"Apa yang kau lakukan Byan!!!" Teriak Luna kaget saat melihat Byan tidak memberi ampun dan terus menghajar pria yang tengah menemaninya untuk membeli sarapan sang bosnya. Byan semakin membabi buta menghajarnya saat mendengar Luna membela pria lain di depannya langsung.
"Byan hentikan!!!," Teriak Luna karena Byan masih tidak menghentikan aksi pukul nya
"Sejak kapan kamu jadi berubah jadi perempuan tidak benar dengan pakaian seperti ini Lun?," tanya Byan dengan menatap tajam pada Luna membuat Luna yang mendengarnya terasa nyeri di hatinya.
"Pak Arsen tidak apa-apa?," tanya Luna sambil membantu Arsen bangun tanpa mempedulikan pertanyaan menyakitkan dari Byan. Yah, pria yang menemani Luna mencari sarapan untuk Agam adalah Arsen, kakak sepupu Raka. Luna dikenalkan pada Arsen oleh Raka pada saat Luna baru saja seminggu jadi temannya, Luna memang dekat dengan Arsen sebelum putus dari Byan, tapi Luna tetap setia dengan Byan, Luna sekarang lebih banyak chatting dengan Arsen setelah dirinya putus dari Byan, niat Luna hanya untuk menghilangkan rasa bebannya yang merasa tidak mampu untuk memikulnya sendiri. Byan yang ingin kembali menghajar Arsen, Luna segera menghalangi Byan dan menatap Byan dengan tatapan tajam karena marah.
"Urusan kita sudah selesai, mau bersama siapapun aku dan bagaimana pekerjaan ku, itu bukan urusan kamu, sekalipun kita masih pacaran, kamu juga tidak berhak menghalangi apapun pekerjaan ku, apalagi yang memang kebenaran nya kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, jadi kamu sudah tidak memiliki alasan apapun untuk mengurusi hidupku." Ujar Luna tegas membuat tenggorokan Byan tercekat kaget, merasa tidak percaya perempuan yang selama ini dikenal lembut dan penurut, sekarang sudah berubah dingin datar dan tidak memiliki pandangan cinta sama sekali. Disaat Luna melihat Byan terdiam, Luna langsung menarik tangan Arsen dan membawa nya pergi dari tempat itu.
"Pak Arsen, maaf," ucap Luna lembut setelah sampai di depan mobil Arsen
"No problem, forget it , aku tidak apa-apa kok," ujar Arsen menenangkan Luna saat Arsen menangkap raut ke bersalahan di wajah Luna.
"Ya sudah, aku antar kamu dulu sebelum aku balik ke kantor," ujar Arsen sambil membukakan pintu mobil untuk Luna
"Terimakasih Pak!," ujar Luna tanpa melihat ke arah Byan yang masih terus menatapnya.
"Akh…, sial!," umpat Byan kesal setelah melihat mobil yang membawa Luna sudah tidak terlihat lagi.
"Kenapa lambat?, masih pacaran ya?," tanya Raka saat melihat Luna baru turun dari mobil sepupu nya, yang disertai dengan candaan
"Pacaran apaan, yang ada, hampir aja sepupu kamu dirawat di rumah sakit," jawab Luna yang langsung mendapat tatapan tajam dari Raka
"Kecelakaan?," tanya Raka dengan wajah panik
"Aish, apa sih, ini lebih dari kecelakaan tau nggak," Ujar Luna sambil mendorong tubuh Raka untuk lewat, dan dengan refleks nya Raka pun menyingkir
"Tadi tidak sengaja ketemu Byan, mungkin dia cemburu dan menghajar Pak Arsen dengan membabi buta," beritahu Luna dengan cerita singkatnya
"Masih ada otak nggak sih tuh orang, heran, perasaan bukan kamu yang ninggalin, tapi kok lagaknya kayak korban aja," ujar Raka yang merasa tidak terima dengan tindakan yang dilakukan Byan si mantan kekasih temannya
"Sudahlah, biarkan saja," ujar Luna sambil melangkah mendekati Asti untuk meminta bantuan, agar mengantarkan makanan pesanan bos besarnya ke kamar pribadinya.
"Hay Asti, boleh minta tolong?," tanya Luna sambil tersenyum menampilkan deretan giginya putihnya
"Minta tolong apa Lun?," tanya Asti
"Nih, tolong anterin makanan ini ke kamar bos besar langsung, oke, aku lagi sakit perut," Ujar Luna, sambil meletakkan paper bag berisi makanan khas Korea sesuai pesanan bos besarnya.
"Baiklah," ujar Asti, lalu mengambil paper bag yang berisi makanan dari Luna, dan membawanya ke kamar pribadi bos besarnya sesuai yang dikatakan Luna. Luna melangkah kembali untuk bekerja dengan nafas leganya, karena tidak jadi bertemu dengan bos besarnya. Luna bekerja dengan tenang, hingga jam 04 sore, ketenangan Luna ambyar saat Asti memberitahu dirinya jika dirinya dipanggil bos besarnya.
"Huft, apalagi sih?!," ujar Luna dengan kesalnya sambil melangkah ke arah lift untuk menuju ke kamar bos besar. Setelah Luna sampai di depan pintu kamar pribadi Agam, Luna mulai menghirup nafasnya dan mengeluarkan secara perlahan. Luna kembali mendekat ke arah pintu untuk mengetuk pintu, baru saja tangan Luna terangkat untuk mengetuk pintu, pintu sudah terbuka lebar, dan dengan refleks nya Luna masuk.
"Pintu ajaib kali ya, tau aja kalo ada orang ingin masuk, langsung terbuka tanpa diketuk," ujar Luna dalam hati
"Mau potong gaji karena berusaha berbohong?," tanya Agam dengan suara dinginnya membuat Luna yang mendengar nya langsung berjingkrak kaget
"Ehh,tidak Pak Bos, saya tadi benar-benar sakit perut," ujar Luna gugup
"Sakit perut masih mampu kerja, tapi tidak mampu mengantarkan makanan ini," ujar Agam datar sambil melempar paper bag yang berisi makanan yang Luna beli tadi pagi, untuk sarapan bos nya. Luna terbelalak tak percaya saat melihat makanan yang dibelinya tadi pagi untuk sarapan bosnya masih utuh belum termakan. Luna langsung mengelap keringat di dahinya karena merasa sekarang pekerjaannya terancam.
"Maaf Pak Bos," ucap Luna mencari aman
"Maaf, itu artinya kamu mengakui kesalahanmu?," tanya Agam tanpa menatap Luna. Luna mengangguk dengan pelan sambil memejamkan matanya.
Brak
Agam langsung melempar paper bag yang berbeda dari yang sebelumnya, dan dengan refleks nya Luna menangkap paper bag itu tepat di dadanya. Dengan perlahan, Luna membukanya dan langsung mengernyitkan dahinya bingung.
"Untuk apa ini Pak Bos?," tanya Luna sambil mengangkat paper bag tersebut
"Pakai dan tunggu sampai aku menjemputmu, temani aku ke pesta teman, aku tidak menerima penolakan. Dan satu lagi, tidak perlu pulang, kamu bisa mempersiapkan diri dari sini, kamu pilih saja kamar mana yang ingin kamu gunakan untuk bersiap diri." Ujar Agam dengan tegasnya
"Tapi Pak, saya…
"Keluar!, aku tidak butuh penolakan, ingat, jangan coba-coba menghindar dari kerjaan khusus ini," Agam langsung memotong ucapan Luna, dan kembali menekankan kata jika dirinya tidak menerima penolakan, bisa dikatakan, Agam memaksa.
"Baik Pak," ujar Luna pasrah sambil membungkuk badannya hormat, lalu melangkah pergi dengan hati yang dongkol.
"Kenapa Lun?, asem banget tuh muka?," tanya Raka saat melihat kedatangan Luna
"Ketahuan kalau tadi aku bohong," jawab Luna dengan lesunya
"Hahaha, lagian lu ada ada aja, ya pasti ketahuan lah, orang cctv dimana-mana," ujar Raka dengan tawa kencangnya. Luna hanya memutar bola matanya jengah mendengar ledekan Raka.
"Aku kesana dulu ya," pamit Luna yang langsung nyelonong pergi tanpa menunggu respon Raka. Luna mulai mencari kamar yang menurutnya aman, Luna memilih kamar lantai paling bawah, lantai dua dari lantai dasar.
"Hem, orang kaya mah bebas ya, cuma buat karyawan sepertiku saja, langsung disuruh milih kamar mana yang menurutku cocok, bagaimana kalau sampai jadi ratunya, hahaha." Ujar Luna sendiri, dan tertawa sendiri. Tepat pada jam 07 malam, Luna mulai mempersiapkan diri, Luna mulai memakai pakaian gaun mewah, yang sangat pas di badannya, bahkan sangat pas.
"Hem, cantik juga ya. Emang sih, kalo pakaian mahal, mau dipakai siapapun terlihat cantik, bahkan dipake aku sendiri yang hanya seorang karyawan, sudah seperti tuan putri saja." Ujar Luna memuji kecantikan nya sendiri. Setelah dirasa sudah selesai, Luna mulai duduk di tepi ranjang, untuk menunggu Agam, tidak lama Luna menunggu, Agam pun datang.
"Ikuti aku," ujar Agam datar tanpa melihat ke arah Luna. Luna pun mengikuti langkah Agam hingga sampai di mobil, Luna masih berjalan dibelakang Agam
"Di pesta nanti, tidak perlu banyak berbaur dengan siapapun, kamu hanya diam dan menjawab pertanyaan orang seperlunya." Ujar Agam sebelum meminta Luna masuk ke dalam mobil dan duduk disampingnya. Luna hanya menjawab dengan anggukan kecil.
Sesampainya di acara pesta, kedatangan Agam langsung disambut dengan penuh kehormatan. Agam hanya mengangguk saja tanpa bersuara.
"Pak, saya ambil minum dulu," bisik Luna sambil menunjuk ke beberapa minuman bervarian, yang sudah dikhususkan untuk para tamu. Agam kembali mengangguk dan melanjutkan langkahnya untuk menyapa pada rekan bisnis lainnya.
"Loh, Luna!, disini juga?," tanya Farhan sambil tersenyum senang. Farhan yang menganggap Luna sebagai tamu paling terhormat setelah Agam, langsung mengambil minuman dan memberinya pada Luna, tanpa Luna dan Farhan sadari, dari kejauhan terlihat seorang perempuan menatap tajam ke arahnya.
"Iya Kak," jawab Luna singkat sambil tersenyum dan meraih gelas dari tangan Farhan
"Nikmati ya Lun, aku mau menyapa tamu lainnya," ucap Farhan yang di jawab anggukan oleh Luna. Seorang perempuan yang sudah mengawasi Luna sejak tadi, langsung menghampirinya dan melempar minuman anggur nya pada Luna. Raka yang melihat akan aksi perempuan itu langsung ingin menolong Luna sebagai penghalangnya, namun…
Pyar