30. Penyatuan

1600 Words
Agras membuka matanya rasanya baru saja ia tertidur, tubuhnya saja belum terasa pulih sepenuhnya karena lelahnya berlatih, tapi ia sudah bangun saja. Ketika membuka mata ia merasakan keadaannya sangat gelap sekali, tak mungkin lilin di kamarnya padam karena ada tempelan rapalan mantra di sana. Apa ia berada di dalam dunia si dewa? Tapi tak mungkin si dewa lebih suka warna putih. Apa di dunia roh lagi? Sepertinya hanya itu yang mengusik pikirannya, mungkin juga perempuan itu datang lagi untuk membicarakan sesuatu padanya, pastinya tentang dunia yang sedang tak baik-baik saja dan ia harus secepatnya melepaskannya dari kurungan raja iblis. “Richard,” panggil sebuah suara. Agras kini yang berubah menjadi Richard tersadar, bahwa ada yang aneh dengan panggilan itu, jelas bukan suara dewa dan juga bukan si perempuan yang mengaku sebagai roh penjaga alam semesta itu. “Siapa?” tanya Richard saat itu. Kemudian muncul sesosok laki-laki dengan baju zirah berwarna emas mengkilat-terang, membawa pedang di punggungnya dan Magivlo di tangan kirinya. Orang lain lagi yang menemuinya. Ia sampai pusing, entah nanti makhluk apa lagi yang akan bertemu dengannya. “Kau siapa?” sambung Richard masih dengan bertanya. “Dan bagaimana kau tahu namaku?” “Aku yang datang bersamaan dengan perpindahan tubuhmu, aku reinkarnasi pahlawan yang menggunakan tubuhmu sebagai wadah,” ujar laki-laki itu lembut, sangat lembut sekali hingga orang tak menyadari bahwa ia adalah sang pahlawan. “Kau Vastoarta sang pahlawan?” tanya Richard. Vastoarta mengangguk. “Selama ini kupikir orang-orang itu menghayal tentang keberadaan dirimu dan raja iblis itu hanya eksistensi tentang kejahatan.” “Apa kau juga berpikir bahwa aku ini hayalan? Jika benar, sekarang kau harus percaya bahwa aku ini nyata,” kata Vastoarta. “Jika nyata, sekarang aku di mana? Dan mengapa aku menjadi Richard bukan Agras?” “Kita berada di dunia jiwa, karena raga yang kita pakai milik Agras sedangkan dalamnya ada jiwa milikmu sebagai Richard dan aku sebagai sang pahlawan,” ucap Vastoarta lagi. “Mulai saat ini kita akan menjadi satu sebagai jiwamu dalam satu penyatuan.” “Penyatuan? Apa itu berarti aku akan menghilang dan berganti dengan jiwamu?” “Bukan,” jawab Vastoarta. “Aku bersama para roh akan melebur dalam jiwa dan tubuhmu, kekuatan kami akan menjadi kekuatanmu tapi jiwa dalam tubuh Agras tetap milikmu.” “Jelaskan lebih detail padaku, apa maksudnya semua ini?” Richard masih bingung dengan semua yang terjadi, apa yang harus ia lakukan dan penyatuan apa yang dimaksud. “Kau pasti tahu siapa aku dan kisahku, bukan?” Agras mengangguk. “Raja iblis yang telah aku kurung ribuan tahun lalu hampir bisa melepaskan segelnya dan mau menghancurkan dunia, dengan tubuh Agras sebagai wadah dan jiwamu sebagai peleburan aku memintamu untuk menjadi reinkarnasiku dan melenyapkan Raja iblis itu, setidaknya kau kembali menyegalnya.” “Setelah itu, jika aku sudah berhasil mengalahkan raja iblis apa kau akan pergi dari jiwaku dan membuatku menjadi manusia biasa?” tanya Agras terus menerus. “Tidak, aku akan bersamamu sampai nanti kau mati.” Vastoarta terus menjawab pertanyaan Agras itu. “Kau siapa?” Richard mengangguk. Kemudian dari Magivlo milik Vastoarta keluar tiga cahaya berbentuk bola-bola kecil, biru, merah dan juga biru. Bola-bola itu lalu melayang di udara begitu juga Vastoarta yang menjadi cahaya keemasan. Richard mendongakkan kepala, seketika saja keempat cahaya itu masuk kedalam tubuhnya secara langsung, rasanya sedikit sakit hingga membuat Richard mengerang. Setelah itu ia merasakan ada aliran yang sangat kuat dalam tubuhnya, kekuatanya seolah bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya, hingga membuatnya mampu merasakan sesuatu yang bahkan berada cukup jauh dari tempatnya berdiri. Hingga kemudian ia terbangun dan sadarkan diri. Agras terbangun dan sedikit bangun, jantungnya berdebar sangat kencang, hingga terasa hendak pingsan, setelah itu ia menyadari bahwa Prata berusaha menyadarkannya dengan memanggil dan menggoyangkan tubuhnya berulang kali, ternyata ia tak tidur malah saat itu ia sedang berlatih pedang dengan Prata di tempat biasa. “Apa yang terjadi padamu?” tanya Prata begitu Agras sadar. “Aku harus menemui kakek Destron, tapi aku tak kuat berdiri bisa Paman gendong aku?” Prata mengangguk kemudian menggendong Agras di punggungnya. Prata membawa Agras pada Destron seperti permintaannya, beberapa menit kemudian mereka sampai di ruangan Destron. Destron yang melihat keadaan Agras langsung meminta Prata untuk membaringkannya di sebuah ranjang kecil. “Apa yang terjadi?” tanya Destron pada Agras dan Prata. Agras kemudian meminta Destron untuk mendekatkan telinganya pada mulutnya lalu berbisik. “Prata tinggalkan kami berdua dan tolong panggilkan Laika untuk membawa obat.” Prata mengangguk mengindahkan hal itu kemudian ia keluar dari ruangan dan menutup kembali pintu itu dengan rapat-rapat kembali. Setelah keluar dari ruangan itu Prata masih bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Agras padahal tadi saat mereka tengah berlatih tak terjadi apapun, hanya tiba-tiba Agras tak sadarkan diri kemudian bangun seperti orang yang aneh. Kini setelah Agras meminta menemui Destron, ia malah tak boleh tahu apa yang sedang mereka bicarakan, mereka seolah membicarakan sesuatu yang penting tanpa harus melibatkan dirinya, padahal ia juga guru dari Agras harusnya ia juga perlu tahu jika ada hal yang seandainya harus ia bantu. Namun, nyatanya malah tidak begitu mereka hanya membicarakannya berdua saja tanpa dirinya. Tak berapa lama ia bertemu dengan Laika yang ternyata juga ada di lorong itu, Laika malah lebih dulu bertanya Prata hendak pergi kemana untung saja Prata tak lupa dan mengatakan bahwa Destron memintanya datang dan membawa obat untuk Agras, Laika mengangguk mengerti dan berjalan melewati lorong lagi untuk menuju ruang herbalis, mengambil obat untuk Agras. Setelah mengambilkan obat Laika datang membawanya masuk kedalam ruangan Destron, di sana Agras sudah duduk dengan membuka pakaian atasnya dan Destron seperti melakukan sesuatu. Laika datang langsung memberikan obat. Sedangkan pembicaraan keduanya sudah selesai beberapa waktu lalu tak lama karena langsung ada inti persoalan. Selesai memberikan obat pada Agras, Laika pun berlalu pergi. Agras memasang kembali bajunya dan Destron memintanya untuk kembali berlatih karena frosta yang dibawakan Laika sudah membuat Agras menjadi lebih baik lagi. Setelah Agras kembali Destron masih teringat tentang pembicaraan anak itu dengan sang pahlawan di dunia jiwa, sebuah hal yang selama ini sangat ia tunggu dan mungkin hampir semua orang menunggunya. Agras mengatakan bahwa dalam keadaan setengah sadar sang pahlawan menemuinya dan mengatakan bahwa ia hendak melakukan penyatuan, lalu empat cahaya masuk kedalam tubuhnya. Destron tahu bahwa keempatnya cahaya itu adalah para roh penjaga alam semesta, yakni sang penguasa samudra, sang maha langit, dan sang naga abadi, sang pahlawan dan satu kekuatan yang kini tak bersama dengannya. Dalam penyatuan itu sudah menjelaskan bahwa Agras benar-benar terpilih sebagai seorang reinkarnasi pahlawan dan ia harus menyelesaikan misinya untuk menyelamatkan dunia, melawan raja iblis yang hendak keluar dari segelnya dan membebaskan roh penjaga alam semesta barat yang dikurungnya. Kekuatan Agras kini sudah berlipat-lipat ganda, bahkan Destron yang melihat itu sampai bingung sendiri, karena selama ini ia tak pernah melihat kekuatan sehebat itu, bahkan reinkarnasi sebelumnya tak  memilikinya. Agras di anugrahi kekuatan yang benar-benar hebat, bukan hanya dari sang pahlawan tapi juga dari keturunannya. “Apa terjadi sesuatu pada anak itu?” tanya Laika yang masih berada di sana. “Anak itu sudah mendapat penyatuan, katakan pada anak-anak reinkarnasi yang lain untuk cepat datang dan berlatih di Lumiren, mereka harus secepatnya menjalin hubungan dengan Agras. Aku akan bertemu dengan para dewan dan Zaheer di dunia jiwa,” ujar Destron pada Laika, Laika mengangguk paham kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan Destron. Destron menarik napasnya kemudian ia pun duduk meditasi dan memejamkan matanya, tak lama ia berada di dunia jiwa bertemu dengan Zaheer serta kelima sang dewan. “Destron, apa yang membuatmu menemuiku bersama kelima kakek-kakek tua ini?” tanya Zaheer begitu Destron dan para dewan menemuinya. Zaheer memiliki dendam lama dengan para dewan itu saat mereka memerintahkan Ayios dan para penyihir Lumiren untuk menghentikan ayahnya dulu yang membuat kerusakan di Tron serta Loth. “Kau masih saja dendam pada kami, Zaheer.” “Jelas sekali aku menaruh dendam, gara-gara kalian ayahku terusir dari Tron,” ujar Zaheer. “Puluhan tahun sudah berlalu Zaheer, dan kau tahu sendiri alasan kenapa kami menghentikan Rakan, bukan.” “Sudahlah, hentikan bualanmu aku hanya ingin tahu sesuatu tentang cucuku, cepat katakan Destron,” kata Zaheer. “Aku pikir pertengkaran kalian tak akan berakhir sampai malam tiba,” timpal Destron yang kesal melihat perselisihan mereka yang tak ada habisnya. Kemudian Destron menceritakan apa yang terjadi pada Agras, tentang Agras yang sudah mendapatkan kekuatan sang pahlawan dan melakukan penyatuan. Zaheer gembira mendengar kabar itu begitu juga dengan para dewan karena memang itu yang selama ini mereka tunggu. Akhirnya waktu itu datang saat mereka akan melihat bagaimana Agras sebagai sang pahlawan menyelamatkan dunia. “Itu artinya perjalanan cucuku akan segera tiba?” tanya Zaheer. “Iya, dan itu juga berarti bahwa akan banyak sekali musuh yang berdatang dan mencoba membunuh sang pahlawan, bukan hanya itu orang-orang di sekelilingnya juga akan terlibat dalam masalah nantinya, masalah yang cukup pelik bahkan mungkin akan ada pembunuhan masal,” ujar Destron. “Apa itu berarti musuh kita semakin kuat?” Zaheer bertanya lagi. “Aku takut mengatakannya tapi sepertinya iya. Ada 13 komandan dari raja iblis, mereka memiliki kekuatan yang tak bertingkat, mungkin bisa saja mereka datang dan menghancurkan segalanya, dalam perjalanan harusnya Agras menemui mereka dan membunuh satu-persatu,” kata Destron membuat keadaan sedikit bingung. Kemudian pembicaraan itu terus berjalan hingga sampai bagaimana harus menyusun rencana nanti untuk mengalahkan para iblis beserta komandannya, karena tak semua orang tahu bahwa Raja iblis memiliki komandan perang yang cukup hebat dengan sihir yang jauh melampaui pikiran manusia biasa dan itu cukup mengacam. Jika mereka tak membuat rencana untuk melindungi seluruh Valgava dari ancaman itu maka bisa dipastikan bahwa kerajaan itu akan hancur, apalagi para iblis pasti mencari orang yang terkait dengan Agras.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD