Saat Raya berjalan, dia melihat Albert berbicara dengan teman satu perusahaannya dengan akrab. Namun Albert melihat ke arahnya dan tersenyum menyambut kedatangan Raya.
"Kemarilah, akan pergi ke restoran mana?" tanya Albert merangkul pundak Raya yang merasa risih akan perlakuan Albert.
"Restoran?" balas Raya menatap Albert.
"Iya, Sayang. Bukankah akan ada acara pesta untuk jabatanmu?" jelas Albert.
"Tidak ada," tegas Raya.
"Kamu sungguhan? Apa masalahmu, biaya? Aku bisa melakukannya!" seru Albert.
"Tidak Al, aku ... Ada hal yang tidak bisa kulakukan jika sudah pulang dari kantor." Raya mencoba menjelaskan.
"Aku tidak mau tau, sepulang nanti kita pergi!" tegas Albert.
"Tapi Al ...."
Raya terdiam saat melihat Albert berjalan begitu saja. Albert kesal dan pergi tanpa mencoba mendengarkan penjelasan Raya.
"Bagaimana Ra?" pertanyaan dari Nadira membuyarkan lamunan Raya saat dia kembali ke ruang kerjanya.
"Kenapa aku tiba-tiba naik jabatan?" tanya Raya.
"Ra, apa kau sakit?" tatapan Nadira tajam sembari menempelkan telapak tangan di dahi Raya.
"Aku baik-baik saja. Kenapa aku?" elak Raya.
"Bodoh, kau ini mendapat promosi malah seperti mendapat musibah," protes Nadira.
"Apa kamu tidak aneh, manager baru dan dalam sehari aku naik tingkatan?" balas Raya.
"Dia bos dan dia memiliki hak besar untuk melakukan itu. Kenapa kamu mempermasalahkannya? Lagipula, kau bekerja dengan baik selama ini," jelas Nadira.
"Tapi ...."
"Tidak ada tapi, bukankah Princess butuh biaya? Kau harus memikirkan dia!" sela Nadira menegaskan temannya.
Raya terdiam mengingat Princess yang memang hanya Nadira yang tahu tentangnya.
"Bicara tentang dia, ini kali kedua dia mengucapkan kata ibu untukku," senyum seringai Raya mengingat gadis kecil di rumahnya.
"Selama 2 tahun dia hanya mengatakan 2 kali memanggilmu ibu?" tanya Nadira.
"Heem," angguk Raya tersenyum.
"Itu berarti dia tidak bisu Ra!" seru Nadira.
"Iya, hanya saja ...."
"Kau disini? Cepatlah bersiap tuan Morgan mengatakan jika kita boleh izin dan pulang awal!" seru Albert masukmenghentikan ucapan Raya dan perbincangan mereka.
"Kenapa bergegas?" tanya Raya.
"Bukankah bagus?" balas Albert juga anggukan Nadira.
Meski Raya terdiam Albert menarik tangan kekasihnya setelah Raya juga memastikan Nadira membereskan meja kerjanya beserta membawa tas Raya. Meski perasaan canggung namun saat Raya keluar dari ruang kerjanya sudah banyak beberapa orang teman satu divisi Raya juga sudah bersiap untuk pergi setelah mereka tahu mendapatkan izin dari tuan Morgan untuk pulang lebih awal membuat Raya mengangkat sebelah alis ketika melihat Tuan Morgan sendiri sudah berjalan lebih awal pergi dengan deretan keperluannya.
Dia membiarkan mereka pergi untuk merayakan nya, di sebuah bar Raya kesulitan untuk beradaptasi di sana. Apalagi teman-temannya tampak begitu senang di sana, tanpa ada rasa resah sedikitpun. Raya hanya duduk diam di sebuah sofa paling ujung dia hanya memperhatikan Albert yang sudah banyak minum membuat Raya khawatir akan keadaan kekasihnya itu.
Meski dia tidak memiliki perasaan kepada ada Albert yang selalu menganggapnya sebagai kekasihnya. Namun pesta yang sedang diadakan kali ini adalah untuk menyambut dia naik jabatan.
"Hei, Al. Apakah kau tahu sesuatu hal yang baru saja ku ketahui tentang Raya?" tanya wanita di samping Albert hingga membuat ia mengangkat sebelah alisnya.
"Memangnya apa yang kau tahu tentang Raya?" balas Albert, meski Raya berada ada tidak jauh dari dia duduk tapi suara musik dan juga keramaian di sana nampak tidak jelas dari pendengaran.
"Kita berbicara di suatu tempat aku akan mengatakan sesuatu hal kepadamu untuk membuktikan bahwa ucapanku benar atau tidak," ucap gadis itu dibalas anggukan oleh Albert.
Mereka pergi satu persatu berawal dari wanita itu hingga Albert menemuinya, dia tahu Raya tidak memperhatikan dirinya dan memilih untuk menyetujui gadis itu hingga mereka hanya berdua saja di sebuah ruangan tanpa kebisingan.
"Apakah kau bisa menjelaskan apa yang kau katakan?" tanya Albert.
"Aku tahu kamu bertanya tentang hal itu karena kamu belum melakukan hal yang seharusnya terjadi antara sepasang kekasih," ucap Anisa teman satu divisi Raya sembari menyentuh baju Albert.
"Apa maksudmu?" tanya Albert.
"Jika benar berarti kau belum memastikan bahwa dia seorang gadis atau bukan dan kau juga tidak akan percaya bahwa dia sudah memiliki seorang anak," ucapnya lagi.
Mendengar hal itu membuat Albert terkejut, hingga dia mundur beberapa langkah tidak percaya akan apa yang dikatakan oleh Anisa. Anisa tersenyum tipis dia tahu jika Albert tidak akan mempercayainya dia tetap berjalan sembari menggoda Albert dan berbicara tepat di samping wa aja sembari berbisik.
"Jika kau tidak mempercayainya sebaiknya kau memastikan sendiri ruangan milik Raya, apakah masih utuh atau dia yang sudah melahirkan rasanya akan sangat berbeda jika seperti itu maka ucapanku benar. Apakah kau berani melakukannya?" ucapan Anisa membuat Albert terdiam.
Sebuah kecupan dari Anisa semakin membuat Albert tertegun, hingga gadis itu pergi keluar terlebih dahulu dari ruangan mereka membiarkan Albert seorang diri.
Sementara teman-teman lainnya berpesta sembari menikmati makanan yang ada Raya masih dalam gelisah dia merasa tidak nyaman, ketika berada di suatu tempat di malam hari mengingat dia memiliki princess yang sedang menunggunya. Raya terpikirkan untuk membeli sesuatu sehingga dia memilih untuk berpamitan kepada mereka yang masih di sana tidak ada yang bisa menahan Raya termasuk Nadira.
Namun saat dia keluar dari bar tiba-tiba sebuah tangan menarik darinya sehingga menekan Raya ke sebuah dinding dengan tatapan tajam dari kekasihnya Albert. Hingga dia mencoba untuk mencium bibir Raya namun Raya memalingkan wajahnya membuat Albert mengerutkan dahinya dia tidak percaya jika Raya menolak ciumannya apa lagi sentuhan dari dirinya sendiri.
"Kenapa kau menolakku ,bukankah kita sudah berpacaran dengan waktu dalam waktu lama?" tanya Albert.
"apa yang terjadi denganmu Al? Apakah kau mabuk?" balas Raya, dia tahu Albert sudah mabuk sedari tadi sehingga membuatnya menolak untuk menanggapi ciuman dari Albert.
Meski mereka memang tidak pernah melakukan hal seperti itu selama berapa pasangan di perusahaan.
"Gadis bodoh, kau pikir aku akan mengalah begitu saja setelah apa yang kau lakukan dan juga aku ingin memastikannya," jelas Albert.
"Memastikan apa, kita tidak harus melakukan hal seperti itu apalagi dalam kondisi kamu sedang mabuk seperti ini," balas Raya
"Jangan munafik Ra, bukankah kau sudah pernah merasakannya? Bagaimana jika kita melakukannya dan kau akan merasakan hal yang pernah kau rasakan dan menikmatinya!" seru Albert.
"Apa maksudmu merasakan dan memastikan apa, sebaiknya kamu bergegas pulang. Aku juga harus cepat-cepat pulang," protes Raya.
"Kenapa, apakah kau pulang ada seseorang yang sedang menunggumu?" tanya Albert.
Raya tertegun, selama ini dia tidak pernah memberitahu Albert jika dia memiliki princess yang tinggal bersama dengannya. Namun mengingat Albert yang begitu sensitif tentang hal yang akan mengganggu hubungan antara dia dengannya Raya memilih untuk tidak menceritakannya. Apalagi memberitahu bahwa Princess tinggal bersama dengan dirinya.
"Kenapa kamu tidak memungkiri tentang pertanyaanku?" tanya Albert.
"Al, apa maksudmu?" tatap Raya.
"Aku tidak percaya jika kau malah memilih untuk menyembunyikannya tanpa memberitahuku," tegas Albert.
"Menyembunyikan apa?" tanya Raya.
"Menyembunyikan tentang kebenaran bahwa kamu bukanlah seorang gadis!"
Raya tertegun ketika mendengar penuturan Albert tentang dirinya yang di luar dugaan, hingga dia mendorong kekasihnya itu mundur beberapa langkah. Namun Albert menarik dirinya lagi Hingga dia mencoba untuk mencium paksa Raya. Gadis itu mencoba untuk menolaknya memalingkan wajah. Tapi Albert masih saja memaksa gadis itu hingga menekan Raya ke sebuah dinding dan mencoba untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
Mencium Raya dan memastikan kebenaran tentang kegadisan kekasihnya itu, tapi tidak luput juga Raya mencoba untuk menahan dirinya terutama perlakuan Albert kepadanya hingga Raya menggigit bibirnya. Namun Albert tampak kesal dia mencoba untuk menampakkan Raya. Tapi tiba-tiba tangannya tertahan oleh seseorang dengan tatapan membunuh nya.
Hingga memukul pria itu dengan sekali pukulan dia sudah terpental jauh dari raya dan juga Morgan yang berdiri dengan tatapan membunuhnya. Dia memperhatikan kemana arah pergi Raya hingga mencoba untuk mendengarkan apa yang diperdebatkan oleh sepasang kekasih itu. Namun dia tidak menerima ketika Albert mencoba untuk mencari kesempatan tentang Raya.
Albert yang memang dikendalikan oleh minuman, dia tidak menyadari bahwa apa yang dia lakukan hingga malah membalas untuk memukul Morgan namun ditahan oleh beberapa anak buahnya. Morgan membuka jas yang dia kenakan untuk menutup tubuh raya yang ketakutan hingga memeluknya mendapati hal seperti itu membuat Morgan terkejut, dia tidak percaya bahwa dia tidak menolak pelukan gadis itu apalagi mengingat dia yang selama ini selalu menolak didekati oleh para wanita.
Meski dia memiliki hal yang lain terhadap Raya. Namun tidak pernah membayangkan bahwa akan ada hal seperti saat ini dipeluk oleh gadis dengan rasa takutnya diperlukan dirinya.
"Tenanglah, kau sudah baik-baik saja," ucap Morgan.
"Hai , apa yang kau lakukan Dia adalah kekasihku dan aku memiliki hak untuk melakukannya!" teriak Albert.
Mendengar Albert mengatakan hal seperti itu membuat Morgan semakin menatapnya tajam sehingga memerintahkan anak buahnya untuk memberi pelajaran kepada Albert. Dia pergi dari sana sembari menggendong raya diperlukannya dan kini keduanya berada di dalam mobil saling diam satu sama lain Raya dengan tangisan dan juga rasa canggung yang sama sekali tidak pernah dia duga ketika Albert terpikirkan tentang hal seperti itu mengingat kelembutan dia selama ini terhadap Raya dan juga pelukannya kepada direktur utama yang sama sekali tidak pernah dia terpikirkan untuk berhadapan langsung dengan Morgan, apalagi sedekat seperti saat ini ini dia duduk di dalam mobil bersama dengan direktur utamanya.
"Apa kamu baik-baik saja? Bagaimana perasaanmu? Apakah aku harus membelikan kamu sesuatu untuk memperbaiki perasaanmu?" pertanyaan Morgan begitu banyak hingga membuat Raya mengangkat sebelah alisnya dan menoleh kearah Morgan.
Pandangannya tidak ada arti. Namun terlihat Morgan bersungguh-sungguh mempertanyakannya sebelumnya.
"Terima kasih tuhan sudah merepotkan Anda. Tapi saya hanya ingin pulang," balas Raya.
Morgan mengangguk memang benar hal utama bagi seorang wanita yang mengalami pelecehan seperti tadi, memang tempat yang paling nyaman adalah rumahnya sendiri termasuk memberinya waktu untuk memperbaiki perasaannya.
"Baiklah tapi kau harus berusaha untuk tetap baik-baik saja dan tidak boleh melakukan hal lain," balas Morgan dia khawatir Raya melakukan hal diluar dugaannya sehingga dia melupakan kecelakaan hari ini.
"Tenanglah, aku tidak akan sebodoh itu. Lagipula masih banyak hal yang harus aku lakukan terutama Aku memiliki sebuah kewajiban yang belum selesai kulakukan," jelas Raya.
Mendengar Raya sudah mulai membaik Setelah dia menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya Morgan menganggu dia memerintahkan sopir pribadinya untuk melajukan kendaraan dan pergi dari sana seharusnya jika kau tidak menyukai tempat seperti itu.
"Bukankah masih ada tempat untuk merayakan naik jabatanmu seperti di sebuah restoran?" tanya Morgan, dia mengalihkan suasana antara dia dengan Raya.
"Aku bahkan tidak memiliki rencana untuk melakukan pesta seperti apa yang terjadi hari ini. Aku malah terpikirkan untuk bergegas pulang," jelas Raya.
"Kau memang tidak menyukai keramaian ya," ucap Morgan dibalas anggukan oleh Raya perasaan keduanya kini mulai membaik sepanjang perjalanan berbincang dan berbicara hal diluar kejadian malam ini.
Berhenti di pinggir jalan, Morgan mengerutkan dahinya, dia tidak melihat dimana Raya tinggal membuat ia tampak penasaran tempat tinggal yang di tempati oleh karyawannya itu. Namun dia tidak ingin membuat Raya semakin merasa canggung apalagi memaksanya, dia khawatir akan keadaan Raya dan juga perasaannya saat ini. Namun dia tetap pergi setelah Raya bersikukuh untuk membuat Morgan pergi dari sana terlebih dahulu.
"Untuk pertama kalinya aku diusir oleh seorang wanita," ucap Morgan, dia tersenyum tipis mendapati hal seperti itu. Namun perasaannya jauh lebih baik dari sebelumnya.
Namun mengingat kejadian yang menimpa Raya membuat Morgan tampak kesal dan geram hingga dia melakukan panggilan telepon kepada anak buahnya dan mencoba untuk membereskan Albert memberi dia pelajaran. Morgan juga tahu bahwa Albar tidak menyadari bahwa dia sedang berhadapan dengan siapa dia mabuk berat malam itu. Setelah dia berbicara dengan Anisa hingga Morgan memang tidak memiliki alasan yang tepat untuk memberhentikan Albert bekerja di perusahaan dengan segala kekesalannya apalagi dengan perlakuan Albert terhadap Raya.
Gadis itu juga tidak akan merasa tenang, selama pria itu masih ada di tempat kerjanya, memikirkan semua itu Morgan memilih untuk memerintahkan anak buahnya untuk memberi pelajaran kepada Albert, hingga dia tidak pergi bekerja untuk beberapa hari ke depan.
Setelah melakukannya Morgan tersenyum tipis, dia tidak ingin ada sesuatu hal yang membuat Raya tampak tidak nyaman di tempat kerjanya setelah mendapat persetujuan dari anak buahnya menyimpan kembali ponselnya dan kembali pulang setelah memastikan Raya juga sudah sampai di tempat tinggalnya.
Morgan juga sempat kesal, ketika Raya bahkan tidak mau memberitahu tempat tinggalnya dengan sangat jelas. Dia malah meminta untuk diturunkan di pinggir jalan tanpa mencoba untuk memberitahu di mana dia tinggal.
"Besok sebaiknya kau cari tahu tempat tinggal dia di mana! Aku tidak ingin mengetahui sesuatu hal dan hanya setengah-setengah," tegas Morgan dibalas anggukan oleh sopir pribadinya yang juga anak buah setia milik Morgan.