Kakiku kesemutan. Kebelet pipis. Gerah. Dan perutku berbunyi. Complicated. Semua yang kurasakan ini karena kesalahan Irgi. Kalau dia tidak menindih kakiku pasti aku sudah berlari pulang. Tapi sekarang aku benar-benar tidak bisa berkutik. "Kenapa belum beranjak dari situ?" Suara Irgi yang galak membuatku kini menatapnya kesal. Dia sudah berdiri dengan kunci mobil di tangannya. Memangnya dia mau apa coba? Setelah bangun Irgi dengan tidak merasa bersalah langsung meninggalkanku sendiri. Dan saat kembali dia malah memarahiku. Huuu dasar, memangnya siapa yang mau di sini coba? "Ayo aku antar pulang!" Irgi sudah akan melangkahkan kakinya. Tapi kemudian melangkah mendekatiku. Membungkuk dan kini mengulurkan tangan untuk menarikku. "Ayo. Aku bantu berdiri." Tangan Irgi sudah terulur ke depan.