Zhou Yanmei mondar-mandir di ruang utama perguruan. Sesekali dia menatap heran pada Yanxie yang duduk santai di kursi ketua sambil mengusap Qionglin seruling kesayangannya yang berwarna putih, seputih salju.
"Kakak, ada apa sebenarnya?" Yanmei mulai bicara setelah lelah mondar-mandir tak keruan.
"Apanya yang ada apa?" balas Yanxie acuh.
"Kenapa kakak tiba-tiba keluar dari gua? kursi ketua itu, debunya sudah menumpuk karena kakak tidak pernah duduk disana."
"Kursi ini berdebu bukan karena aku tak pernah duduk disini, tapi karena kalian tidak pernah membersihkannya."
"Kakak ... apa Kakak penasaran dengan Xiao Yu?"
"Xiao Yu? ah, jadi makhluk aneh itu namanya Xiao Yu?"
Yanxie, berdiri dari duduknya lalu turun dari singgasana yang selama ini tak pernah dia duduki tersebut.
"Kakak mau kemana?" tanya Yanmei sambil mengikuti Yanxie dari belakang.
"Meneliti makhluk aneh itu."
"Meneliti bagaimana? Kakak tidak akan memasukkan dia ke kawah api, kan?"
Yanxie terhenti lalu menatap Yanmei dengan serius, "Ide bagus. Kau memang pintar,"
"T-Tunggu dulu. Kakak, tidak boleh begitu, dia tersesat dan kita harus membantunya!"
"Kau tunggu disini. Akan kuputuskan setelah bicara dengannya."
"Tidak! aku ikut."
"Kau ... ingin aku melemparnya ke kawah dalam satu detik?"
"T-Tidak ..."
"Kalau begitu tunggu disini. Membela orang aneh yang memasuki lembah. Kau sungguh keterlaluan."
Yanxie berlalu meninggalkan Yanmei. Yanmei hanya cemberut. Jika kakaknya sudah berbicara tak ada cara lain untuk membantahnya.
"Hormat kepada ketua lembah!" ucap semua murid serentak begitu melihat Yanxie keluar dari ruang utama. Tak terkecuali Lingyin. Bocah itu memberi hormat sambil memukul Xiao Yu agar melakukan hal yang sama. Xiao Yu mau tak mau ikut memberi hormat dengan cara sedikit membungkuk. Lalu berdiri menatap lurus ke wajah Yanxie.
"Zhou Yanxie. Jadi kau pemimpin utama disini? tapi dia terlihat begitu dingin. Apa dia psikopat? atau ... seorang sosiopat?"
Yanxie menatap Xiao Yu dari ujung rambut hingga kaki. Xiao Yu mengenakan pakaian berwarna putih, yang oleh murid lembah digunakan sebagai pakaian dalam. Xiao Yu lalu melapisi pakaian dalam tersebut dengan mantel panjang berwarna hitam miliknya, yang dia pakai saat kecelakaan.
"Kalian semua, kembali berlatih. Menatap makhluk aneh ini hingga melupakan tugas kalian, apa itu tidak disebut terpengaruh pikiran jahat?"
"Maafkan kami Ketua Lembah!" seru semua murid serentak. Xiao Yu terlonjak kaget karena seruan mereka. Jantungnya yang bisa dikatakan lemah itu, hampir saja lepas dari tempatnya.
"Zhou Lingyin?"
"Hormat kepada Ketua, Zhou Lingyin menghadap," Xiao Yu tak bisa berkata-kata, melihat bocah berusia lima tahun dengan pengucapan fasih, dan sikap hormat seperti itu, membuatnya sedikit takjub. Dikeluarganya, anak-anak dari paman dan bibinya yang berumur lima tahun merupakan makhluk yang sangat berisik dan tentu saja nakal. Berbanding terbalik dengan Lingyin yang mempunyai sikap tegas dan terlihat bijak.
"Sepertinya kau susah semakin tinggi."
"Zhuo Lingyin tumbuh dengan baik. Semua berkat kebijaksanaan dan kemurahan hati Ketua Lembah," ucap Lingyin dengan fasihnya.
Xiao Yu tersedak mendengar ucapan Lingyin. Dengan cepat dia menutup mulut begitu Yanxie menoleh padanya dengan tatapan tajam, "Percakapan macam apa ini? mereka membaca dialog dari drama sejarah?" Xiao Yu tak habis pikir, yang baru saja dia dengar adalah dialog antara anak lima tahun dan orang dewasa yang paling tak masuk akal di otaknya, "Bukankah bocah seumuran ini harusnya melompat dan berlarian kesana-kemari? tapi dia malah bicara seperti kakek tua dengan si Manusia Dingin itu."
"Yin Er, kembali ke tempatmu, dan kau," Yanxie menunjuk Xiao Yu, "Ikut aku!"
Lingyin segera memberi hormat, dan pergi setelah mendengar perintah Yanxie.
"T-Tunggu dulu, kau mau kemana L-Lingyin!" Xiao Yu kelabakan, dia berusaha menarik Lingyin agar tetap bersamanya, namun bocah itu menghilang dengan cepat. Kini hanya ada dia dan Ketua Lembah dengan eskpresi datar yang tak ramah tersebut.
Yanxie segera beranjak menuju ke belakang lembah. Sementara Xiao Yu membatu di tempatnya, tak bergerak sama sekali.
"Kau masih tidak mengikutiku?" ucap Yanxie kemudian. Xiao Yu tak punya pilihan lain, dia akhirnya setengah berlari mengikuti Yanxie.
Kini kedua orang dengan penampilan sumbang tersebut berdiri di pinggir sungai belakang lembah. Sungai tempat Xiao Yu ditemukan dan diselamatkan oleh Yanmei. Xiao Yu menjaga jarak sekitar dua meter dari Yanxie. Walau bagaimanapun, dia harus berjaga-jaga, bisa saja Ketua Lembah yang berwajah seperti es ini, menyerangnya tiba-tiba.
Zhou Yanxie berbalik lalu menatap Xiao Yu tajam. Xiao Yu berdehem, berusaha untuk bersikap jantan walau dia merasa terintimidasi. Dia berdiri tegap lalu mendongakkan kepalanya, untuk menyeimbangkan aura sombong dari Yanxie.
"Rambut kuning yang begitu pendek, mata coklat transparan, dengan pakaian aneh. Kau, iblis dari mana?" perkataan Yanxie begitu menohok. Seumur hidupnya, belum pernah Xiao Yu mendapatkan pertanyaan seperti ini. Tidak ada yang berani memanggilnya iblis saat di kampus atau di rumah, walau dia begitu susah diatur. Tapi, semenjak tiba di desa aneh ini, semua orang meremehkannya, dan juga sangat tidak menghormatinya. Murid yang berusia belasan tahun memanggilnya Siluman dan sekarang ketua lembah dengan wajah ketus ini memanggilnya Iblis.
"I-Iblis? wah! seenaknya saja bicara. Kenapa aku dipanggil iblis!?"
"Lalu, menurutmu penampilan seperti ini layak dipanggil apa?" Yanxie menunjuk Xiao Yu dengan pandangannya yang menusuk.
"Penampilanmu juga aneh. Semua penghuni tempat ini berpakaian aneh, semua laki-laki berambut panjang, terutama kau, rambutmu bahkan berwarna putih, kalian layak disebut apa?"
Xiao Yu agak emosi. Namun, begitu Yanxie mengarahkan Qionglin ke lehernya, Xiao Yu langsung tercekat dan tak berani bergerak sedikitpun.
"Cara bicaramu sungguh tidak enak didengar. Mulut yang tidak sopan ini, sepertinya harus diberi pelajaran."
"P-Pelajaran apa maksudmu?"
"Harus disobek hingga tidak bisa bicara lagi."
Xiao Yu sontak langsung menutup mulutnya. Melihat wajah Yanxie yang sangat serius, bukan tak mungkin orang gila itu melakukan apa yang dia katakan.
"I-Ini namanya ancaman, kau bisa kutuntut!" ucap Xiao Yu, lalu kembali menutup mulutnya karena takut.
Yanxie menurunkan Qionglin. Seruling putih kesayangan itu, kini dia sematkan di pinggang kanannya. Yanxie berbalik, lalu kembali menatap ke sungai di depannya.
"Adikku menemukan kau disini, kan?" tanya Yanxie kemudian.
"I-Iya. Dia bilang dia menemukan aku hanyut di sungai."
"Kenapa kau bisa berada di sungai ini?"
"Aku tidak tahu! bisakah kau biarkan aku pergi? aku takkan merepotkanmu. Izinkan aku keluar dan aku akan kembali mencari jalan untuk kembali ke tempatku."
"Kau ingin kembali ke tempatmu? dimana?"
"Beijing,"
"Beijing? Yanxie tampak kebingungan. Dia belum pernah mendengar kata itu sebelumnya.
"Ah, kau tak tahu Beijing? hmm kalau begitu ... Peking," Xiao Yu menatap Yanxie. Yanxie masih saja diam dan tampak tak mengerti, "Ibukota Utara, China, Tiongkok?" Xiao Yu menyebutkan semua yang dia tahu. Namun, Yanxie tak menunjukkan tanda bahwa dia mengerti.
"Kau ingin bermain denganku?" ucap Yanxie lalu mendekat kearah Xiao Yu.
Xiao Yu mundur beberapa langkah, "Aku tak tahu harus menjelaskan apa lagi! aku juga tak tahu kenapa aku bisa hanyut di sungai itu! aku hanya ingin pulang!"
Dengan satu tarikan nafas, Yanxie mencengkram mantel Xiao Yu. Mereka tiba-tiba terbang di udara, Xiao Yu di jinjing dengan mudah oleh Yanxie, dia tampak seperti boneka kertas yang melayang-layang.
"Kau mau apa! turunkan aku!"
Byur! Yanxie melempar Xiao Yu ke sungai. Xiao Yu terbelalak, dengan sekuat tenaga dia berusaha berenang. Namun, pusaran air di bawahnya begitu deras, dia terus saja timbul tenggelam. Yanxie dengan santainya melayang di atas permukaan sungai, melihat Xiao Yu yang berjuang seperti menonton opera. Xiao Yu terbatuk, dia begitu banyak meminum air dan sepertinya dia tak sanggup lagi bertahan.
"T-Tolong aku ... t-tolong ...."
TBC