'Ya, Tuhan! Jangan biarkan orang yang beradad dalam mobil itu mendekatiku,’ batin Karin.
Rasa gugup Karin semakin menjadi terlebih lagi ketika dari dalam mobil dengan kaca gelap itu. Turun seorang pria yang mengenakan pakaian serba hitam menghampiri Karin.
“Selamat malam, Nona! Silakan ikut saya masuk ke mobil!” perintah orang itu singkat.
Tangan Karin meraba tas yang ia sandang di bahunya. Ia pun berhasil menemukan apa yang ia cari. Semprotan merica. Akan tetapi, sebelum ia sempat menggunakannya pria dengan pakaian hitam itu memperingatkannya.
“Tuan Ryan menunggu Anda di dalam mobil, Nona!” ucap pria itu.
Mendengar namanya disebut Ryan menurunkan kaca mobil, sehingga Karin dapat melihat kalau dirinyalah yang berada di dalam mobil tersebut.
“Cepat masuk! Jangan sok menolak. Kamu tidak pernah tahu apa yang akan kamu temui, kalau nekat tetap berada di halte ini. Bisa saja ada pemabuk yang akan memperkosamu. Daripada diperkosa oleh pemabuk, lebih baik ikut denganku!” Perintah Ryan.
Karin menimbang-nimbang apa yang dikatakan oleh Ryan. Dan pilihan yang terbaik memanglah ikut mobil Ryan, daripada tetap di halte ini dengan suasana malam yang sunyi.
Ia pun masuk ke dalam mobil tersebut dan duduk tepat di samping Ryan. Ia berusaha menjaga jarak duduknya dengan pria yang aura maskulin begitu kuat dan bagaikan magnet menariknya untuk jatuh ke dalam pelukan bos nya itu.
Tanpa Karin sadari, tahu-tahu ia merasakan, kalau dirinya ditarik Ryan merapat duduk hingga menempel pria itu.
“Kamu mau aku beritahu sesuatu? Sekuat apapun kamu menyangkal, kalau di antara kita berdua ada daya tarik yang kuat. Saya yakin, kalau kamu cepat atau lambat akan jatuh ke dalam pelukanku!” Bisik Ryan tepat di telinga Karin.
Darah Karin rasanya berdesir mendengar bisikan Ryan. Mengapa ia harus menghadapi godaan gairah dari bosnya yang baru saja ia kenal.
“Saya tidak akan menyangkal Pak! Akan tetapi Bapak salah, kalau saya akan membiarkan hal itu terjadi. Bapak tidak akan menjadi bagian dari hidup saya!” sahut Karin berani.
Ryan hanya tersenyum saja. Ia menyibak rambut Karin yang tergerai menutupi pundaknya. Dengan tangannya yang besar dielusnya pundak Karin.
“Kamu melupakan ucapanku! Kalau kamu memakai kemejaku sampai pulang ke apartemenmu itu merupakan suatu undangan khusus untukku datang. Ditambah dengan diirku yang mengantarkanmu pulang.”
Melihat Karin yang meraih kancing kemejanya Ryan pun berkata, “Apakah kamu mau melepas kemejamu di dalam mobil ini? Dengan senang hati aku akan menjadi penonton dan memberikan penilaian atas apa yang kulihat.”
Karin menolak untuk melepas kancing kemeja yang ia kenakan. Biarlah Ryan datang ke apartemennya. Toh pria itu belum tentu bisa melakukan hal yang tidak baik, selama berada di apartemennya.
“Pengecut! Kamu takut aku akan menerkammu di dalam mobil ini, bukan? Kau tahu Karin, dengan atau tanpa pakaian pun aku bisa saja melakukan yang kumau kepadamu di dalam mobil ini dan kau tidak akan bisa melawannya,” ejek Ryan.
Karin melihat ke arah Ryan dengan tatapan tidak suka. “Ketika berada di kantor, saya bawahan Bapak, tetapi di luar kita bukan lagi atasan dan bawahan!”
Karin menatap Ryan dengan mata yang melotot tajam. “Saya akan melawan dengan sekuat tenaga, kalau perlu saya akan melompat keluar dari dalam mobil ini!” Anca,m Karin.
Tawa mengejek terlontar dari bibir Ryan. “Suka-suka kau sajalah Karin! Akan tetapi apakah kamu tidak takut dan sayang badan mulusmu menjadi lecet atau terluka, kalau kamu melompat keluar dari dalam mobil ini?”
Jari nakal Ryan memelintir rambut Karin dan dengan tatapan yang begitu lekat. “Posisi apa yang kau suka Karin? Tadi kau mengatakan atasan dan bawahan. Kau menyukai di atas atau di bawah?” tanya Ryan sengaja membuat kata yang ambigu.
Karin menghela napas dengan nyaring dan menghembuskannya dalam-dalam. “Saya tidak perlu menjawab pertanyaan dari Bapak! Sama sekali tidak pentig.”
Keberuntungan berfihak pada Karin. Mobil yang mereka tumpangi berhenti tepat di parkiran apartemen Karin. Dengan cepat Karin memegang kenop mobil dan bermaksud untuk membukanya.
Akan tetapi, sebelum pintu terbuka tubuh Karin ditarik, hingga ia jatuh ke atas pangkuan Ryan yang terasa panas. “Kau melupakan sesuatu! Naik mobilku ini tidaklah gratis dan kau belum membayarnya!”
Karin mengernyitkan kening merasa bingung dengan maksud dari perkataan Ryan.
Melihat Karin yang merasa bingung Ryan menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Karin. “Ini bayaran yang kuminta darimu!”
Sebelum Karin mengerti apa maksud dari perkataan Ryan. Tengkuknya ditarik mendekat ke arah wajah Ryan dan bibirnya yang terkejut mendapatkan ciuman mesra dan basah dari Ryan.
“Mmmph! Lepaskan, Pak!” bentak Karin emosi.
“Nanti! Setelah aku puas barulah kau kulepaskan!” sahut Ryan dan semakin memperdalam ciumannya.
Selama beberapa saat Karin terhanyut dengan ciuman yang diberikan oleh Ryan. Namun, bayangan ibunya yang menangis dan menjerit ketakutan pada malam hari, Bagaikan air es, yag menyadarkan Karin dari hipnotis pesona Ryan.
Digigtnya bibir Ryan, sehingga pria itu melepaskan pagutannya di bibir Karin. Merasa dirinya sudah lolos dari bahaya Karin dengan cepat membuka pintu mobil dan keluar dari sana.
Dengan berlari-lari Karin masuk ke dalam gedung apartemennya. Ia tidak menoleh ke belakang, karena takut terkejar oleh Ryan.
Sementara itu duduk di dalam mobilnya. Ryan meraba bibirnya yang digigit oleh Karin. ‘Wanita itu berbeda dari wanita lainnya yang selama ini dekat denganku. Biasanya mereka berebut mendapatkan perhatian dariku, tetapi Karin justru menolak sentuhanku,’ Batin Ryan.
Ryan memerintahkan kepada sopir pribadinya untuk melajukan mobil menuju kelab malam. Ia merasa perlu untuk menuntaskan gairahnya, karena rayuannya kepada Karin, yang ternyata justru membuat dirinya sendiri yang menjadi terbakar.
‘Apa Karin masih perawan? Melihat dari gerakannya yang kaku saat kucium, sepertinya ia tidaklah mahir melakukannya. Menyenangkan untuk mengetahui secara langsung, apakah Karin itu masih perawan atau tidak,’ batin Ryan.
Senyum terbit di bibir Ryan membayangkang bagaimana dirinya menghadapi Karin, yang bagaikan rusa liar di saat bersama dengannya. Wanita itu ingin selalu berlari menjauh ketika berada dekat dengannya.
Mobil yang dikemudikan oleh sopir pribadi Ryan berhenti di parkirann kelab malam. “Tunggu saya dan jangan pergi ke mana-mana!”
Ia lalu keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam kelab malam tersebut. Begitu ia masuk ke dalam kelab malam tersebut. Suasana di sana ramai dengan pria dan wanita yang berdansa.
Ryan berjalan terus masuk ke bagian dalam. Dan sampailah ia di sebuah ruangan VIP, yang hanya untuk satu tamu saja. Begitu ia duduk di atas sofa yang ada di ruangan itu. Seorang wanita cantik, dengan pakaian yang seksi dengan nampan berisi minuman keras datang menghampirinya.
Wanita itu dengan percaya dirinya duduk di atas pangkuan Ryan dan menuangkan anggur untuk Ryan. Ryan pun menerimanya, lalu menenggak anggur itu hingga tandas.
Gelas yang ada di tangaan Ryan diambil oleh wanita itu dan diletakkannya di atas meja. Tangan nakal wanita itu membuka kancing kemeja, yang dikenakan oleh Ryan dan mengelus dadanya dengan lembut.
Ryan menikmati belaian wanita itu, sambil memejamkan kedua matanya. Dibiarkannya wanita itu mencium dan melumat bibirnya dengan mesra. Namun, tiba-tiba saja wajah wanita yang berada di depannya berganti dengan wajah Karin.
ontak saja Ryan menjadi terkejut. Dirinya pun mengumpat Karin, yang mengusik kenyamannya. Dengan kasar Ryan mendorong tubuh seksi wanita yang duduk di atas panngkuannya hingga jatuh ke lantai.
“Anda menyakiti saya, Tuan!” Wanita itu menjerit kesakitan dan pintu ruangan VIP itu terbuka.
Dua orang pria, dengan badan yang kekar berjalan mendekat ke arah Ryan, dengan wajah dingin mereka.
“Ada apa ini?” Tanya salah seorang petugas keamanan tersebut.