Bab 4 Kesal.

1057 Words
Usai menyalakan AC di dalam ruang kamarnya, gadis itu segera menuju ke meja makan kembali. Ila duduk di salah satu bangku yang ada di dekat meja dapur. Gadis itu mengamati setiap gerak lelaki yang bernama Samudra itu. Sesaat Ila pun terpukau dengan kecakapan kedua tangan yang akan menjadi suaminya disana. Kemeja yangbtersingsing di bagian kedua lengan tangannya dan punggung kekar bak pemghalangbjika ada badai datang. Gadis itu menatapnya saja disana sampai kedua tangannyabterangkat dan menopan dagunya disana. "Akh... tampannya." Bisik Ila saat itu yang membuat Samudra melirik sekilas kearah gadis itu disana. "Mau makan sekarang?" tanya Samudra tiba-tiba. Yang membuat Ila sedikit terkejut dan segera membenahi duduknya. "Akh... iya... boleh kak..." ucap Ila pada lelaki itu. Dan akhirnya keduanya pun makan siang bersama untuk pertama kalinya. "Kapan?" tanya Samudra tiba-tiba pada gadis itu. Membuat Ila sesaat menatap kearah Samudra dengan mulut masih mengunyah makanan disana. Namun Samudra nampak cool dimata Ila saat itu. "Ehemz!" deheman Samudra yang mampu seketika membuat Ila tersentak kaget. "Apanya ya yang kapan?" tanya Ila pada lelaki itu. "Ngajak aku nya ke rumah kedua orang tua kamu... memangnta kamu mau kita nikah tanpa mereka tahu? enggak kan?" tanya Samudra. Nampak Ila mengangguk beberapa kali. "Oke deh... baiklah... emb... besok akan aku ajak kamu ke rumah orang tua aku. Gimana? tapi... rumah aku di Desa gitu... kamu nggak keberatan emangnya?" tanya Ila balik pada lelaki itu. Nampak Samudra sangat tenang mendengarkan setiap ucapan Ila. Bahkan ia bisa mengunyah dan menikmati makanannya saat itu. "Udah aku bilang kan sebelumnya! jika apapun itu aku nggak keberatan. Meskipun kamu menginginkanku sekalipun aku tidak masalah. Hanya satu... jangan meminta seorang anak dariku." Ucap Samudra dengan nada suara datar dan tanpa menatap Ila. Lelaki itu menatap kearah piring dan sendoknya sendiri. "Gluk." Ila menelan ludahnya sendiri sekali tegukan ketika mendengar ucapan dari lelaki itu yang begitu enteng. "Hah... dia gila ya? mana mungkin aku menginginkan dirinya? dia kali yang mau denganku! tapi... boleh juga tuh." Ucap Ioa dalam hatinya. "Oke... baiklah... besok aku bawa kamu pulang ke rumah. Dan lagi... jangan bilang sesuatu yang menyangkut pertemuan pertama kita. Ya... sebisanya kita perlihatkan pada kelyarha aku kalau kita saling mencintai ya... oke?" ucap Ila yang langsung tanpa penolakan oleh lelaki itu. "Oke." Ucap enteng Samudra. "Dan sebagai gantinya, kamu pun harus berlaku sama saat aku ajak ke rumah mama aku. Oke?" ucap Samudra lagi. Dan Ila pun menganggukinya tanda ia setuju. Keduanya akan pulang ke rumah orang tua karena akan mengambil berkas pernikahan. Hingga acara makan siang keduanya usai. Nampak Samudra mengambil piring kotor, dan membawanya menuju ke wastadel. Sedangkan Ila segera mengemas kembali lauk yang masih tersisa itu ke tempat penyimpanan. Ila lalu menuju kearah wastafel dan berdiri di samping Samudra. Gadis itu melihat kedua tangan lelaki itu yang sudah terampil mencuci piring. "Biar aku yang keringkan." Ucap Ila saat itu sembari mengambil piring basah dari tangan Samudra. Dan kelaki itu membiarkannya saja. Sesekali Ila melirik kearah Samudra yang masih berdiri di sampingnya. "Habis ini temani aku." Ucap Samudra singkat dengan tiba-tiba. "Bukannya ini sudah aku temani?" ucap Ila yang ia kira adalah menemani lelaki itu di rumah. Samudra lalu menoleh dan menatap kearah gadis di sampingnya lalu tersenyum. Ila pun yang tidak mengerti hanya ikut tersenyum. "Maksud aku... temani aku beli oleh-oleh buat calon mertua Ila... mengerti?" ucap Samudra yang mendapat sambutan senyuman dari gadis itu. "Oh..." ucap Ila yang lalu melanjutkan memgelp piring di tangannya. Lalu setelah usai melakukan aktivitasnya, keduanya pun lalu duduk di sofa depan televisi. Dengan dua kaleng minuman dingin disana yang keduanya nikmati. "Mana?" tanya Samudra sembari mengulurkan satu tangannya yang terbukabkearah gadis di sampingnya. Ila pun dengan malu-malu mengilurkan satu tangannya dan meraih telapak tangan lelaki itu dengan malu-malu. Ila menjabat tangan Samudra disana. Nampak lelaki itu menahan senyumannya. "Maksud aku ponsel kamu! aku mau cek apakah nomor aku disana kamu namai fengam nama yang layak?" ucap Samudra yang membuat Ila segera menekuk bibirnya sendiri karena malu. "Akh... aku kira kamu mau memegang tangan aku tadi." Ucap Ila sembari memberikan ponselnya pada Samudra. Namun lelaki itu malah memegang tangannya yang tengah memegangi ponsel disana. Ila dengan terkejut menatap kearah lelaki itu. "Aku rasa... jika untuk pegangan tangan saja waktu kita sangat banyak." Ucap Samudra yang masih memegang tangan Ika untuk sesaat dan mengambil pinsel gadis itu disana. Nampak Ila sedikit gugup saat itu. Nampak Samudra memicingkan kedua matanya dan mengernyitkan alisnya saat ia melihat pesn masuk dari seseorang yang langsung bisa Samudra kenali dari nama yang Ila simpan disana. "Eric love." Gerutu Samudra saat itu. Lalu lelaki itu mencoba menghubungi nomor Ila saat itu. Samudra begitu terkejut saat tahu nomornya muncul di layar kaca ponsel Ila dengan nama "orang asing." "Luar biasa!" ucap Samudra sembari menghadapkan layar ponsel Ila menghadap kearah gadis itu. "Ouh itu belum aku ganti kak... maaf..." ucap Ila dengan kedua telapak tangan menangkup seakan memohon. Segera saja Samudra mengganti namanya yang ada di ponsel Ila menjadi "suami." "Nih!" ucap Samudra sembari menyerahkan pobsel itu kembali kepada pemiliknya. Ila pun segera menerimanya disana. Dan menatap nama lelaki itu yang sudah di rubah. Ila pun segera tersenyum melihatnya. "Lalu aku di ponsel kak Mudra, kakak beri nama apa kak?" tanya Ila yang juga ingin tahu. Tanpa jawaban, Samudra mengarahkan layar ponselnya menatap kearah Ila. Dan setelah membaca nama kontaknya disana, Ila pun segera tersipu disana. Ila sedikit malu untuk membacanya "Istriku." Nama yang Ila baca disana tadi. "Kamu masih mengharapkan mantan tunangan kamu itu untuk kembali ya La?" tabya Samudra pada gadis di sampingnya. "Nggak! ngapain aku nungguin cowok bresngek kayak gitu. Nggak lah." Ucap Ila dengan jawabannya. "Lalu itu apa tadi? nomor masih kamu save, chat masih kamu simpan. Kamu mau mengenang masa-masa indah dengan lelaki itu?" ucap Samudra dengan nada sedikit kesal disana. Namun Ila malah terpana sesaat untuk mendengarkan ucapan lelaki itu. "Lelaki ini bisa bicara panjang juga ya ternyata!" ucap Ila dalam hatinya yang tengah terpana. "Nggak mau kasih jawaban?" tanya Samudra yang merasa gadis itu mengacuhkan pertanyaannya. "Akh... nggak gitu kak! itu belum sempat aku hapus. Lagian nggak penting kok. Buktinya dia ngirim banyak pesan juga nggak aku buka kan? jadi... jangan kesal ya kak...?" ucap Ila pada lelaki itu. Namun Samudra segera beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Ila sendirian disana. Samudra lalu masuk kedalam kamarnya. "Sebegitu nggak sukanya ya dia saat tahu aku belum sempat hapus nomor mantan?" ucap gerutu Ila saat itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD