarin Lo dapet gaji," ujar Raka dengan bercandanya "Bukan gaji dan bukan apa-apa," jawab Aluna sambil menyembunyikan amplop tersebut di belakang punggungnya "Lalu apa?," tanya Raka yang ikut penasaran dengan isi amplop kecil itu, Aluna masih tetap tidak membukanya, dan malah melangkah menjauhi Raka dengan sejuta pertanyaan, apa isi dari amplop coklat dengan ukuran kecil itu. Raka pun pergi karena Aluna kekeuh tidak ingin memberinya tau. Tepat pada jam 09 malam, Aluna mulai bersiap untuk pulang, sebelum Aluna pulang, Aluna mengganti pakaiannya terlebih dahulu dengan pakaian biasanya. Memang pakaian khusus kerja Aluna sangat ketat, sehingga memperlihatkan lekuk tubuh Aluna yang sangat enak di pandangan mata para pria, pria manapun yang memandang penampilan Luna, pasti akan tergoda akan keindahan tubuh Luna. Aluna mulai melangkah mendekati lift khusus para pekerja, dengan santainya Aluna masuk dan ingin menekan lantai dasar, namun saat Aluna ingin menekan tombol, tiba-tiba seorang pria mencegah lalu masuk bergabung dengan Aluna, Aluna langsung menekan dadanya yang kembali berdetak kencang serta keringat dingin yang mulai membasahi seluruh wajahnya, saat mengenali sosok pria yang ikut masuk ke dalam lift yang sama dengannya ‘mati aku, kenapa harus masuk ke lift karyawan sih, bukannya ada ya lift khusus untuk pemilik, kenapa harus lewat lift karyawan,’ gumam Aluna dalam hati sambil menutup wajahnya dengan sebelah tangannya, berharap Agam tidak melihatnya. Saat lift mulai berhenti, Aluna segera bersiap untuk keluar, berharap Agam tidak mempersulit jalannya, Luna merasa sudah tidak tidak mampu lagi menahan nafasnya yang sudah susah untuk di hembuskan. Melihat Luna yang akan keluar, Agam dengan segera kembali menekan tombol lantai 3, dan mengunci tubuh Aluna dengan satu tangannya. "Sudah dibuka amplopnya?," tanya Agam dengan nada berbisik tepat di telinga Aluna, hingga nafas Agam sampai di daun telinga Aluna, membuat bulu kuduk Aluna meremang. Aluna dengan spontan nya menggelengkan kepalanya tanpa mengeluarkan suara "kenapa hanya disimpan?, apa kamu membuangnya?" tanya Agam yang semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Luna. lagi-lagi Luna hanya bisa menjawab dengan gelengan cepat. Selain karena Luna takut pada Agam, Luna juga takut dan merasa belum siap membaca kertas pemecatannya. Luna berusah untuk tetap tenang, tapi tetap saja hati Luna tidak bisa tenang. Agam sendiri tidak melepaskan pandangannya dari Luna, Agam terus memandang Luna hingga membuat Luna semakin banyak mengeluarkan keringat "Buka sekarang disini, atau aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini," ujar Agam dengan memberi Aluna ancaman. Aluna terkejut mendengar ancaman Agam, tanpa banyak bicara atau komentar dari Luna, Luna dengan segera merogoh tas Sling bag nya, dan mengambil amplop kecil yang sengaja Aluna simpan dalam tasnya karena berniat ingin membukanya di rumah nanti, tapi kali ini, Aluna tidak lagi berpikir jernih, dan memilih menurut saja membuka amplop nya di dalam lift karena ingin segera menjauh dari Agam. Aluna dengan perlahan mulai membuka amplop yang juga membuat dirinya ikut penasaran. Aluna membuka amplop itu dan langsung, Degh
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD