Langkah Pertama

2806 Words
Altran terdiam berhenti memakan sarapannya, wajah datarnya tak merubah suasana. Begitupun dengan Naura yang ikut terdiam, gadis itu ikut merasa bersalah bertanya kepadanya, apalagi melihat Altran yang masih terdiam. Naura merasa ragu ketika pertanyaannya kini tidak di jawab oleh suaminya. Altran masih terdiam, dia tidak langsung menjawab pertanyaan Naura, hanya dia kembali memakan sarapannya sembari memikirkan tentang cara untuk menjelaskannya kepada Naura. Naura yang melihat Altran yang terdiam. Dia mengerutkan dahinya dan merasa bersalah, jika dia harus bertanya hal seperti itu kepada Altran. Naura kembali memakan sarapannya sesegera mungkin, agar bisa mengakhiri kecanggungan saat ini, dia hanya sesekali melihat Al yang masih terdiam. "Mungkin ini pertanyaan sensitif baginya! Harusnya aku tidak bertanya seperti itu kepadanya. Ya ampun Naura kamu bodoh banget sih!" gerutu batin Naura. "Saat aku keluar dari ruangan ayahku, aku mengetahui bahwa aku memang bukan anak mereka," ucap Altran menunduk. Naura tertegun mendengarnya, mulutnya rapat melihat Altran yang tertunduk. Dia semakin merutuki dirinya sendiri. Baru kali ini, dia melihat Al berbicara dengan nada merendah itu. Dia mencoba untuk mengalihkan pembicaraan dan tidak ingin membuat pria di hadapannya merasa canggung atau seperti saat ini. "Maaf, aku ... tidak bermaksud untuk membuatmu sedih," ucap Naura ragu-ragu. "Tidak perlu minta maaf, memang itu kenyataannya dan juga saat itu aku mengacuhkanmu karena aku sedang mencari cara agar bisa mendapat informasi tentang kedua orang tuaku," jelas Altran tanpa mengalihkan pandangannya, dia kembali memakan sarapannya. Naura mengangguk, dia memahami apa yang saat ini sedang dirasakan oleh Altran. Namun untuk kali ini Naura tidak mencoba membuatnya tidak tenang. Dia kembali memakan sarapannya, sembari melihat Altran yang juga memakan sarapannya. Tidak ada pembicaraan di antara mereka berdua lagi di meja makan. Apalagi setelah Naura tahu masalah yang saat ini sedang dipikirkan oleh Al, Naura merasa tidak enak ketika dia harus bertanya hal seperti itu, kepada Altran yang sedang kesulitan dalam perasaannya saat ini. Perasaan yang sama sekali Naura takutkan akan hal itu, dimana hidup tanpa keluarga. Naura melihat Altran yang masih bersikap biasa saja memakan sarapannya. Bahkan Altran harus berusaha bersikap baik dihadapan kedua orangtua Naura. Hal yang membuat Naura begitu merasa kasihan kepada suami pura-puranya, Al menjadi tidak leluasa dengan sikapnya saat ini. Terdengar suara bel rumah menandakan seseorang datang di pagi hari. "Itu pasti, Lio," ucap Altran. "Kamu panggil dia?" tanya Naura. "Ya, aku meminta dia untuk membawakan berkas yang aku minta," balas Altran. Naura mengangguk, dia membiarkan Altran menghabiskan sarapannya dan dia pergi menemui Lio di ruang tamu. "Tuan Nona, ada yang mencari tuan muda," ucap pelayan menghampiri mereka. "Iya," balas Naura mengangguk. Naura melihat Al yang sudah selesai sarapan dan berpamitan untuk menemui Lio, di balas anggukan olehnya. Naura masih merasa salah ketika dia bertanya hal seperti itu kepada pria itu. Dia menyelesaikan sarapannya dan pergi menghampiri kedua orang tuanya dan duduk di samping ibunya. "Ada apa dengan suamimu, Ra?" tanya Maria. "Tidak ada, temannya datang dan ada berkas yang harus diselesaikan katanya," jawab Naura. "Sekarang ini, kamu sudah dewasa. Sebaiknya lebih bijak untuk berbicara dan memperlakukan suamimu di manapun. Meski hanya berdua saja, kamu tetap harus menghormatinya dan menjaga cara bicaramu. Jangan sampai karena ucapan kita ada sebuah hati yang merasa tidak nyaman karena kita," ucap Maria. "Iya Mah, lagipula apa yang bisa aku ucapkan hal buruk? Selama ini ada Mama yang selalu mengingatkanku," balas Naura tersenyum memeluk Maria. "Iya, Ayah juga tahu Mama kamu begitu pandai bicara, bahkan malah membuat Ayah sangat mencintainya," tambah Juan. "Tuh, Ayah masih utuh saja cintanya buat Mama, kenapa Mama tidak mau kembali dengan Ayah?" tanya Naura. "Mamah bukannya belum selesai ya berbicara kepadamu? Mengatakan hal seperti itu, apa baik untuk kamu atau orang yang di beri pertanyaan!" tatap Maria. "Ya ampun, Mah! Maaf Naura tidak akan mengulanginya lagi," Naura memeluk ibunya dengan erat dia sudah mulai memahami maksud dari nasehat ibunya. Cukup lama Altran dan Lio berbincang di ruang tamu, hingga membuat Naura begitu penasaran apa saja yang dilakukan oleh mereka. Naura juga mengurungkan niatnya dan memilih untuk pergi ke halaman rumah kediaman ayahnya. Tanpa mengganggu Altran dan berbincang. Dia terpikirkan tentang Al yang mengatakan bahwa dirinya bukanlah anak Anggara. "Entah, seperti apa perasaan yang dirasakan Altran jika mengetahui kebenaran itu ya? Aku kok aku merasa sedih," gumam Naura. Saat Naura mengetahui kebenaran bahwa Juan adalah Ayah kandungnya, lain cerita mereka. Naura yang sudah merasakan kasih sayang dari ayah kandungnya meski dalam status paman, Juan sangat memperhatikan Naura dan tidak pernah mengurangi rasa cintanya kepada dirinya. Namun lain dengan Altran yang sama sekali tidak mengetahui siapa kedua orangtua kandungnya dan keluarga yang kehilangan dirinya. "Bagaimana rasanya kehilangan orang yang benar-benar adalah keluarga kita," gumam Naura. "Memangnya siapa yang kehilangan, Sayang?" Juan mengejutkan Naura hingga gadis itu memeluk ayahnya setiap kali dia terkejut. "Ayah, selalu saja mengejutkanku! Memangnya, apa yang ayah perlukan sampai-sampai menghampiriku kesini?" protes Naura. "Ayahnya ingin berlama-lama dengan putri Ayah. Memangnya salah jika Ayah ingin berduaan saja dengan kamu yang sudah menikah ini?Bahkan kamu sudah dewasa harusnya Ayah masih menimang mu!" jelas Juan. "Aku sudah dewasa, Yah," balas Naura tersenyum mempererat pelukannya. "Iya kamu sudah dewasa," senyum Juan. "Yah, memangnya bagaimana perasaannya kita jauh dari orang-orang yang kita sayangi atau orang yang benar-benar menjadi saudara kita?" tanya Naura. "Kenapa kamu bertanya seperti itu, Sayang?" balas Juan. "Ayah tinggal tinggal jawab saja bagaimana?" protes Naura. Juan tersenyum tertahan ketika mendapati gerutuan putrinya, yang sama persis seperti ibunya. Dia seakan-akan melihat Maria kecil yang menggemaskan. "Perasaan seseorang yang tidak memiliki siapapun itu sebenarnya adalah orang yang sangat menyedihkan. Meski di depan umum dia terlihat sangat kuat, namun kenyataannya dia itu lemah. Lemah dalam hal apapun, dia adalah orang paling sial seumur hidupnya yang dimana orang lain kesehariannya begitu cerah ceria bercanda," Juan terdiam, dia melihat putrinya lagi dan tersenyum melihat Naura yang penasaran akaj ucapannya. "Dia bahkan tidak mendapatkan kasihsayang yang sempurna. Lain dengan orang lain. Dia hanya menyelesaikan semua masalahnya sendiri saja, makan dia akan hidup dengan kekuatan yang sangat besar dan utuh. Hanya untuk dirinya sendiri saja. Namun kehidupannya hanya ada sebuah kehampaan," jelas Juan mengingat dirinya yang memang tidak memiliki kedua orang tua begitupun saudara yang menyayanginya. Naura terdiam setelah mendengar penuturan ayahnya, ia tidak bisa membayangkan jika dirinya berada di posisi Altran saat ini. Kebingungan jika dia harus mencari keberadaan kedua orang tuanya dan jati dirinya. "Ayah bolehkah, aku pulang sekarang?" tanya Naura. "Kenapa? Kamu baru semalam sayang tinggal disini? Kenapa sudah mau pulang?" balas Juan. "Ada hal yang harus di selesaikan Al Ayah, Naura tidak mau jika dia harus merasa enggan bergerak jika disini!" jelas Naura. "Sayang, kamu meragukan kemapuan suamimu?" tanya Juan. "Hah?" tatap Naura. "Ayah yakin, dia tidak akan seperti dugaanmu! Justru dia jauh lebih mampu mengatasi masalahnya dengan baik. Karena apa? Lihatlah suamimu itu, kamu bilang dia tengah dalam masalah rumit, tapi dia masih bisa bekerja sambil berbincang dengan ibumu. Kamu tahu sendiri ibumu itu bagaimana cara mencari tahu sifat seseorang dan menilainya, kamu seharusnya bangga memiliki suami yang sekuat dia," jelas Juan, melihat Altran yang tengah berbincang dengan Maria di tengah urusannya dengan Lio. Naura terdiam, dia memang belum memahami suaminya, bahkan mengenalnya saja belum. Tapi Altran sudah banyak memahami keadaan kedua orang tuanya dan bisa mengetahui situasi Naura yang sedang dalam masalah. "Berarti yang menjadi masalah itu Naura, Ayah?" ucap Naura. "Ibumu selalu mengingatkanmu Sayang, jadilah wanita baik dan anggun di dalam hati! Perlahan dan tahan bibir ini untuk mengatakan hal yang bisa menjaga hati orang lain!" tegas Juan. Naura terdiam dan mengangguk memahami apa yang diucapkan oleh ayahnya. Dia mulai mengerti sedikit-sedikit tentang apa yang di bicarakan oleh ibunya setiap kali menasehatinya tanpa henti, Naura terdiam dan mengangguk memahami apa yang diucapkan oleh ayahnya. Naura mulai mengerti sedikit-sedikit tentang apa yang dibicarakan oleh ibunya, setiap kali menasehati nya tanpa henti. Hanya untuk menghargai orang-orang yang ada di hadapan kita meski orang itu bahkan sama sekali tidak menganggap kita ada. Naura dan Juan berbincang di taman, melepas kerinduan mereka, setelah beberapa hari tidak bertemu. Lain dengan Altran yang tengah di sibukkan oleh Lio mencari data setiap orang-orang yang dekat dengan tuan Rendi Anggara. Altran juga mencari tahu tentang asal mula kalung yang ia kenakan saat ini, meski tidak pernah ia mendapatkan info sama sekali, namun dia tidak berhenti untuk mencari. "Kamu bisa membenarkan ini?" Maria berjalan menghampiri Altran memberikan laptop milik Maria yang tiba-tiba saja bergerak sendiri tanpa kembali ke semula. "Coba saya lihat, Nyonya!" balas Altran melihat ke arah Maria. "Kau jangan memanggilku Nyonya, panggil aku, Mama!" seru Maria. Altran tersenyum mengangguk, dia tidak pernah merasa secanggung ini, berada dekat dengan ibu mertuanya yang sangat cantik. Dia memeriksa apa saja yang terjadi pada laptop milik Maria dan mencoba memperbaikinya, dengan terampil, Altran bisa melakukannya. "Ini terkena virus, Mah," jelas Altran. "Lalu apa yang harus dilakukan? Ayahmu itu, tidak bisa melakukan apapun! Hanya mengatakan memintaku untuk membeli laptop yang baru. Aku tidak suka jika harus membuang-buang barang yang masih benar dan menghambur-hamburkan uang hanya untuk membeli hal yang seharusnya tidak aku beli," gerutu Maria. Al hanya tersenyum mengangguk, menanggapi ucapan Ibu mertuanya. Dia tidak menyangka jika Naura lahir di keluarga yang sangat baik, bahkan unik dengan sifat-sifat mereka yang bertolak belakang. Namun saling menyempurnakan adegan yang sangat jarang Altran temui yaitu, adegan dimana kedua mertuanya begitu kompak bersama dengan putrinya. Selain menyelesaikan pekerjaannya Altran juga menyelesaikan masalah yang terjadi kepada laptop Ibu mertuanya. Dia bahkan mengembalikan berkas-berkas yang terkunci tanpa sengaja oleh Maria. Hingga membuat Ibu mertuanya tersenyum bahagia mendapati laptopnya sudah bisa digunakan lagi. "Kau benar-benar hebat! Mau makan apa kamu malam ini? Biar Mamah masakan yang enak untukmu?" tanya Maria. Maria sangat bahagia ketika mendapati data di laptopnya kembali dan bisa digunakan untuk nya melakukan pekerjaannya lagi. "Apa saja Mah, Al makan semuanya terkecuali makanan pedas," balas Altran. "Kamu tidak menyukai pedas? Padahal makanan pedas itu baik untuk perasaan kita jika sedang tidak tenang," ucap Maria. "Ya ... Naura sangat menyukai makanan pedas itu ya, Mah? Tapi aku tidak Mah," balas Altran. "Iya, tidak apa-apa, ayah Naura juga gak suka pedas. Sayang juga kulit kamu yang putih bersih ini, jika harus merah-merah karena makanan pedas. Mamah akan buatkan kamu makanan yang spesial yang bisa membuatmu tetap sehat dan dengan kulit yang baik seperti saat ini," ucap Maria. Altran tersenyum mengangguk ketika melihat ibu mertuanya kini pergi berjalan dengan hati bahagia dan wajah senyum mendapati laptopnya kembali seperti semula. "Kau begitu baik kepada ibu mertuamu kenapa tidak dari dulu saja?" Tanya Lia. "Sebaiknya kau putus sama pekerjaanmu! Sebelum aku memutuskan uang gajimu!" seru Altran datar. "Astaga Bro perubahanmu mu setiap kali berbicara kepadaku," gerutu Lio. Altran kembali mencari data yang bisa didapatkan olehnya untuk menemukan kebenaran dan keberadaan kedua orang tua Altran. Mereka menyelesaikan semuanya hingga menjelang sore, Naura membawakan mereka irisan buah yang disediakan oleh ibunya di hadapan Altran. Naura memperhatikan suaminya yang sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Dia sudah terbiasa akan hal itu dan akan sangat terlihat aneh jika pria itu melihat ke arah. Naura kembali memasuki rumahnya tanpa menoleh kearah Altran yang melihatnya sekilas dia tersenyum dan memakan buah-buahan yang disediakan oleh istrinya. "Kamu mau menginap berapa lama di sini?" tanya Lio. "Sesuka Naura," balas Altran. "Wooow, apakah kau mulai memanjakannya Bro? Kau tertarik pada istrimu!" seru Lio. "Brisik!" Altran memasukan buah-buahan ke mulut Lio. "Astaga, kau menyuapiku meski membungkamku, haha," tawa Lio. "Rendi Anggara itu orang penting di Asia dan Jerman Bro!" seru Lio. "Hmmm," angguk Altran. "Jadi kapan kau akan ke Indonesia, untuk mencari tahu keberadaan kedua orang tuamu?" tanya Lio. "Setelah Naura puas disini!" balas Al. "Hmm," angguk Lio memperhatikan Altran yang lain dari biasanya. Altran kembali mengusap wajah Leo yang yang selalu penasaran akan apa yang saat ini tengah terjadi kepada Altran yang selalu mengutamakan tentang Naura. Setelah beliau kembali altran kini hanya seorang diri saja di ruang tamu, dia masih memperhatikan setiap dokumen yang ada dan membuatnya begitu kelelahan. Hingga Naura datang menghampirinya dan memberikan jus orange kesukaan Altran, tanpa berbicara dia menyodorkan Jus itu di hadapan Altran yang tertegun dia melihat seolah Naura yang memasang senyum tipis kepadanya. Begitupun dengan Altran di balas anggukan dirinya kepada Naura sembari tersenyum. "Sebenarnya, apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Naura. "Aku sedang mencari seseorang yang mirip denganku! Dan bisa aku tanyakan," balas Altran. "Apa aku boleh membantumu?" tanya Naura. "Lakukanlah berkasnya begitu banyak tentunya, tidak akan semudah itu jika harus mencari satu persatu," jelas Altran, dia membiarkan Naura duduk disampingnya dengan senyum tipisnya. Naura mencari di setiap data di dalam dokumen, berharap ada petunjuk yang mengarah kepada Altran. Meski begitu jenuh melakukan hal itu sepanjang hari, juga tidak menyurutkan semangat Al untuk mencari tahu tentang kedua orangtuanya. Tanpa terasa Naura tertidur di sampingnya, bahkan gadis itu tidur tepat di pangkuannya. Altran tidak menyadari jika gadis itu tertidur di atas pahanya, membuatnya mengangkat sebelah alisnya tidak mempercayai apa yang saat ini tengah terjadi. Naura si gadis yang acuh kini dia tertidur dengan menggemaskan di hadapannya. Dia tersenyum tipis melihat jam di tangannya sudah mulai gelap. Dia meminta pelayan untuk membawa berkas-berkasnya ke atas. Altran menggendong Naura berjalan menaiki tangga dan menghampiri kamar mereka. Dia membaringkan Naura di atas tempat tidur mereka. Dari kejauhan, Juan memperhatikan Altran yang membawa Naura dengan penuh perhatian dan hati-hati. Dia tersenyum tipis meyakinkan dirinya tentang Naura yang sudah tepat bersama dengan suaminya. "Sepertinya, tugas untuk menjaga putriku itu sudah beralih ke tangan pria lain! Lalu aku harus menjaga siapa lagi?" gerutu Juan. "Lalu, kenapa kamu cemburu?" Maria mendelik melewati Juan yang terkejut. "Punya wanitaku yang cantik, aku tidak akan cemburu," balas Juan. "Huh." ***** Altran terdiam tanpa kata, melihat wajah cantik manis Naura yang tertidur. Dia tanpa sengaja menyentuh wajah Naura, hingga dia menyadari ada perasaan yang salah. "Apa yang aku lakukan?" gumam Altran. Awalnya, Altran mengabaikan hal itu, namun dia semakin penasaran dengan Naura, gadis yang hanya dalam beberapa hari menjadi istrinya. dia mencoba melihat Naura dan perlahan memperhatikannya dengan seksama, dimana gadis itu tidur dengan menggemaskan. Detak jantung yang berdebar sangat kencang, dan perasaan tak menentu saat melihat wajah polos Naura yang tertidur, perlahan dia melihat ke arah Naura yang tertidur lelap dan tersenyum melihat menggemaskannya, dia melihat tangannya lagi yang masih terasa wajah Naura tadi. Dia mencoba merasakan setiap sentuhan itu lagi, membuatnya terasa bahagia dan tersenyun dengan rasa bahagianya mendalam. Cukup lama, Altran di tepi ranjang duduk di samping Naura, melihat gadid itu tengah tertidur dengan nafas teraturnya. Dia merekahkan senyum di wajahnya, ada keseruan tersendiri menyentuh wajah dan pipi berisi Naura sedari tadi. Perasaan yang tidak bisa di ungkapkan oleh kata-kata. Altran tak henti memasang senyum di wajahnya, dia berjalan meninggalkan Naura menuju kamar mandi, hendak membersihkan tubuhnya. "Gadis manja yang manis saat tertidur, aku akan menjaga kalian selama ada disini," Altran tersenyum melihat Naura di balik pintu dan menutupnya. Altran terdiam berjalan perlahan memasuki kamar mandi, sesekali dia melihat Naura yang tertidur, dia sesekali berbalik melihat "Aku tidak menyangka saja, akan menurut dan tinggal disini. Padahal selama ini aku tidak pernah mau tinggal di kediaman Anggara," ucap Altran berdiri di bawah air shower. Dia tidak pernah membayangkan jika seberani itu saat memperhatikan wajahnya orang yang sedang tertidur. Namun sekali lagi, Altran tersenyum merasakan tangannya yang menyentuh wajah Naura tadi. Selama ini dia tidak pernah melakukan hal seperti itu, meski dengan wanita masa kecilnya dulu dia hanya memikirkan tentang perusahaan dan perusahaan. Namun kali ini, dia memiliki tanggung jawab yaitu Naura dan juga tujuan untuk menemukan jati dirinya, yaitu keluarga kandungnya yang masih menjadi pertanyaan tentang siapakah anggaran yang tertulis di kalungnya. Altran menyentuh kalung yang melingkar di lehernya dan melihat nama yang terukir di sana. Nama Anggara, dia sangat penasaran dengan asal-usul dirinya bahkan sampai saat ini belum ada titik temu dari usahanya. Meski dia sudah memiliki kemampuan ilmu teknologi. Namun sepertinya kalau itu tidak dibuat khusus oleh seseorang untuknya bahkan Rendi Anggara pun tidak bisa di dapati informasinya di teknologi. Altran harus lebih berusaha jika untuk mendapatkan informasi dan kejelasan tentang kirinya, rencananya seminggu ke depan dia akan pergi ke Indonesia. Menemui langsung kediaman Rendi Anggara yang menjadi tempat pertama dia mencari tahu tentang dirinya. Dalam dirinya sebenarnya sudah tidak sabar ingin segera pergi ke sana, namun dia memikirkan tentang Naura dan keluarganya yang meminta mereka untuk tinggal sementara di kediaman Permana ini. Demi membalas kesalahannya kepada Naura, dia menyetujui untuk tinggal di rumah mertuanya untuk pertama kalinya, Altran mau tinggal di rumah orang lain, padahal dia tidak pernah tinggal di kediaman Anggara saja dia terjun ke dunia bisnis. Untuk pertama kali Altran pergi ke Indonesia, negara dia akan dengan secara terbuka menemui orang yang masih menjadi pertanyaan nya, antara berbahaya atau tidaknya seorang Rendi Anggara bagi dirinya. Namun jati dirinya jauh lebih penting dibandingkan dia tidak mendapatkan apapun, Meski harus berhadapan langsung dengan Tuan Rendi Anggara. Dia memikirkan banyak cara untuk dapat menemui Rendi Anggara, yang sudah terkenal dengan kejayaannya di dunia mafia. Membuatnya semakin penasaran tentang siapakah Rendi Anggara di dalam kehidupannya, kali ini Altran akan menyelesaikan dan mencari sampai tuntas rasa ingin tahunya dan mencari tahu keberadaan keluarganya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD