1. [Pertengkaran]
Sayang boleh, tapi jangan terlalu posessif
.
.
.
Senin, Juli 2019
Hari ini Zara dijemput Gaffa seperti biasa. Gaffa yang kadang dingin, cerewet, galak, sifafnya berubah setiap saat, tapi Zara tidak peduli dengan itu ia tetap setia menjadi pacar Gaffa Ginandra. Hari ini Zara menaiki motor ninja besar yang dikendarai oleh Gaffa. Pagi ini sangat dingin, itu sebabnya Zara memakai jaket hitam strips putih.
"Pulang nanti, harus sama gue." Ucap Gaffa dengan dingin.
"Iya," Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Zara.
Tak lama kemudian Zara dan Gaffa pun sampai diparkiran dalam sekolah. Zara turun dengan mulus tanpa susah, menaruh helm diatas jok lalu menunggu Gaffa menaruh helmnya dispion dan jok motornya. Seperti biasa mereka menjadi sorotan anak-anak yang baru juga datang.
"Udah makan?" Tanya Gaffa.
Zara hanya mengangguk.
Gaffa memberhentikan langkahnya, "Kenapa? Malu jalan sama gue?" Tanya Gaffa dengan dingin lagi.
"Eh? Nggak, Gaf. Gue cuma jawab pertanyaan lo aja kok kenapa lo marah?"
Gaffa menghela napas kasar, supaya tidak berakhir berantem Gaffa pun mengganti topik. "Jangan deket-deket Aldi! Kalau sampe gue liat lo ngobrol sama Aldi, lo bakal tau akibatnya." Gaffa pun melanjutkan langkahnya.
"Gaf-" Zara tidak suka dengan keadaan ini.
Sesampainya mereka dikelas, Zara duduk bersama Rachel, sahabat Zara, dan bukan hanya Rachel sahabat Zara tapi ada juga Bulan yang selalu menjadi pelengkap persahabatan mereka. Zara bungkam karena aturannya yang dibuat Gaffa tadi.
Aldi? Aldi juga sahabat Zara tapi karena waktu itu Aldi mengungkapkan perasaannya pada Zara dan Gaffa mengetahui itu, hubungan pertemanan Zara dan Aldi agak merenggang untuk saat ini. Bahkan sampai tidak pernah mengobrol lagi.
"Zar, cabut yuk." Ajak Rachel. Rachel Amanda, sahabat Zara yang paling nakal atau bandel.
"Hm, mau kemana lagi lo? Ini masih pagi, Chel."
"Lo ikut aja deh pokoknya, ayo!"
Rachel menarik tangan Zara. Ets! Tapi aksinya Rachel terhenti karena Gaffa.
"Mau kemana?" Tanya Gaffa dengan dingin.
"Bukan urusan lo, Gaf." Jawab Rachel yang tak kalah dingin, dan mencoba menerobos tubuh Gaffa yang menghalangi mereka.
"Zara! Pilih. Rachel atau gue? Kalau pilih Rachel, silahkan cabut sesuka lo dan jangan pernah negor gue. Tapi kalau lo pilih gue, gue.... Dan udah seharusnya lo pilih gue."
"Gaf! Jadi cowok tuh jangan terlalu posesif, Zar lo juga sih, kenapa bisa tahan sama yang beginian?"
"Maksud lo apa beginian?" Tanya Gaffa dengan dingin, bergerak mendekati Rachel.
"Gaf, mending lo duduk deh, lo juga Chel." Zara kembali ketempat duduknya.
"Percuma ganteng, kalau sikapnya gini cih.." Ucap Rachel lalu pergi. Tapi tangannya ditahan oleh Gaffa.
"Ngomong apa lo barusan?"
Zara bangun dari duduknya, "Gaffa! Tadi gue bilang apa? Duduk!"
"Kok lo ngatur?" Gaffa mengerutkan dahinya dan melepaskan tangan Rachel.
"Lo juga gitu, ngatur gua setiap hari."
Gaffa mengepal tanganya dengan kuat, lalu menghela napas pelan untuk meredakan emosinya. "Oke." Ucapnya dengan cuek. Gaffa pun pergi keluar kelas.
Satu kelas memperhatikan Zara dan Gaffa yang sedang bertengkar. Semuanya sudah tahu kalau perjalanan cinta mereka tidak seindah anak-anak kelas lain. Gaffa memang tampan, tapi Gaffa mempunyai sifat yang agak susah dimengerti. Hanya Zara yant sabar menghadapi Gaffa.
"Bro, Gaffa kenapa lagi sih?" Tanya Vito yang ingin masuk kelas, dan berpapasan dengan Gaffa.
"Au, berantem kali sama Zara, biarin aja dulu bocahnya menyendiri." Jawab Bagas.
"Susulin lah, kalo bocahnya bunuh diri gimana?"
"Sinting lu ya, nggak mungkin bodoh!"
"Lo juga bodoh, bodoh. Awas awas gue mau masuk!" Ucap Vito sambil mendorong Bagas dengan keras.
"i***t lu," Bagas kesal dengan Vito itu sudah biasa, setiap harinya mereka memang seperti itu, tapi setelah ini mereka kembali damai.
Zara dan Rachel hanya berbincang kecil masalah Gaffa, Zara sebenarnya sangat sayang dengan Gaffa sejak awal mereka menjalin hubungan. Hubungan Zara dan Gaffa sudah berjalan 1 tahun lebih. Gaffa sangat baik, tapi satu sifatnya yang posesif membuat Zara kurang nyaman.
"Zar, ngapa sih lo masih pertahanin Gaffa?" Tanya Rachel.
"Sayang." Jawabnya dengan singkat.
Rachel menghela napas, "Iya tau paul, maksud gua itu kenapa lo tahan sama sikapnya yang posesif?"
"Gue sendiri aja nggak tau, Chel" Jawab Zara seraya mencoret-coret dibukunya.
"Lo itu kelewat cantik, Zar, cowok banyak yang demen ama lo, tapi kenapa harus Gaffa yang sikapnya bikin enek orang? Ada Aldi, Vito, Marcel, banyak Zar, mereka bahkan lebih perhatian daripada Gaffa." Jelas Rachel.
"Gaffa posesif kayak gitu karena sayang, Rachel."
"Sayang? Sayang lo bilang? Kenapa kalau dia sayang, dia kasarin lo kemarin? Cuma karena lo lupa ngabarin dia,"
Zara berpikir sejenak, "Dia nggak sengaja, Chel." Jawabnya dengan enteng.
"Terserah deh, nanti lo pulang sama siapa?"
Zara hanya mengedikkan bahunya, yang menandakan bahwa ia tidak tahu akan pulang dengan siapa, dan Rachel hanya menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya.
===
Jam pulang sekolah telah datang, Zara berjalan sendirian, sebab Rachel sudah pergi duluan bersama pacarnya. Sedangkan Zara sekarang sedang menunggu Gaffa diparkiran. Gaffa sejak pagi tadi tidak masuk kelas, akibat pertengkarannya yang tadi.
Motornya ada, tapi Gaffa tidak ada disini. Zara mencoba menelpon Gaffa berkali-kali tapi tidak dijawab sama sekali. Zara bahkan bertanya pada satpam sekolahnya, tapi tetap saja tidak ada yang tau dimana Gaffa.
"Nunggu Gaffa, Zar?" Tanya Vito, teman Gaffa.
"Iya, dia kemana ya, Vit? Ngabarin lo nggak?"
"Kaga tuh, biasanya sih kalo lagi bete atau marah dia ditongkrongan, Zar,"
"Mau ikut kita aja ketongkrongan?" Tanya Bagas.
Zara diam sejenak, tak lama ia jawab "Boleh deh, ayo sekarang."
Zara, Vito dan Bagas pergi bersama untuk ketempat mereka biasa nongkrong atau ngobrol-ngobrol. Lumayan jauh, sekitar 20 menit. Setelah sampai, Vito dan Bagas seperti layaknya teman, mereka sapa teman-teman yang lainnya yang ada disana.
"Zar, kenalin, ini Angga, Tora, Virly, Adit sama Aldo. Bro kenalin, ini Zara pacarnya Gaffa."
"Halo." Sapa Zara dengan sopan.
"Cakep juga anjir cewenya Gaffa, boleh kali duduk sini neng.." Celetuk Tora dengan gayanya yang tengil.
"Gue disini aja nggak papa. Gaffa nya mana ya?" Tanya Zara dengan sopan lagi.
"Tadi sih disini, dia lagi beli rokok dulu neng, duduk aja dulu sini," Jawab Tora.
"Zar, gue ketoilet bentar ya sama Bagas, lo tunggu sini nggak papa kan? Gue nggak lama kok."
"Iya, Vit." Zara akhirnya duduk disamping Tora.
Tora terlihat tidak baik sikapnya, bahkan ia menyolek-nyolek tangan Zara dengan jahil, pipi dan juga bahunya. Zara semakin risih, akhirnya ia ingin bangun dari duduknya, tapi ditahan oleh Tora dengan tenaga yang kuat.
Teman-temannya yang lain hanya diam saja sambil merokok dan bermain ponselnya masing-masing dengan sibuk. Zara rasanya ingin kabur dan berlari sekencang-kencangnya, ia marah dengan Vito dan Bagas yang meninggalkannya disini.
"Cantik amat sih neng," Puji jahil oleh Tora semakin kelewatan.
"Maaf, jangan kelewatan ya." Ucap Zara dengan ketus.
Tora masih menyolek-nyolek Zara, bahkan menyenderkan kepalanya dipundak Zara, dan Zara berusaha menghindar juga mendorong Tora. Tora juga memegang kedua tangan Zara dengan kencang supaya tidak kabur, Zara memberontak dengan sekuat tenaga tapi hasilnya nihil.
BUGH
"ANJING LO!!"
Siapa lagi kalau bukan Gaffa yang datang dengan emosi melihat pemandangan ini, Zara pun langsung berdiri menjauh dari Tora.
"Sekali lagi lu pegang cewe gue, abis lu anjing!" Ucap Gaffa dengan nada keras. Vito dan Bagas baru saja kembali dan terkejut melihat kejadian ini.
Gaffa menarik tangan Zara menjauh dari tempat ini.
Posesif itu pasti ada alasannya
Tapi juga jangan berlebihan.
====
Selamat menikmati..