part 2

1008 Words
"Kenapa terlambat?," tanya seorang pria dengan posisi membelakangi Aluna dengan nada dinginnya Deg "Bos," lirih Aluna kaget saat mendengar suara yang Aluna dengar satu bulan yang lalu, Aluna tau, jika melakukan kesalahan apapun langsung berhadapan dengan bosnya, pasti hukumannya tidak akan ringan, dan pastinya setengah gajinya akan lenyap, itu artinya, gaji Aluna bulan ini tidak akan selamat. Aluna mulai menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan dengan perlahan, berharap keringatnya tak lagi membasahi dahi dan seluruh wajahnya. "Maaf Pak Bos, saya terlambat 10 menit lewat," ujar Aluna dengan gemetaran. Sedangkan pria yang Aluna panggil pak bos langsung mengangkat pergelangan tangannya yang sudah dilingkari oleh jam mahalnya "Terlambat 10 menit lewat katamu?," tanya sang bos dengan mengulang perkataan Aluna barusan, Aluna mengangguk mengiyakan "10 menit lewat 18 menit 45 detik. Artinya kamu telat hampir 20 menit," ujarnya dengan tegas membuat Aluna membulatkan matanya tidak percaya, harus sedetail itukah, menurut Aluna. "Baik Pak, saya mengerti," ujar Aluna dengan pasrahnya, pasalnya dirinya tidak bisa membela kara memang dirinya salah. Aluna juga tau bagaimana ketatnya peraturan dan juga hukuman sebagai pekerja jadi pelayan restoran Bintang lima ini, jadi Aluna akan menerima apapun nanti hukuman nya "Ke Marilah," ujar Agam dengan datarnya. Aluna langsung mendekat tidak menunggu Agam sampai mengatakan untuk yang kedua kalinya "Kamu tau kan, jika terlambat sampai 10 menit, dan bahkan kamu lewat dari 10 menit, maka akan mendapatkan hukuman berat, apalagi sampa berhadapan langsung denganku," Ujar Agam sambil menatap Aluna yang menunduk dengan tatapan dingin "Mengerti Pak," jawab Aluna dengan membungkukkan badannya penuh kehormatan "Karena kamu sudah lalai dalam kedisiplinan waktu, saya dengan berat hati tidak hanya memotong atau sekedar memberimu tugas tambahan sebagai hukuman, tapi," ujar Agam dengan sengaja men jeda ucapannya sambil terus menatap lekat wajah Aluna "Tapi apa Pak?," tanya Aluna dengan hati yang tak bisa berhenti berdetak kencang karena takut "Kamu dipecat," ujar Agam dengan menekan kata pecat. Aluna terdiam seakan jantungnya yang sejak tadi berdetak kencang langsung tidak berfungsi "Dipecat Pak?," tanya Aluna dengan mata yang mulai berkaca-kaca menahan tangis "Iya, silahkan angkat kaki mu dari gedung ini, dan segera ucapkan selamat tinggal," ujar Agam dengan santainya. Aluna langsung menjatuhkan tubuhnya di lantai dan memohon sambil memegang kaki Agam agar tidak memecatnya "Saya mohon Pak, tolong beri saya kesempatan, saya mohon jangan pecat saya Pak, saya mohon beri saya kesempatan, saya janji tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi, saya mohon Pak," ujar Aluna dengan Isak tangis yang terdengar lumayan nyaring di telinga Agam "Yakin masih sanggup menerima hukuman dari saya, hukuman kali berat?," tanya Agam memastikan sebelum mengatakan apa hukuman nya "Yakin Pak," jawab Aluna cepat dengan wajah yang menggambarkan penuh semangat "Kamu harus siap menjadi pasangan pura-pura saya," beritahu Agam yang langsung membuat mata Aluna seakan ingin loncat dari tempatnya. Agam yang melihat reaksi berlebihan Aluna langsung menjentikkan jarinya tepat didepan wajah Aluna "Saya butuh jawaban, bukan hanya sebuah ekspresi," ujar Agam datar yang membuat Aluna mendesah kasar "Maaf Pak, apa tidak ada hukuman lain, saya rasa perkataan Bapak tadi bukan sebuah hukuman," ujar Aluna dengan beraninya "Apa saya salah memberimu kesempatan untuk tetap bekerja di restoran ini dengan syarat yang sudah aku tentukan tadi?," tanya Agam dingin sambil melangkahkan kakinya menuju meja kerjanya. Aluna terdiam, menurut Aluna syarat kali ini lebih berat daripada syarat lainnya yang pernah dirasakan oleh rekan kerja lainnya "Maaf Pak, saya lebih memilih keluar dari pekerjaan ini," ujar Aluna dengan tegasnya setelah lama berpikir, menurut Aluna lebih baik Aluna cari pekerjaan baru, tidak masalah gajinya tidak sebesar dari gaji pekerjaan nya kali ini. "Silahkan, masih tau letak pintu keluar?!," ujar Agam menerima keputusan Aluna. Aluna langsung melangkah keluar dengan perasaan campur aduk. Aluna mulai melangkah dengan langkah pelan dan juga sedih karena sekarang dirinya menyandang status pengangguran. "Lun, kok masih disini, kenapa tuh muka?," tanya Arman teman kerja Aluna "Aku dipecat," jawab Aluna sedih sambil menghapus sisa air matanya "Kok bisa, memangnya apa kesalahan kamu?," tanya Arman "Terlambat datang, dan aku tidak mampu melakukan hukuman nya," jawab Aluna "Memang apa hukuman nya Lun, kenapa tidak minta bantuan aku?," tanya Arman yang langsung mendapat gelengan pasrah dari Aluna, "Sudahkah, sama kerja, aku pulang dulu," ujar Aluna lalu pergi meninggalkan Arman yang menatapnya dengan tatapan kasihan. Aluna memilih jalan kaki sampai dirumah untuk melihat-lihat lowongan, siapa tau ada lowongan dan dirinya langsung mendapat pekerjaan yang baru. Di sepanjang perjalanan dengan terik sinar matahari yang begitu menyengat, Aluna sudah beberapa kali mengelap keringat di dahinya sambil menghembuskan nafasnya kasar. Aluna tidak mendapati pekerjaan hingga jam makan siang lewat, Aluna juga belum sempat mengisi perutnya karena merasa tidak nafsu makan sama sekali, Aluna bingung, jika dirinya menganggur, mau bayar pake apa untuk biaya sekolah adiknya. Aluna tidak menyerah, Aluna terus berjalan hingga sore hari, namun hasilnya masih sama, tidak mendapat pekerjaan, sekalipun ada lowongan, semua menolak untuk mempekerjakan Aluna, akhirnya dengan langkah gontai, aluna pun pulang kerumah, dengan disambut Omelan dari mamanya. Satu Minggu sudah, Aluna tidak bekerja, rasanya Aluna ingin menenggelamkan diri pada danau yang tidak dapat di tolong oleh orang, agar dirinya tidak lagi mendengar ocehan mamanya karena tidak bekerja "Masih belum dapat kerja?," tanya Siska saat melihat Aluna tengah bermain hp "Belum Mah, ini Luna masih coba nyari," jawab Aluna lembut "Hem, jangan lupa, bulan depan kita harus bayar uang semester buat adik kamu, stok beras juga mau habis," ujar Siska yang langsung melangkah masuk kedalam kamarnya. Kepala Aluna langsung berdenyut saat mendengar ucapan mamanya barusan, Aluna melangkah menuju kamarnya dan memilih untuk mengujinya dari dalam. Aluna bermain ponsel hingga sore hari. `Aku harus segera mendapat pekerjaan, semoga saja ada salah satu di antara email yang aku kirim surat lamaran bersedia menerimaku,` ujar Aluna dalam hati sambil meletakkan ponselnya dan menuju ke kamar mandi. Keesokan paginya, Aluna dengan malas membuka matanya dan berniat akan mencari pekerjaan sambil menunggu email masuk.Saat Aluna meraih ponselnya untuk melihat jam, tiba-tiba mata Aluna membola kaget saat melihat dua email masuk yang membuat jantungnya berdetak kencang, dengan semangat 96, Aluna mendudukkan tubuhnya dan segera membuka email masuk tersebut, dengan mata yang berkaca-kaca karena menahan tangis, Aluna kembali membuka email masuk yang kedua. "Aaa!!!" Teriak Aluna kencang
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD