Bab 1. Kehilangan Kesucian

1076 Words
Di sebuah hotel di kawasan Los Angeles Amerika Serikat, seorang gadis tengah meronta di bawah kukungan seorang pria yang bahkan tidak dikenalinya. Pria itu terus saja menarik kakinya dan mencoba untuk menahan perlawanannya. Gadis itu bernama Aliana Quinza. Kesalahan nomor kamar yang diberikan oleh atasannya membuat dia harus terperangkap dalam cengkraman seseorang dan membuatnya tak berdaya. Dengan sekuat tenaga dia pun menendang s**********n laki-laki itu. Hingga akhirnya laki-laki itu pun terjatuh. Aliana pun bergegas berlari dari sana menuju sebuah pintu. "Tolong! Siapapun yang berada di luar tolong saya, tolong buka pintunya!" teriak Aliana sambil menggedor-gedor pintu kamar hotel tersebut dan terisak tangis. Hingga tiba-tiba, seseorang mencium bahu Aliana dari belakang. "Ah, pergi! Jangan sentuh saya! Pergi!" Teriak Aliana sambil mendorong laki-laki tersebut. Namun laki-laki itu dengan cepat mengunci tangan Aliana dan menyandarkannya di balik pintu. "Kenapa harus berpura-pura, hah? Bukankah kamu datang kesini untuk ini? Lalu kenapa harus berakting seperti itu. Kamu hanya tinggal berbaring dan menikmatinya saja. Bukankah itu lebih mudah?" Ucap laki-laki tersebut sambil tersenyum menyeringai. Aliana menggeleng-geleng kepala. "Apa yang ingin anda lakukan? Tolong lepaskan saya! Saya mohon," pinta Aliana sambil menangis. Namun bukannya melepaskannya, laki-laki itu justru malah mencium tengkuk leher Aliana dan mengendusnya. "Saya suka bau tubuhmu. Wanginya seperti Vanilla," ucap laki-laki itu sambil menyapu pipi Aliana dengan bibirnya. Hingga kemudian dia pun mencium bibir Aliana dengan sangat buas. Aliana memberontak. "Emmpphh" Aliana berusaha untuk mendorong laki-laki itu. Namun semuanya hanya sia-sia. Laki-laki itu terus menyeret tubuh Aliana ke atas ranjang dan menindihnya. Lalu kemudian mengunci semua pergerakan Aliana dengan kedua tangannya. "Tolong lepaskan saya Tuan, saya hanya gadis biasa. Tidak ada hal yang spesial dalam diri saya," ucap Aliana putus asa. Dia terus berusaha melepaskan diri dari kukungan laki-laki itu. Laki-laki itu pun tersenyum mendengar ucapan Aliana tersebut. "Kalau begitu, biar saya memeriksanya. Saya akan mengetahuinya setelah saya merasakannya sendiri." Kemudian laki-laki itu pun langsung mencium bibir Aliana dengan penuh nafsu. Aliana berusaha memberontak. Kakinya terus menendang-nendang secara serampangan. Namun semuanya hanya sia-sia. Laki-laki itu semakin menguasainya, bahkan tangan laki-laki itu bergegeliaran menyentuh buah d**a Aliana yang ranum. Aliana pun menjerit. Apalagi saat ciumannya semakin turun ke leher jenjang miliknya. Ia sudah bisa menebak, apa yang akan di lakukan pria ini terhadapnya. "Jangan Tuan, saya mohon, lepaskan saya! Saya hanya gadis desa. Di luar sana masih banyak gadis yang lebih pantas untuk Tuan sentuh, bukan wanita seperti saya!" "Tapi kamulah yang saya inginkan saat ini. Saya tidak mau wanita manapun lagi," bisik Laki-laki itu sambil mencium tengkuk leher Aliana. Aliana pun di buat merinding olehnya. "Tidak Tuan, saya tidak pantas." "Hm, saya akan mengetahuinya setelah saya merasakannya sendiri," ucap laki-laki itu yang kemudian merobek pakaian Aliana, lalu melemparkannya ke sembarang arah. Aliana pun menjerit. Dia berusaha menutupi tubuh polosnya sambil menangis. "Tuan, jangan! Jangan lakukan itu pada saya Tuan, saya mohon!" Pinta Aliana begitu melihat laki-laki itu mulai melucuti pakaiannya dan menghampirinya. Aliana pun hendak beranjak dari ranjang tersebut untuk menghindarinya. Namun pria itu dengan cepat memegang gelang kaki Aliana dan menarik tubuhnya. Aliana pun jatuh terlentang. Kemudian dengan langkah yang cepat, pria itu langsung menindih Aliana dengan senyuman menyeringai. "Mau kemana Sayang, bukankah kita masih belum memulainya, hmm?" Ucap laki-laki itu sambil mencium tengkuk leher Aliana. "Jangan Tuan, jangan! Ah, tidak! Aku mohon jangan!" Aliana pun semakin panik saat laki-laki itu sudah memposisikan tubuhnya. Ia bahkan bisa merasakan benda tegak milik laki-laki itu sedang mendorong masuk kedalam miliknya di bawah sana. Aliana sama sekali tidak bisa berkutik. Bahkan tangan dan kakinya pun terkunci oleh tubuh pria itu.. Air matanya semakin deras mengalir. Aliana tak mampu menahan rasa sakit yang di rasakannya. "Sakit Tuan, hentikan! " Pinta Aliana. Namun laki-laki itu tak menggubris perkataan Aliana. Dia terus mendorong benda miliknya, untuk membobol pertahanan Aliana di bawah sana. "Ah, tidak!" Satu teriakan Aliana pun mengakhiri kesuaciannya.. *** Satu jam berlalu Aliana pun bangkit dari tempat tidur dan menyeret tubuhnya dari sana. Rasa perih dan sakit di sekujur tubuhnya tak berhenti dirasakannya. Apalagi bagian bawah miliknya yang masih terasa berdenyut dan perih akibat pelecehan yang baru saja di alaminya. Aliana menangis. Dia memegang lututnya sambil terisak-isak. Dia tidak menyangka, kalau malam ini akan menjadi malam sialnya. Dia harus kehilangan kesuciannya di tangan orang yang bahkan tidak dikenalinya. Air matanya semakin deras mengalir kala dia mengingat kedua orang tua dan adik-adiknya. Begitu banyak harapan dan impian yang dibebankan mereka kepada Aliana di pundaknya. Akan tetapi seketika harapan itu harus hancur malam ini hanya dalam waktu sekejap mata. "Pak, Bu, Sherly, Vivian, maafkan kakak, karena kakak sudah tidak bisa menjaga diri Kakak dengan baik," ucap Aliana sambil menangis. Dia pun bergegas meringsut untuk memunguti pakaian-pakaian miliknya yang sudah berceceran di mana-mana. Aliana pun mengambilnya satu persatu dan mengenakannya kembali. Namun pada saat hendak menggunakan pakaian atasnya, dia mendapati pakaian itu sudah robek dan tidak layak dipakai lagi. Aliana pun bingung. Hingga akhirnya dia pun menoleh ke sebuah kemeja putih yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berada. Aliana pun meraih kemeja putih tersebut dan mengambilnya. "Sepertinya ini kemeja miliknya. Tapi aku juga tidak mungkin keluar dalam keadaan seperti ini. Aku tidak mungkin pulang dalam keadaan pakaianku yang robek begini. Jadi lebih baik aku mengenakan ini saja," ucap Aliana dalam hati. Dia pun akhirnya memutuskan untuk mengenakan kemeja tersebut. Setelah menggunakan pakaian lengkap, Aliana pun bergegas pergi dari kamar tersebut. Dia berusaha mencari sebuah kunci untuk bisa keluar dari ruangan itu. Akan tetapi Aliana tidak mendapatkan kunci tersebut. Sepertinya laki-laki itu memang sengaja menyimpannya supaya dirinya tidak bisa kabur. Akan tetapi Aliana tidak mungkin terus berada di situ dan menunggu laki-laki itu bangun. "Aku harus segera pergi dari sini, atau sebentar lagi dia akan terbangun dan kembali melakukan hal itu lagi, aku tidak mau!" Batin Aliana sambil menangis. Dia pun akhirnya mencoba untuk mencari cara supaya bisa keluar dari tempat itu. Hingga akhirnya dia pun melihat sebuah jendela di sana. Aliana mencoba untuk memikirkan cara supaya dirinya bisa kabur dari kamar itu. Dia pun kepikiran akan sebuah sprei yang sudah berantakan tadi. Lalu kemudian mengambilnya dan mengikatkannya di sebuah kursi. Aliana berusaha turun dari lantai tiga bangunan itu. Dengan bantuan sebuah sprei yang dililitkan di sebuah kursi, Aliana berhasil keluar dari sana. Akan tetapi jarak dari dirinya berada menuju lantai bawah itu masih cukup tinggi. Aliana pun tidak memiliki pilihan lain selain menjatuhkan diri. Dia pun melompat dari ketinggian dua meter. "Akh," Aliana memekik merasakan sakit pada kakinya. Namun dia tidak boleh menyerah begitu saja. Dia harus segera pergi atau dia akan segera tertangkap lagi. Bersambung...

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD