Sentuhan Opa Hans

1016 Words
"Aku tidak mau kawin!! apalagi sama pria tua itu!! bapak dan ibu gak adil sama Batari!! Batari cuma mau sekolah tinggi di kota kayak kak Kemala!! kenapa Batari harus dikawinkan pak?! " tolak Batari mentah-mentah. PLAKK Bapak menampar pipi Batari dengan keras. Mata Batari berkaca-kaca sambil memegang pipinya yang terasa perih. Baru kali ini bapak menamparnya. Selama ini bapak hanya melontarkan kata-kata kasar padanya. "Kamu akan tetap menikah dengan Hans!! bapak ada hutang satu juta sama dia! bapak gak ada uang buat bayar hutang itu!! bapak dan ibu sudah gak sanggup menanggung hidup kamu lagi!besok kamu akan menikah dengannya!! " ucap bapak tanpa bisa diganggu gugat. "Lalu bagaimana dengan kak Kemala?! kalian tidak pernah menuntut hal macam-macam pada kakak!! bapak dan ibu gak adil sana Batari!!" Batari meluapkan semua isi hatinya dengan berderai air mata lalu berlari masuk ke dalam kamarnya. Dia menjatuhkan dirinya di atas kasurnya dan menangis terisak-isak sambil menutupi wajahnya dengan bantal "Hiks hiks hiks bapak dan ibu gak adil!! kenapa aku yang harus menjadi korbannya?! " Batari berpikir untuk melarikan diri. Mungkin dia akan pergi setelah bapak dan ibu tidur. Dia tidak mau dikawinkan dengan opa Hans meski dia tampan dan bertubuh kekar. Batari masih ingin belajar dan mengejar cita-citanya. Saat waktu telah menunjukkan pukul 1 dinihari, Batari memutuskan untuk kabur dari rumah dengan membawa tas ransel miliknya yang berisi beberapa potong baju dan buku-buku miliknya. Saat ini Batari hanya memegang uang 50 ribu di tangannya untuk berjaga-jaga. Ketika dia ingin membuka pintu, pintunya malah terkunci dari luar. "Kenapa pintunya malah terkunci?! " Batari terlihat sangat panik sekarang. Apa bapak dan ibu sengaja mengurungnya dari rumah. Kemudian dia beralih untuk membuka jendela kamarnya. Hanya ini satu-satunya jalan agar dia bisa kabur dari rumah. CEKLEK Dia membuka jendela dan keluar dari sana. Tapi karena tidak hati-hati di malah jatuh tersandung. "Ahkk!! " teriak Batari kesakitan. Sepertinya kakinya saat ini keseleo. "Siapa itu?! " terdengar suara bapak dari dalam rumah. Sepertinya bapak terbangun karena mendengar suaranya. Batari langsung berlari tertatih-tatih sebelum bapak menangkapnya dan menyeretnya ke dalam rumah. Baru saja dia berlari, tiba-tiba dia menabrak seseorang di depannya. "Ahkk!! " Batari mendongak dan kaget melihat opa Hans sudah berdiri di depannya. "O.. Opa?!" "Batari!! kamu mau kabur kemana? dasar anak sialan kamu!! " teriak bapaknya saat keluar dari rumah. Batari kemudian ingin kembali melarikan diri tapi bapak dengan cepat menangkap tangannya dan langsung menyeretnya masuk ke dalam rumah. "Kamu mau kabur kemana?! besok kamu akan menikah dengan Hans!! ayo masuk!! " paksa bapak. "Tidak!! aku tidak mau kawin pak!! tidak hiks hiks hiks, " tangis Batari begitu pilu. Bapak kembali memasukkan Batari ke dalam kamarnya. Bahkan jendela kamar luarnya juga dipaku pakai kayu agar Batari tidak bisa kabur lagi. Batari menggedor-gedor pintu kamarnya dan meminta bapak untuk membukanya tapi bapak malah kembali membentaknya. "Jangan berisik!! ganggu orang lagi tidur aja kamu!! kalau kamu masih berisik bapak tidak segan akan memukul kamu!! " "Bapak jahat!! Batari benci bapak!! " Batari kembali menangis terisak-isak di dalam kamarnya. Kalau saja dia kabur sedari dulu mungkin dia tidak akan dipaksa menikah opa Hans. *** Saat ini Batari sedang didandani oleh ibunya. Dandanannya sangat menor seperti badut. Entah ibu sengaja atau memang tidak bisa merias. Dia juga mengenakan kebaya lusuh warna putih dan atas kepalanya ditutupi dengan selendang berwarna putih. Bawahan yang dipakainya adalah kain batik yang dililitkan ke pinggangnya. "Ingat kata ibu ya, kamu harus patuh dan nurut sama suami kamu nanti! jangan pernah melawan perkataannya! jangan buat bapak dan ibu malu! sekarang ayo ikut ibu, " ibu membawa Batari keluar dari kamar. Di ruang tamu ada opa Hans, bapak, dua orang saksi, dan seorang penghulu. Ibu memaksa Batari untuk duduk telat di samping opa Hans. Batari terus menunduk tanpa berani menatap wajah opa Hans secara langsung. "Baiklah kita mulai saja acaranya ya, " ucap pak penghulu. Bapak menjabat tangan opa Hans sambil mengucapkan kalimat ijab kabul. "Saya nikahkan dan kawinkan anak saya Batari Ayumna binti Budiono dengan Hans Aditya Santoso bin Rudi Santoso dengan mas kawin uang 100 ribu dibayar tunai!! " "Saya nikahkan dan kawinkan Batari Ayumna binti Budiono dengan mas kawin uang 100 ribu tunai!! " jawab opa Hans dengan lantang. "Bagaimana saksi? " tanya penghulu. "Sah!! " jawab kedua saksi dalam waktu yang bersamaan. "Amin ya rabbal alamin, " ucap semua orang bersama-sama. Sekarang Batari telah sah menjadi istrinya Opa Hans. Dia menunduk sambil mencium tangannya. Di hari itu juga opa Hans langsung memboyong Batari kerumahnya. Batari sangat ketakutan karena tidak ingin disentuh olehnya. Dia hanya menunduk di atas ranjang dengan merapatkan kedua kaki dan tangannya. Tangan opa Hans menyentuh pundaknya. "Jangan sentuh!! " seru Batari dengan tubuh bergetar hebat. "Kamu sudah menjadi istriku Batari. Apa kamu mau orang tuamu marah jika tau kamu menolakku? " tangan Hans kembali terulur untuk membuka kancing batik lusuhnya. Air mata Batari kembali mengalir saat Hans menyentuh sekujur tubuhnya. Dia merasa tubuhnya terasa aneh saat merasakan bibir Hans menyentuh titik sensitifnya. Kumis dan jambangnya membuatnya geli saat bersentuhan langsung dengan kulitnya. "Ngghhh opa... " desah Batari saat bibir Hans menghisap bukit kembarnya secara bergantian. Batari merasakan bagian bawahnya telah basah. Tangan Hans menyentuh bagian bawahnya dan terlihat ada cairan kental mengkilap di jari-jarinya. "Kamu bersikeras menolak tapi akhirnya kamu basah juga Batari, " ejek Hans sambil menjilati jari-jarinya itu. Setelah itu Hans membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya. Batari kaget saat melihat keperkasaan milik Hans terlihat sangat besar. Itu tidak akan bisa muat masuk ke dalam miliknya. "Ampun opa!! aku tidak mau melakukannya!! punya opa gede banget opa!! aku tidak mau!! " Batari menutup wajahnya ketakutan. Dia tidak ingin melakukan hubungan suami istri dengan Hans. Tapi Hans seolah tidak mendengarkan tangisannya dan menarik kakinya agar mendekat ke arahnya. Batari memberontak menghindarinya tapi tetap saja tenaganya kalah. Batari merasakan sesuatu memaksa masuk ke dalam miliknya. Rasanya amat menyakitkan seakan tubuhnya terbelah menjadi dua bagian. "Ternyata kamu masih perawan stttt, " Hans tidak mengira dia akan memerawani Batari. Milik Batari sangat sempit sekali dan menjepit erat keperkasaannya di dalam sana. Air mata Batari lagi-lagi mengalir karena sekarang kehormatan telah direnggut oleh suaminya sendiri. Suami yang tidak pernah ia cintai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD