Suara pecahan kaca terdengar nyaring membuat kedua pria yang berdiri di samping Rasha diam menelan ludah. Keduanya melihat dengan jelas meja kaca di hadapan bosnya itu sudah hancur karena gerakan kaki Rasha.
Rasha menatap keduanya, "Cari meja yang kuat, jangan yang mudah pecah seperti ini," komentar Rasha santai.
Keduanya hanya menghela napas dan mengangguk melihat nasib meja yang sudah hancur tak berbentuk. Rasha berdiri bersiap untuk pergi dari sana, tapi dia ingat jika urusan anak yang diinginkan keluarga besarnya belum selesai.
“Cari saja wanita yang tidak banyak bicara dan tidak menghabiskan banyak uang untuk menerima benih yang nantinya aku berikan,” perintah Rasha dan keduanya mengangguk.
Lelaki itu melangkahkan kakinya keluar dan berjalan ke lift untuk meninggalkan kantor. Tapi saat dia sampai di lobby dia mendengar ada suara berisik dari coffee shop yang ada di gedung itu. Ada rasa penasaran saat dia mendengar suara itu, karena mobil yang dia pesan belum datang dia memutuskan untuk melangkahkan kakinya ke sana dan melihat apa yang terjadi.
Rasha melihat ada gerombolan wanita sekitar empat orang yang duduk bersama dalam satu meja menikmati segelas kopi dan terlihat sedang bercanda. Dia memperhatikan sekilas aktivitas itu dan memorinya mencari momen yang sama tapi dia tak menemukannya.
Rasha baru menyadari jika selama ini dia tak pernah menghabiskan waktu dengan beberapa temannya meski untuk bersantai minum kopi, tapi siapa teman yang dia ajak untuk melakukan itu, dia saja tak tahu apa dia memiliki teman atau tidak saat ini. Digga hanya asistennya, Sergy juga statusnya sebagai pengawal pribadinya.
“Bos, mobil sudah siap, apa-” Sergy muncul tiba-tiba membuat Rasha mengangkat tangannya membuat Sergy tak melanjutkan ucapannya.
Sergy mengikuti arah pandang Rasha yang melihat gerombolan wanita yang ada di hadapan bosnya. Dia mengamati semua wanita itu dan merasa tak ada yang spesial dengan semuanya, terlihat seperti karyawati biasa.
“Jadi maksudmu kamu tidak akan menikah juga di masa depan?” celetuk seorang wanita dengan baju merah dan pertanyaan itu dijawab dengan anggukan oleh seorang wanita dengan rambut kuncir kuda sambil menyeruput kopi miliknya.
“Apa kamu juga tidak ingin memiliki anak?” timpal teman yang lainnya membuat wanita itu menoleh dan menghela napas.
Rasha masih asyik memperhatikan interaksi itu sampai membuat Sergy bingung, apa yang sebenarnya bosnya cari dengan mendengarkan interaksi para wanita itu.
“Sebenarnya kalo ngomong ana, aku pengen punya anak, tapi kalo menikah aku beneran ga mau, menikah itu jadi hal yang tidak ingin aku capai dalam hidupku,” ungkap wanita kuncir kuda itu.
Rasha yang sedari tadi memperhatikan mereka memang sejak awal sudah penasaran dengan wanita kuncir kuda itu yang nampak tidak biasa seperti wanita yang lainnya.
Lelaki itu seakan menemukan angin segar begitu mendengar ucapan wanita itu yang ingin punya anak tapi tak ingin menikah. Rasha menunggu komentar yang lainnya dan solusi dari wanita itu soal ini.
“Mana mungkin kamu punya anak kalo kamu tidak menikah,” ledek teman-temannya yang lain dibarengi dengan gelak tawa. Wanita itu hanya mengangkat bahunya santai.
“Entahlah, jika saja ada cara punya anak tapi tak perlu menikah mungkin aku akan melakukannya,” keke wanita kuncir kuda itu.
Rasha berdiri seketika membuat Sergy terkejut dan menatap bosnya itu. Sekilas Sergy memang mendengar soal pembicaraan karyawati itu dan dia menatap wanita yang dia yakini membuat bosnya menaruh perhatian kepadanya.
“Aku tak yakin dengan apa yang kamu pikirkan, tapi aku rasa teknologi medis sekarang mungkin saja bisa memiliki anak tanpa harus menikah,” ucap seorang temannya membuat wanita kuncir kuda itu penasaran.
“Benarkah, gimana caranya?” tanya wanita itu antusias.
Temannya itu mengangkat bahunya, “Aku tak tahu, tapi sebenarnya inti dari punya anak adalah ada benih lelaki dan perempuan untuk pembuahan. Meskipun kamu tidak ingin menikah tapi kalo kamu menemukan pria yang kamu sukai, kalian bisa saja kan bikin anak,” ujar temannya itu.
Wanita kuncir kuda itu berpikir, ucapan temannya benar juga tapi justru pointnya disitu dia tak ingin menjalin hubungna dengan pria manapun.
Dia mendengkus kesal, “Aku tahu kalo itu, tapi masalahnya sekarang, aku tak mau menjalin hubungan dengan pria manapun, jika aku ingin memiliki seorang pria aku tak pusing memikirkan bagaimana caranya aku dapat anak bukan,” keluhnya.
“Yah, kalo begitu kamu lupakan saja niatmu untuk punya anak, kalo kamu mau punya anak tapi tak mau dengan pria, gimana anakmu bisa terbentuk,” celetuk teman satunya yang membuat semua orang tertawa ceria.
Rasha seakan menemukan satu poin dari perbincangan mereka, seakan mendapatkan keberuntungan dan bantuan tanpa diduga dia juga menemukan orang yang dia cari. Dia menatap wanita kuncir kuda itu sekali lagi, penampilan biasa saja tidak ada make up tebal, perhiasan mencolok, baju sederhana tapi pantas dan rapi meskipun tak branded. tingkah laku yang sewajarnya tidak menunjukkan kelas manapun.
“I got you baby,” kekeh Rasha membuat Sergy mengerutkan dahinya.
Rasha berbalik dan menepuk pundak Sergy cepat, “Cari tahu soal wanita dengan rambut diikat, kemeja biru, tanpa make up yang duduk di meja sana, aku mau dia yang menerima benihku nantinya,” perintah Rasha berlalu dari sana.
Rasha mengendarai motor dengan tenang sekan masalah berat yang dia hadapi sudah hilang dari pikirannya. Kali ini dia bisa fokus untuk masalah proyek besarnya yang bisa membuat Sandr bisa jadi nomor satu di dunia dan dia sebagai pemilik Sandr akan menjadi pengusaha yang patut diperhitungkan karena proyek ini.
Mobilnya berhenti di satu tanah makam yang cukup terkenal di pusat kota dan menjadi makam banyak pengusaha terkenal di Rusia. Rasha turun dari mobil dan memakai kacamata hitam miliknya, dia berjalan menyusuri jalanan makam dan berhenti di salah satu makam.
Rasha berdiri menghadap batu nisan yang ada di sana, lelaki itu menundukkan kepalanya seperti berdoa dan tak lama kepalanya mendongak.
“Hai, apa di sana semua baik-baik saja? Apa tidak pusing karena aku tidak ada dan tidak membuat keributan,” gumam Rasha.
Angin semilir bisa dirasakan Rasha membuat suasana makin terasa hening. Lelaki itu mengeluarkan setangkai mawar putih dari balik jas yang dia gunakan dan dia letakkan di dekat batu nisan itu.
“Sesuai janjiku, aku tidak akan datang kemari membawa bunga yang layak untukmu sampai aku bisa menemukan orang yang sesuai dengan keinginanku,” uca Rasha seakan menghina orang di hadapannya.
“Tapi Papah tak mengerti dan selalu memaksakan kehendaknya bahkan dia tega merusak segala rencanaku hanya karena wanita yang aku pilih tak sesuai dengan keinginannya,” ucap Rasha.
“Sekarang dia seenak jidatnya ingin aku punya anak untuk jadi pewaris Sandr berikutnya. Jika saja dia tidak gegabah, sekarang dia sudah menemukan pewaris itu tanpa perlu melakukan hal bodoh seperti sekarang yang ingin memberikan Sandr kepada Adrian, lelaki bodoh dan serakah itu,” keluhnya.
“Aku paham kenapa Kakek lebih percaya kepadaku daripada Papah,” ucap Rasha menoleh ke makam di sebelahnya saat mengatakan itu.
Rasha jongok di hadapan nisan itu dan membelainya lembut. “Seharusnya Nenek tak perlu berkorban untuk Papah biarkan saja dia yang mati dan terkubur di sini, Rasha butuh Nenek daripada Papah,” ucap Rasha pilu dengan suara tercekat.
Rasha meninggalkan makam itu dan melaju dengan kecepatan tinggi ke mansion miliknya. Dia berjalan menyusuri ruang tengah sampai ke kebun belakang sampai sapaan dari asisten rumahnya dia abaikan.
Rasha berhenti di salah satu sudut taman belakang mansion dan menatap satu batu marmer yang dia tanam di sana dengan tumbuhan empat musim di sekitarnya. Tak ada nama, tak ada bentuk yang khusus tapi batu itu seakan memiliki tujuan ada di sana.
Rasha mengatur napasnya pelan, tatapannya menatap lurus batu itu dan tak berkedip smaa sekali.
“Aku masih tak percaya jika kamu sudah tidak ada, bahkan selama ini hanya bayanganmu yang membuatku bisa melampiaskan apa yang aku rasakan. Kali ini, bantu aku untuk melakukannya dan membuat satu pewaris untuk Sandr sepert yang aku impikan bersamamu,” ucap Rasha lirih.
Lelaki itu memejamkan matanya dan bayangan kebersamaan keduanya bermunculan, bahkan malam-malam indah bersamanya pun tak ayal ikut muncul membuat Rasha merasakan debaran tersendiri dalam dirinya.
Rasha membuka matanya karena merasakan ada seseorang di sekitarnya. Dia tak suka jika ritualnya di halaman belakang mansion ini terganggu karena kehadiran orang lain. Jika sampai ada yang mengganggunya seperti ini itu artinya informasi ini penting dan mendesak.
Sergy dan Digga melihat Rasha merasakan kehadiran mereka sehingga keduanya menghampiri bosnya itu dan memberi hormat. Rasha menatap dua orang kepercayaannya dengan tatapan mengancam, seolah mereka akan dihabisi jika informasi ini tidak penting.
“Namanya Abelone dan di Denmark ada bank yang menyediakan penyimpanan benih,” lapor Sergy.
Rasha menarik sudut bibirnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
*****