Sejak malam itu, bukannya berhenti, Mas Fendi malah semakin menjadi-jadi. Ada saja hal yang dia lakukan untukku. Beberapa di antaranya membuatku terharu, tetapi beberapa lagi membuatku sangat kesal. Tampaknya dia sangat serius tentang kalimatnya yang ingin mengejarku. Kemarin-kemarin, sekalipun dia sudah jujur, dia masih sedikit menutupinya, terutama di mata orang luar. Namun, kini tidak lagi. Dia benar-benar mulai ugal-ugalan. Kenapa kusebut ugal-ugalan? Lihatlah ... dalam sehari, aku sudah mendapat tiga paket. Pertama, makan siang. Kedua, satu kotak es krim. Ketiga, bunga. Bukankah dia gila? “Angkat, Mas, angkat!” aku sedang meneleponnya, tetapi panggilanku tak kunjung diangkat. Padahal, nomornya aktif. Aku sudah tiga kali menelpon dan masih nihil “Mas, buruan angkat— hallo!” akhirn