11. Lahirnya Kembali Sang Pahlawan

1337 Words
Pada malam yang sama setelah Agras memejamkan matanya, antara setengah sadar ia seolah berada di sebuah tempat yang selama ini tak pernah ia lihat, itu bukan sekedar mimpi tak nampak seperti sebuah kenyataan. Ia tak pikir di dunia si dewa, karena jika berada di sana semua berwarna putih dan ia akan menjadi Richard kembali, tapi saat ini tidak. Ia malah berada di hutan dengan tubuh Agrasnya. “Aku bermimpi,” ucap Agras sambil menggaruk kepala belakangnya. Ia mencoba mencubit kulit tangannya, tak sakit. Ternyata benar ia bermimpi. “Tapi kenapa seperti nyata? Apa si dewa ganti latar belakang karena bosan warna putih terus?” Agras berjalan maju kedepan melewati setiap pepohonan yang lebat di sana, ia tak takut jika ada hewan buas karena itu juga di dunia mimpi. Setelah ia berjalan lebih jauh dan menyusuri tempat itu ia tak menemukan si dewa atau siapapun, tak ada juga hewan. Di sana hanya ada pepohonan yang lebat, semak liar dan akar melarang yang saling menggantung satu sama lain. Ia kembali menggaruk kepalanya, ingin keluar dari mimpi tapi ia tak tahu bagaimana caranya. Kemudian ia berniat kembali ketempatnya semula, ketika memutarkan badan mendadak hutan lebat itu menjadi gelap pepohonan hilang, tanah yang diinjaknya melunak, menyerapnya layaknya pasir hisap. Agras kaget dan bingung dan dengan cepat ia tenggelam di dalam tanah. Tubuhnya jatuh di sebuah dasar yang Agras tahu itu di dalam tanah tadi, tak ada apapun di sana sama sekali gelap gulita, ia mencoba membuka matanya lebar-lebar tapi tak menemukan apapun, hanya gelap dan gelap. Ia bangkit dan mencoba berkeliling tapi untuk apa. Kemudian dari arah depannya sebuah cahaya hijau terang mendekatinya, Agras menghalangi cahaya yang langsung menusuk mata itu dengan telapap tangannya. Cahaya itu semakin mendekatinya, ia masih tak berpikir macam-macam, malah berpikir bahwa si dewa hanya melakukan uji coba ataupun prank padanya seperti yang pernah di tonton di sosial media. Namun, untuk apa si dewa melakukan itu? Bukankah ia bilang akan melakukannya lima hari lagi atau dua tahun menurut waktu di masanya. Ketika cahaya itu terus mendekat, ia  kini bingung karena ia tak tahu harus melakukan apa. Kemudian saat cahaya itu tepat berada di depannya, ia melihat bahwa di dalam cahaya hijau itu ada sesosok perempuan yang tengah menutup mata sambil menggabukan tangannya seolah tengah berdoa. Agras penasaran dengan perempuan itu, tapi ia tak bereaksi apapun, ia hanya diam sambil menunggu apa yang terjadi selanjutnya. Mimpinya menjadi begitu aneh, apa mungkin itu efek dari banyaknya buku dongeng yang ia baca. Saat memikirkan itu perempuan di dalam cahaya itu membuka matanya. “Agras Ryuma,” ucap perempuan itu menyebutkan namanya. Suara perempuan itu langsung menusuk gendang telinganya, sakit sekali, seolah saraf otaknya langsung terganggu. Ia memegang telinga untuk menutupinya, tapi kemudian rasa sakit itu menghilang dan perempuan itu bendiri di hadapannya sembari hilangnya cahaya itu. Kini ia melihat sekelilingnya berubah menjadi gurun pasir tandus dan kering. “Apa yang terjadi? Kau siapa dan aku di mana?” tanya Agras kemudian. “Aku tengah berbicara padamu dari sebuah dimesin Roh. Aku Mithila sang penjaga semesta barat, satu dari empat entitas yang Tuhan ciptakan,” ucap perempuan yang mengaku sebagai Mithila itu. Mithila? Roh penjaga alam semesta? Jelas sekali itu dongeng Legenda dari Akhirat, buku yang Uskup Olsho berikan. “Di dimensi ini aku tahu apapun termasuk apa yang kau pikirkan,” ujar Mithila. “Kau adalah reinkarnasi dari pahlawan Vastoarta, nasibmu sudah ditentukan. Aku saat ini tengah dikurung Raja Iblis, jika kau tak membebaskanku maka Raja Iblis akan keluar dari segelnya dan menghancurkan dunia.” Setelah mendengar hal itu, Agras ingin bertanya tapi Mithila dan dimensia yang ia maksud hilang seketika. Kemudian ia terbangun dengan kepala yang sedikit menyeri. Ia keluar kamar menuju dapur untuk mengambil air minum, banyak hal yang terjadi hari ini sampai ia bermimpi yang aneh. Hari masih begitu malam untuk ia menceritakan mimpi itu pada uskup Olsho, mungkin esok pagi saja setelah ibadah. Saat Agras mencari air minum, di malam yang sama tempat berbeda yakni kota Lumiren di ujung barat negeri Valgava, seorang laki-laki tengah berdiri di luar dengan memandang langit berbulan purnama biru terang. Ia melihat apa yang telah terjadi, dua orang lain datang menemuinya dan menanyakan apa yang terjadi. “Reinkarnasi selanjutnya akan datang, persiapkan kedatangannya, aku tak tahu kapan dan siapa ia yang pasti ia yang harus mengalahkan Raja Iblis,” ujar laki-laki tua itu pada dua orang yang baru saja datang. Kedua orang itu mengangguk tanda mengerti, ada tanda yang sudah alam semesta berikan pada Valgava karena mendapatkan kabar antara baik dan buruk itu. Di desa rumah Luis dan Vina, seseorang mengetuk pintu dengan begitu kencang. Vina yang tertidur mendengar itu dan terbangun, ia mengatakan pada Luis yang masih mengasah pedangnya di ruang tengah. “Ada orang yang datang,” ujar Vina berbisik pada Luis. “Mungkin itu Liam,” kata Luis seadanya. “Bukan, Liam dan Azus pergi ke Yogs tadi sore aku yang mencarikan kereta kuda untuk mereka,” ucap Vina, kini Luis menanggapi hal itu dan ikut penasaran dengan apa yang terjadi. Luis mengerti maksud Vina, jika bukan Liam juga pasti bukan tetangga yang lain karena saat itu malam sudah begitu begitu larut. Luis berjalan sambil membawa pedang menuju pintu keluar diikuti Vina. Kemudian Luis menarik grandal pintu dan bersiap dengan apa yang terjadi, jika seandainya di depan sana ada orang jahat yang hendak melakukan hal buruk. Ketika pintu itu terbuka, Luis dan Vina hanya melihat seseorang yang entah laki-laki atau perempuan menggunakan tudung hitam menutupi seluruh tubuhnya. Di depan Vina dan Luis orang bertudung itu mengeluarkan sihirnya memperlihatkan sesuatu, yang membuat Luis bingung dan Vina bersedih hingga tak terasa air matanya terjatuh, hari itu ternyata terjadi dan anehnya terjadi pada keluarga kecil mereka. Orang bertudung itu pergi, keduanya masuk kedalam dengan Vina yang masih menangis sesenggukan Luis mencoba menenangkan kesedihan Vina. “Dia anak hebat, tenangkan pikiranmu,” kata Luis. “Kenapa harus ia, aku tak tega jika ia pergi sejauh ini dalam waktu dekat.” Vina mengatakan itu masih dengan sesenggukan. “Orang-orang gereja pasti bisa membantunya, begitu juga para penyihir lainnya yang akan melindunginya.” Vina mencoba tabah meskipun ia masih terus saja menangis, hingga malam melarut. Pagi pun kembali datang, Agras menguap setelah beribadah pagi. Ia keluar Altar bersama dengan para penghuni asrama lainnya, termasuk biarawan dan uskup-uskup yang ada. Belum meninggalkan gereja ia teringat apa yang terjadi padanya tadi malam dan berniat mengatakan pada uskup Olsho, ia berharap uskup mengatakan bahwa itu hanya sekedar mimpi biasa. “Uskup ada waktu? Aku ingin berbicara sebentar,” ujar Agras pada uskup Olsho saat ia menemuinya di lorong gereja seorang diri. “Ah ada apa? Ada buku baru yang kau temukan?” tanya uskup Olsho. Agras menggeleng. “Lalu?” Agras meminta uskup Olsho sedikit merunduk agar ia bisa berbisik padanya. “Aku mengambil buku di ruangan rahasia di dalam perpustakaan.” Air muka uskup Olsho berubah dan dengan cepat menariknya dari lorong itu masuk kedalam ruangannya. Di dalam ruangan itu ia meminta Agras menceritakan apa yang terjadi. “Aku mengambil buku di ruangan itu, isinya seperti kumpulan sajak dari bahasa Lotren, setelah aku membacanya tanganku keluar air dan api bersamaan, aku pikir itu hanya hayalan, saat aku tidur aku bermimpi seorang perempuan dan mengatakan bahwa kau pahlawan selanjutnya,” papar Agras menceritakan apa yang terjadi padanya tadi malam. “Waktu itu datang juga,” kata uskup berbicara sendiri tak mempedulikan Agras. “Sekarang kau kembali ke asrama, itu hanya mimpi dan jangan ceritakan ruangan di perpustakaan.” Agras mengangguk dan keluar dari ruangan uskup Olsho. Ia menarik napas lega ternyata memang hanya sebuah mimpi saja, padahal ia berpikir bahwa ia benar-benar memiliki kekuatan sihir seperti di film-film. Sesaat setelah Agras keluar dari ruangannya, uskup Olsho cepat-cepat pergi untuk menemui uskup besar, ia tak bisa menahannya lebih lama saat mengetahui apa yang terjadi, ia juga tak mungkin menutupi sebuah keharusan yang ada. Alam semesta kembali melahirkan seorang pahlawan yang akan menyelamatakan dunia dari bahaya yang mencekam. Setelah penantian panjang hampir seratus tahun, sang pahlawan pun kembali dalam wujud seorang anak kecil dan terlahiran dengan sempurna di Valgava.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD