Karin diam membeku di pelukan Ryan, dengan jantung yang semakin berdebar kencang. Pelukan Ryan yang terasa kuat dan menenangkan membuat ia dengan mudah melupakan mimpi buruknya. “Bapak memang tidak bisa menerima penolakan!” ucap Karin dengan suara yang lirih. Ryan tersenyum di leher Karin, sehingga membuat Karin merinding dibuatnya. “Itu karena kamu tidak bersungguh-sungguh menolakku. Sekarang diamlah Karin, atau aku akan berubah pikiran dan mengajakmu untuk bercinta.” Karin tidak lagi membuka mulut ia memejamkan mata dan menikmati kehangatan pelukan tangan Ryan. Ketika pagi harinya Karin bangun dan ia tidak merasakan ada pelukan di perutnya. Karin membalikkan badan melihat sisi yang ditiduri Ryan tadi malam. ‘Pak Ryan sudah tidak ada lagi, ke mana dia?’ gumam Karin. Ia turun dari te