Bab 8: Giovan

1065 Words
Mikha mengerutkan keningnya melihat mobil Dominic terparkir di depan apartemennya. "Sedang apa kau disini?" Mikha menenteng kopernya yang berisi pakaian yang akan dia bawa untuk perjalanan bisnisnya dengan Dominic. "Menjemput kamu tentu saja." "Aku bisa pergi sendiri, lagipula-" "Dan Tuan Steven ingin aku pergi denganmu, hanya yang memiliki kartu ini yang bisa masuk ke villanya." Dominic menunjukkan kartu undangan ditangannya. "Kalau begitu tunggu aku disana, aku akan naik mobilku." Baru saja Mikha berjalan satu langkah ke arah mobilnya suara Dominic kembali terdengar. "Kau takut?" "Takut?" "Takut terpesona padaku, jadi kau menghindariku?" "Apa?!" wajah Mikha mengerjap bodoh. "Aku masih memberimu kesempatan jika mau." Dominic memakai kacamata hitamnya "Jika tidak, segera masuk! kamu membuang waktuku." Mikha sungguh tak percaya dengan apa yang di dengarnya, apa- apaan pria itu? apa dia waras? Mikha semakin tak mengenal kepribadiannya yang dulu baik dan lembut, pria itu bahkan tak berkedip saat mengatakannya. "Untuk apa duduk disana?" tanyanya saat Mikha membuka pintu di sebelah supir. "Aku adalah pegawai anda, Tuan. Rasanya tidak pantas jika duduk di belakang," ucapnya tak peduli, lalu menutup pintu dengan keras. Supir Dominic sampai terlonjak kaget, pasalnya mobil yang kini mereka kendarai adalah mobil mewah, tak bisa memperlakukannya seperti mobil sejuta umat yang sudah tua. Namun, melihat Tuannya yang acuh dia juga hanya bisa menghela nafasnya lalu mulai memacu kendaraan tersebut. Mikha benar- benar kehilangan moodnya saat ini, sementara itu Dominic dengan acuh di belakang sana, pria itu nampak tak terganggu dengan guncangan halus mobilnya dan hanya acuh bekerja dengan laptop di pangkuannya. "Permisi, kau mau?" Mikha membuka sebungkus permen dan menyodorkannya pada supir Dominic. "Oh, aku sedang mengemudi Nona," ucapnya sungkan. "Makan permen justru membuatmu segar dan tak mengantuk?" Mikha membuka satu lalu memberikannya pada supir "Makanlah!" Dan akhirnya supir tersebut memakannya dari tangan Mikha. Dominic sendiri mengerutkan keningnya tak suka saat melihat Mikha menyuapi supirnya. "Kau tahu siapa yang baru saja menyuapimu?" supir Dominic itu menoleh pada tuannya. "Ya?" tanyanya dengan bodoh. Dominic mendengus saat Mikha memicingkan matanya ke arahnya "Tuan, sebaiknya kau jangan bicara macam- macam, bekerjalah dengan fokus ya." Mikha menekan penghalang yang seketika menutup pandangannya dari Dominic membuat Dominic berdecak kesal. Tiba di hotel Dominic langsung menuju kamarnya, sementara Mikha justru mengerutkan kening saat mendapati kamar yang dipesan Dominic hanya satu. "Apa- apaan ini?" tanyanya tak mengerti. "Kau memintaku ikut tapi tak menyewakan kamar untukku?" "Ini akhir pekan, lagi pula semua kamar sudah penuh oleh para tamu Tuan Steven." "Kalau begitu aku akan mencari hotel lain." "Aku tak akan menunggu kalau sampai kita terlambat pergi ke villa Tuan Steven, lagi pula ini kota terpencil, hanya ada dua hotel dan itu satu jam perjalanan dari sini." Dominic masuk dengan santai sementara Mikha menghentakkan kakinya kesal. "Lagi pula kenapa harus aku, menyebalkan." "Kau adalah pegawaiku, sudah sepantasnya kau berdedikasi dan yang ingin ditemui Nyonya Miranda adalah kau." "Lalu apa yang aku dapat? Kau bahkan tak memberiku kamar? Dasar pelit," dengusnya kesal. "Bukankah ini juga termasuk perjalanan bisnis, lagi pula ini juga menguntungkanmu-" perkataan Mikha terhenti saat Dominic menghampirinya dan berdiri tepat di depannya "Ap-a?" tanyanya dengan gugup, di tatap seintens itu tak ayal membuat Mikha gelagapan. "Dengar, gunakan ini untuk semakin memikirkan tawaranku, bukan kah kau bisa tidur di kamar yang sama dengan pria yang kau sukai." Dominic menyeringai, sementara Mikha membelalak tak percaya. "Kau sungguh mengira aku menyukaimu?" "Lalu tidak?" "Tentu saja!" "Kalau begitu buktikan." dan lagi- lagi dengan seenaknya Dominic mengusak rambut Mikha. Mikha memilih keluar dari kamar sebelum dia bersiap untuk ke pesta Tuan Steven nanti malam, mencari udara segar sebentar sepertinya ide yang bagus, dari pada dia harus terus berhadapan dengan Si Tua tapi tampan itu. Mikha mendengus kesal, saat dia masih harus mengakui ketampanan pria tua itu, tentu saja pria berusia kepala empat itu tidak terlalu tua, namun jika dibandingkan dengan usianya, tentu saja dia terlalu tua. "Oh, bukankah ini Mikhaela?" Baru saja menutup pintu dia melihat pria yang paling ingin dia hindari. "Tidak percaya bisa melihatmu disini, kau menguntitku," ucapnya dengan seringai menjijikan, dia berjalan mendekat dengan seorang wanita di sebelahnya. Mikha tertawa "Menguntitmu? Aku?" tunjuknya pada dirinya sendiri "Kau bermimpi? lupa jika aku yang mencampakanmu?" Mikha mendengus jijik. Lihatlah bahkan wanita yang dia bawa bukanlah wanita terakhir kali yang di lamarnya di depan orang banyak, menjijikan. Sungguh beruntung dia tak berurusan lagi dengannya. Giovan mendengus kesal, sudah jelas dia yang mencampakan Mikha, masih saja jual mahal "Jika tidak kenapa kau ada disini?” Giovan melepas tangannya yang sejak tadi ada di pundak wanita seksii di sebelahnya lalu menghampiri Mikha "Begini saja, aku berikan kesempatan untukmu ...” dia mendekat dan berbisik " Asal kau mau bermain bersamaku." Mata Mikha memicing tajam "Lalu, aku akan mendapatkan apa?" "Tentu saja menjadi kekasihku lagi." Mikha mendengus "Kalau begitu, big no. Lagi pula, aku tidak mau pria yang bermain dengan banyak wanita, takut kena penyakit kelamin." Giovan meradang, dengan tangan terangkat dia siap menampar wajah Mikha, namun tangannya justru melayang di udara, sebab tertahan oleh seseorang "Kau mau aku mematahkan tanganmu?" Mikha mengerjapkan matanya saat tiba-tiba Dominic sudah ada di depannya. "Akh." Giovan berteriak tertahan sebab Dominic menekan tangannya dengan remasan kuat. "s**t, lepaskan aku b******k!" Dominic menyeringai "Jangan berani- beraninya tangan kotormu menyentuh gadisku," desisnya tajam. Jantung Mikha berdegup kencang saat ucapan itu terlontar dari mulut Dominic. "Siapa kau?" Giovan memperhatikan Dominic yang keluar hanya dengan handuk kimono membalut tubuhnya, yang atletis, s**t dia bahkan lebih tinggi darinya. "Kekasih Mikha, sekarang pergi dan jangan ganggu dia lagi!" Dominic menghempaskan tangan Giovan hingga tubuhnya terhunyung ke belakang. "Kekasih?" Giovan menatap Mikha "Sungguh, apa kau begitu frustasi hingga berpacaran dengan seorang daddy? Kau berlaga suci di depanku, tapi, kau melempar dirimu ke ranjang pria kaya ini?" "Perhatikan ucapanmu anak muda, aku bisa membuat perusahaan ayahmu yang ada di ujung tanduk menerima akibatnya." Giovan terdiam, di saat seperti ini hanya beberapa orang yang tahu kondisi perusahaan ayahnya, alasan kenapa dia memutuskan Mikha dia membutuhkan dukungan dari wanita kaya yang akan berinvestasi di perusahaan ayahnya, jika benar Dominic adalah orang yang penting, dia dan keluarganya bisa celaka. "Sial," umpat Giovan sambil berlalu pergi. "Kamu tidak apa- apa?" Dominic meneliti tubuh Mikha sementara Mikha masih terpaku di tempatnya. "Kenapa hanya diam saat di tindas seperti itu!" Dominic menoyor dahi Mikha membuat lamunan Mikha buyar seketika. Baru saja dia terpesona pada apa yang Dominic lakukan untuknya, tapi, sekarang pria itu kembali menunjukkan sikap semena- menanya, membuatnya kembali kesal. "Mau kemana?" "Bukan urusanmu." Dominic terkekeh melihat kepergian Mikha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD