Niatnya berteriak halus, tapi akibat terlalu gugup dan ketakutan, suara Sasha pecah mirip sebuah lolongan serak mengganggu. Mendengar suara Sasha, gerakan dan erangan Puang Aji terhenti. Sasha dan Ira saling melempar pandang sesaat. Kepala Puang Aji terangkat dan perlahan menoleh kepada mereka berdua, otomatis membuat keduanya mundur selangkah. Bulu kuduk Sasha meremang. Bola mata Puang Aji kini nyaris putih total, dari mulut dan hidungnya keluar darah. Tangan kanannya mulai menggapai-gapai ke arah mereka, luka menganga yang cukup besar di sepanjang bagian bahu depannya membuat sisa darah yang belum mengental merembes keluar. Erangan itu kembali terdengar, lebih keras dan menyayat hati. Pupil mata Sasha mengecil, napasnya terkesiap. “ARGH!” Sasha menjerit ketakutan hingga terjatuh ke