22. Searching II

1006 Words
Band Wall Of Memories. Itu adalah nama band yang akhir-akhir ini sedang hits. Personel-personelnya berwajah tampan. Membuat para F-Robot berbondong-bondong menghadiri setiap panggung mereka. Seperti sekarang, cafe Baiwin dengan sengaja mengundang Band WOF––Wall Of Memories –– untuk tampil di sana. Tentu itu membuat keadaan cafe Baiwin mendapatkan pengunjung yang membludak seperti sekarang. Saki mengkerut, dia tidak suka dengan teriakan-teriakan jelek para F-Robot itu. Mereka berteriak seakan mereka tidak akan pernah lagi melihat band kesayangannya. "Cepat pergi dari sini!" seru Sanka. Ternyata, bukan hanya aku saja yang merasa terganggu dan tidak nyaman. Batin Saki setelah mendengar seruan Sanka tadi. "Ya, ayo!" Randra menyahut dengan raut wajah yang terlihat kesal. Mereka melangkah cepat untuk bergegas keluar. Tak mudah untuk keluar dari cafe itu. Mereka bahkan harus saling mendorong antar robot yang lain. Beberapa menit kemudian, mereka––Saki, Sanka, dan Randra –– akhirnya berhasil keluar dari cafe sialan–kata Saki– itu. "Huh, band sialan! Mereka hanya datang membawa kebisingan." umpat Randra yang memang sedari dulu tidak menyukai musik. "Aku setuju kali ini." sahut Sanka yang baru kali ini menyetujui hal seperti ini. Saki terkekeh, dia bersuara menyuruh mereka untuk pergi dari sana dan pergi ke tempat yang biasa mereka datangi lainnya. Sanka dan Randra tentu saja setuju, mereka sudah lama tidak berkunjung ke tempat itu. Mereka bertiga pun mengaktifkan SWG mereka masing-masing. Saling bergegas terbang sebab mengadakan taruhan. Siapa yang paling cepat sampai, dia pemenangnya dan akan ditraktir selama 2 minggu oleh 2 robot yang kalah. "AKU PASTI MENANG!!" teriak Saki dari depan. Saki kaya, dia selalu meng-update barang-barangnya agar selalu menjadi barang yang amat sangat bagus. Terbukti sekarang, dia yang terbang paling cepat diantara kedua kawannya. "Wohoo!! Aku menang!!!" teriak Saki ketika dirinya sudah mendarat di atas bukit. Di sana, bukit itu memiliki tinggi yang lumayan. Tanaman-tanaman yang jarang ditemukan di wilayah perumahan ditemukan di sini dengan mudah. Pohon-pohon di sini juga tumbuh sendiri. Jangan tanya Saki dan kedua kawannya bagaimana mereka menemukan bukit indah ini. Mereka menemukannya begitu saja. Ketika mereka sedang berjalan-jalan menggunakan CWG milik Saki, mereka melihat pohon-pohon yang begitu lebat. Dan rasa penasaran Sakilah yang menuntun mereka untuk turun dan mencari tahu, ada apa di bawah. Ketika sudah mendaratkan CWG-nya, Saki yang pertama kali berseru girang. Mereka––Saki, Sanka, dan Randra –– langsung terpukau ketika melihat pemandangan bukit itu. "Akhirnya, setelah lama kita tidak ke sini, akhirnya kita ke sini lagi!!" seru Randra ketika kakinya telah menapak pada tanah bukit. "Tch, jangan mengalihkan pembicaraan! Kau kalah Randra." sentak Saki kepada Randra yang dengan pintarnya mengalihkan fokus Saki. Randra berdecak, dia merotasikan matanya dengan malas. "Sanka yang kalah, Saki." "Kalian berdua kalah. Tidak ingat perjanjiannya tadi, hemm?" Saki tersenyum miring melihat Randra yang terlihat tak terima. "Aku selalu tidak setuju jika kita berlomba kecepatan seperti ini." Saki menyahut tiba-tiba ketika dirinya berada di samping kedua kawannya. "Haha, benar! Kau pasti akan selalu kalah, Sanka." balas Randra dengan mengejek. "Si*lan." umpat Sanka tak terima. "Sudah! Sekarang kita sedang berada di sini. Lebih baik kita nikmati saja pemandangan ini, daripada bertengkar seperti itu." ucap Saki memberi saran. Randra manggut-manggut, "Hemm, kau benar. Sanka, jangan pancing aku untuk berdebat denganmu, ok!" Sanka menggeram, "Dasar." Setelah itu, keheningan terjadi di antara mereka. Mereka sama-sama melihat sekelilingnya. Menikmati pemandangan seperti yang dibilang Saki tadi. "Aku harap, kita akan kembali ke sini lagi nanti." ucapan Randra memecah keheningan. "Ya, semoga saja ...." Sanka membalas dengan pandangan yang tak dialihkan. "Kita akan pergi ke dunia mereka, kita pasti akan membuat sejarah baru." celetuk Saki ikut berbicara. "Seperti apa mereka, ya?" tanya Randra membuat kedua kawannya juga ikut penasaran dengan hal itu. "Katanya, sama seperti kita 'kan?" tanya Randra kembali. Saki dan Sanka menggeleng tidak tahu. "Sampai kapan kita di sini?" tanya Sanka. "Sampai malam. Kita akan langsung pergi ke rumah Profesor Jula begitu sudah malam." balas Saki. *** Matahari lagi-lagi ditelan oleh gelapnya malam. Bulan dengan berseri terlihat di sana telah menggantikan posisi sang teman––matahari. Tak lupa, bintang juga berhamburan di sana. Mereka memang menunjukkan cahayanya ketika malam. Membuat langit menjadi lautan bintang dengan bulan yang paling bersinar terang. Saki, Sanka, dan Randra kini sedang terbang di langit. Mereka ingin menikmati gelapnya malam terlebih dahulu sebelum sesuatu yang mungkin besar akan terjadi. Sedari kecil, Saki ingin sekali menapaki bulan. Dia penasaran. Tapi dia tidak bisa walaupun hanya untuk melihat bulan dari jarak yang dekat. Bulan itu terlalu jauh, jauh jaraknya juga jauh dan sulit untuk digapai. Saki ingin menggenggam bintang. Terlihat kecil dan pas untuk dibawa pulang. Saki berpikir, barangkali sang ibu ada di sana. Menjadi salah satu bagian dari mereka. Itu sebabnya, Saki ingin membawa bintang. Tapi sayangnya, sekali lagi, hal itu sulit untuk dilakukan. Sangat. Saki melesat terbang tinggi meninggalkan kawan-kawannya yang paham akan pergi ke mana Saki. Bibir Saki melebar. Memandangi bintang dari jarak yang seperti ini––masih sangat jauh–– cukup menyenangkan. Senyuman Saki makin melebar kala salah satu bintang di sana memperlihatkan cahayanya yang paling terang. Dia pikir, itu cahaya sang ibu. Sengaja untuk bersinar terang daripada yang lain hanya untuk menunjukkan keadaannya pada Saki, sang anak. Bahwa dirinya baik-baik saja. "Ibu .... aku senang jika kau selalu senang." ujar Saki pelan sambil menatap bintang paling terang itu. "Aku pergi dulu, ya? Saki akan menjelajah di dunia baru Bu. Itu keinginan Saki sedari dulu. Ibu juga sudah tau itu 'kan?" Saki terkekeh. Dia tersenyum sendu kala tidak mendapat jawaban seperti biasanya. "Sampai jumpa Ibu. Kita pasti akan segera bertemu." Setelah itu, Saki bergegas turun dengan kecepatan tinggi. Dia hanya tidak ingin jika dirinya akan berbincang lebih lama dengan sang ibu. Itu hanya akan membuat dirinya merasa menjadi robot paling menyedihkan yang pernah ada. Dan Saki tidak suka akan hal itu. Penglihatan Saki menangkap kedua kawannya yang sedang berdiri di atas gedung tinggi. Mereka berdua tentu sedang menunggu Saki. "Kau tidak apa?" tanya Sanka begitu Saki sudah ada di samping mereka. "Ya, tentu." jawab Saki. "Hemm, kalau begitu, ayo kita lanjutkan perjalanannya." ucap Randra yang di-angguki oleh kedua kawannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD