"Apa se indah itu?" ucap Samudra yang menyadari akan tatapan tajam daringadis yang ada di belakangnya. Nampak ucapan lelaki itu seketika mampu membuat Ila tersentak kaget.
"Akh... Ila ke kamar mandi dulu kak..." ucap gadis itu dengan wajah merona berseri. Ila lalu bergegas menuju ke kamar mandi. Dan Samudra pun segera menyudahi aktivitas paginya. Lelaki itu pun kemudian turut masuk kedalam kamarnya dan mulai mandi. Beberapa saat kemudian. Nampak Samudra sudah siap dengan pakaian kerjanya. Lelaki itu nampak memakai stelan jas dan kemeja yang senada. Namun yang tidah Samudra pikir. Ila begitu lama di dalam kamar mandinya.
"Ada apa ya? bukannya tadi duluan dia ya masuk kamar mandinya?" tanya Samudra dalam hati. Samudra tidak tahu jika Ila bisa keluar dari dalam kamar mandi hanya ketika lelaki itu sudah pergi dari rumah. Ila sengaja menunggu Samudra pergi terlebih dahulu. Hingga lelaki itu usai membuat roti selai untuk Ila dan juga dirinya sebagai makan sarapan. Serta sudah mrnghangatkan s**u dalam gelas masing-masing.
"Tok, tok, tok! La... kamu masih dindalam? kamu yakin nggak apa-apa?" tanya lelaki itu dari luar pintu kamar mandi.
"Aduh... kenapa belum berangkat sih? akh..." dengus Ila disana.
"La... Ila... kamu dengar nggak?" tanya Samudra lagi dari luar pintu kamar mandi.
"Kalaubkelamaan di dalam sana ntar masuk angin loh!" ucap lelaki itu lagi.
"Iya kak, iya... aku disini..." ucap Ila akhirnya yang membuat lelaki yang tengah berdiri di depan pintu kamar mandi itu lega. Ila lalu membuka pintu kamar mandinya. Wajahnya nampak pucat saat itu.
"Tuh lihat! kamu kelamaan di dalam sana.kadi pecat begitu La..." ucap Samudra. Namun saat itu Ila tidak membalas ucapan Samudra. Lelaki itu lalu mengangkat tangannya dan menempelkan punggung tangan itu ke kening Ila. Samudra begitu kaget ketika merasakan punggung tangannya panas saat itu.
"Kamu demam?" tanya Samudra.
"Biasa kak... Ila lagi berdarah tapi tidak terluka." Ucap gadis itu yang membuat Samudra kebingungan.
"Berdarah tapi tidak terluka? kenapa La?" tanya Samudra.
"Yang tiap bulan kaum wanita alami kak..." ucap Ila lagi. Barulah lelaki itu tersenyum dan mengerti.
"Lalu... kenapa kamu mengurung diri di dalam sana?" tanya lelaki itu.
"Ya karena aku nggak mau kakak liat saat aku lemah begini..." ucap Ila yang membuat Samudra mengangkat satu tangannya dan mengusap puncak kepala gadis itu.
"Jadi nanti nggak jadi pulang?" tanya Samudra.
"Eh... ya jadi dong kak! kalau nggak jadi pulang bisa gawat!!!" ucap Ila dengan semangatnya.
"Lah kamu aja kayak gini? mau aku gendong?" tanya Samudra lagi.
"Nggak kak! aku bisa jalan sendiri kok. Eh... kok kakak maubkerja pakai pakaian yang rapi begini? kakak yakin kerjaamnya jadi supir nih? nyambi sales ya?" ucap Ila nerocos begitu saja.
"Udahlah... nggak penting. Aku apa aja bisa kok La... yaudah buat istirahat ya... sarapan... namti siang aku pulang terus siap-siap. Oke?" ucap Samudra yang mendapat anggukan dari gadis itu.
"Emb... kakak hati-hati ya kalau begitu." Ucap Ila dengan jawabannya. Akhirnya Ila hari itu tidak masuk kerja. Sekalian mengambil cuti tahunannya selama tiga hari. Sekalian ia pergi ke rumah orang tuanya. Dan Samudra segera berangkat kerja.
"Belikan obat penghilang rasa nyeri datang bulan ya, san antar ke rumah." Ucap Samudra pada seseorang yang sedang di telponnya. Lalu lelaki itu menyudahi panggilannya. Hingga beberapa saat nampak seseorang yang mengetuk pintu apartmen yang Ila tempati.
"Siapa yang datang ya? jangan-jangan mantannya? aduh... mungkin mamanya? akh... gimana ya?" ucap dalam hati Ila dengan gerutunya.
"Akh... aku kan calon istrinya!" ucap Ila yang lalu bergegas menuju ke pintu rumah demgan salah satu tangan yang menekan perutnya. Namun Ila seketika terbengong saat melihat orang yang ada disana.
"Silahkan..." ucap nya sembari menyerahkan kresek putih dari tangnnya. Lalu berpamitan pergi. Belum habis rasa terkejut Ila, namun lelaki itu sudah masuk kembali kedalam lift yang akan membawanya turun. Ila pun membawa kresek putih itu masuk kedalam. Menutup pintunya rapat-rapat. Ila begitu kaget saat melihat isi di dalamnya.
"Obat anti nyeri dan vitamin." Ucap Ila saat membaca tulisannya. Akhirnya Ila pun memutuskn untuk menghubungi Samudra. Aatu kali panggilan Ila diacuhkan lelaki itu. Karena kondisi Samudra yang memang tidak bisa menerima panggilan. Hingga panggilan yang ke tiga kalinya gadis itu barulah Samudra angkat.
"Halo... ada apa La?" tanya Samudra disana.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya lelaki itu lagi.
"Emb... iya aku baik-baik saja kok kak. Oh ya... kamu kapan pulang? aku laper kak... ayo makan siang sama-sama..." ucap Ila yang membuat lelaki itu tersenyum. Bahkan semua orang yang berderet di kursi kanan kirinya pun bisa melihat lelaki dingin dan paling di segani itu tersenyum. Setelah rapat yang menegangkan barusan.
"Rapat cukup sampai sekian. Dan kita lanjut tiga hari mendatang." Ucap Samudra pada semuanya. Dan akhirnya lelaki itu pun segera kembali ke rumah. Saat ia akan masuk kedalam mobil. Ia sudah melihat bagian jok.nelakang mobilnya yang sudah penuh dengan barang bawaan yang akan ia bawa ke rumah calon mertuanya. Samudra lalu masuk kedalam mobil dan melajukan mobil tersebut menuju ke apartmennya. Beberapa saat akhirnya ia sampai di rumah. Samudra langsung masuk kedalam begitu saja. Namun ia tersentak kaget ketika melihat Ila yang baru keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk minim membebat tubuhnya dari atas d*ada sampai hampir pangkal.paha bagian atas.
"Akh..." teriak Ila begitu saja. Namun Samudra langsung bisa mengendalikan situasi.
"Sudah, sudah nggak usah tetiak, ini aku... kamu juga bakalan segera terbiasa kok nanti. Cepat ganti baju... aku angetin makanannya." Ucap Samudra yang membuat gadis itu menunduk malu disana.
"Bodoh Ila! kenapa bodoh kamu pelihara sih? jelas-jelas ia calon suami kamu. Kenapa berteriak? lagian... ini rumah dia... mau dia masuk asal-asalan juga terserahkan! masak iya kamu suruh ngetuk pintu sih?" gerutu Ila dalam hatinya yang lalu bergegas masuk kedalm kamarnya. Ila tidak tahu jika Samudra akan se cepat itu pulangnya. Ila pikir lelaki itu akan melewati beberapa rangkaian proses hingga ia dapat cuti kerja atau segera pulang ke rumah. Namun nyatanya Ila tidak tahu siapa calon suaminya itu. Usai dengan memakai pakaiannya, Ila pun keluar dari kamar dan betjalan ke meja makan. Nampak lelaki itu dengan sibuk menatap makanan disana. Dengan kedua lengan tangan yang tersingsing nampak maskukin dan begitu menyilaukan bagi Ila.
"Sudah baikan?" tanya Samudra.
"Sudah, oh ya... tadi teman kamu ya yang ngirimin obat?" tanya Ila pada lelaki itu. Samudra hanya tersenyum saja.
"Yang penting kamu udah mendingan. Jangan sampai nanti saat perjalanan jadi merepotkan." Ucap lelaki itu lagi. Yang lalu menghampiri Ila dan menempelkan punggung tangannya disana. Melihat apakah sudah menurun panasnya atau belum. Ila pun dengan polosnya sedikit mendongak menatap kearah lelaki itu.
"Calon suamiku." Ucap Ila dalam hatinya yang mulai berbunga.