42. Kabar Malam Hari

2418 Words

“Saya pulang dulu, Sil,” ucap Mas Fendi ketika aku mengantarnya sampai teras hotel. Saat ini masih pukul tujuh pagi, dan dia sudah harus segera berangkat menuju bandara. Maklum, bandaranya jauh dari pusat kota. “Iya, Mas. Hati-hati.” Mas Fendi mengangguk. “Tapi saya belum pesan gocar.” “Lho! Terus? Emang jam berapa pesawatnya?” “Pesawatnya jam sembilan lebih lima puluh menitan. Nyaris jam sepuluh.” “Ah ... masih longgar, sih.” Mas Fendi malah diam. Selama beberapa saat, dia hanya bergeming di tempatnya. “Nunggu apa lagi, Mas? Buruan pesan. Kurang lebih satu jam, lho, sampai bandara. Itu juga kalau nggak macet. Kalau macet, lebih lama.” “Iya, tahu.” “Terus?” “Kamu udah sarapan, Sil?” Aku menggeleng. “Belumlah. Belum lapar juga.” “Hotel menyediakan sarapan, kan, ya?” “Iya. Baru

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD