Episode 6 : Ancaman Dari Joe

1531 Words
Di tengah suasana yang sudah sangat gelap, Keyra sedang berdiri ketakutan sambil menerima sambungan telepon dari Joe. “Joe, kamu di mana? Dari tadi aku telepon kamu, kok enggak kamu angkat? Joe, seharian ini aku sudah nunggu kamu di restoran pilihan kamu, tapi, ... tapi sekarang aku dikejar-kejar orang aneh, Joe! Joe, tolong. Aku takut! Aku takut banget, Joe! Mereka terus ngejar aku sambil bawa pisau belati!” Keyra yang memohon-mohon ketakutan sudah nyaris menangis, terlepas dari tubuh wanita itu yang juga sudah sampai gemetaran. Di tengah kesibukannya yang kerap mengamati sekitar, buih keringat sudah berulang kali mengalir dari kepala Keyra. Tak hanya sekitar wajah berikut lehernya yang basah, sebab rambut panjang berwarna madu yang kali ini tergerai juga sudah mengalami hal serupa akibat keringatnya. Tubuh Keyra sudah basah kuyup karena wanita itu sudah terlalu sibuk berlari. Mungkin sekitar setengah jam lamanya, Keyra sibuk melarikan diri dari dua orang bersetelan hitam yang mengenakan kacamata berikut topi hitam, hingga Keyra tidak bisa melihat wajah sosok tersebut dengan jelas. Keyra terus melarikan diri karena ke dua orang yang mengejarnya itu juga sampai memegang belati yang tampak begitu berkilau sekaligus tajam, layaknya apa yang ia katakan kepada Joe di sambungan telepon mereka. Seolah-olah, mereka siap menghabisi Keyra kendati Keyra bisa memastikan, dirinya tidak mengenal pria tersebut. “Ke dua orang itu hanya sedang menunggu keputusanmu, Key.”  Dari seberang, suara Joe terdengar sangat tidak bersemangat, bahkan cenderung malas. Sebagai orang yang sudah mengenal Joe semenjak mereka masih duduk di sekolah menengah pertama, Keyra paham. Namun, mengenai apa yang baru saja pria itu katakan, untuk pertama kalinya, Keyra merasa tidak paham. Keputusan apa yang Joe maksud? Keyra yang bersembunyi di balik tembok sebuah halte yang kebetulan sepi—hanya ada Keyra yang ada di sana, langsung menanyakan maksud dari ucapan Joe, di tengah kenyataannya yang terengah-engah. Keyra bahkan merasa kesulitan bernapas akibat keadaannya. “Iya, tawaran siang tadi.” “Aku enggak ingat, Joe. Tawaran yang mana?” “Haruskah aku mengulanginya?” “Joe, sekarang aku sedang ketakutan. Apalagi kamu tahu sendiri, aku sedang hamil. Aku sudah capek banget, Joe. Aku butuh kamu. Kamu tolong jemput aku, ya? Aku kangen kamu, dan aku yakin, anak kita juga kangen kamu, Joe.” “Aku akan memberikan semua yang kamu mau, Key. Benar-benar semuanya, asal kamu mau memberikan saksi kepada polisi, anak yang sedang kamu kandung, merupakan anak Dion! Itu bukan anakku, dan sampai kapan pun, anak itu memang bukan anakku!” Mendengar balasan Joe yang terdengar memaksa bahkan mengancam, Keyra menjadi lemas sekaligus bingung. Keyra seperti tersambar petir di siang bolong.  Setelah sulit dihubungi apalagi ditemui, kenapa Joe justru menciptakan skenario palsu untuk menjebak Dion? Bukankah sebelumnya Joe telah menjanjikan pernikahan? Dan kenapa juga, Joe sampai tidak mau mengakui anak mereka? “Bagaimana mungkin, aku mengatakan ini anak Dion, sedangkan ini, anak kamu? Kamu ini kenapa sih, Joe? Kenapa kamu sampai enggak mau mengakui anak ini? Kamu sendiri yang bilang mau tanggung jawab. Kamu sudah melamar aku, bahkan kamu janji akan secepatnya mengatur pernikahan kita, terlepas dari orang tua sekaligus keluarga besar kita yang sudah sama-sama tahu!” “Key!” bentak Joe dari seberang dan sukses membuat Keyra terkejut.  “Joe ...?” lirih Keyra tak percaya. Hatinya mendadak perih seperti ada yang sengaja sibuk mengiris di sana. Untuk pertama kalinya, Joe sampai membentak Keyra meski akhir-akhir ini, semenjak Keyra mengabarkan mengenai kehamilannya kepada Joe sekeluarga, kekasihnya itu memang menjadi berbeda. “Cepat katakan, apa keputusanmu?” tegas Joe dari seberang dengan nada suara yang terdengar sangat dingin. “Enggak, Joe!” Keyra sibuk menggeleng. “Aku enggak mau!” “Key ... aku sungguh tidak punya banyak waktu. Aku sungguh tidak punya banyak waktu apalagi untuk bermain-main dengan kamu!” bentak Joe lagi. “Apa maksudmu berkata seperti itu? Kita akan menikah, kan, Joe? Aku enggak pernah main-main. Aku serius dan kita akan menikah!” Air mata Keyra semakin rebas seiring rasa takut yang semakin menyekap. Keyra sungguh takut, Joe berubah dan tetap tidak mau menikahinya, sedangkan kini, ia sedang hamil anak pria itu. “Tidak. Aku tidak akan pernah menikahimu. Karena aku tidak mungkin menikah denganmu, Key!” tegas Joe yang terdengar semakin kejam. “Maksud kamu apa, Joe? Aku enggak mau tahu, kamu harus bawa orang tuamu ke rumahku. Temui orang tuaku dan secepatnya kita harus menikah! Aku bahkan sudah melepas karier balerinaku, Joe!” “Aku sudah bosan sama kamu, dan aku tidak mungkin menikah dengan kamu, Key!” tegas Joe lagi. Keyra menggeleng dan semakin gemetaran. “Joe ... kalau pun ini hanya bercanda, ini sama sekali enggak lucu, apalagi kamu tahu, aku sedang hamil anak kamu!” kecamnya. Keyra belum selesai berucap, tapi dari seberang, Joe sudah membentak. “Cukup gugurkan, anak itu pasti mati, kan? Apa susahnya? Apa jangan-jangan, kamu sengaja ingin memerasku?” “Joe!” Kali ini Keyra menjerit seiring air matanya yang semakin berjatuhan. Akan tetapi, karena jeritan tersebut pula, dari sisi yang berbeda, langkah cepat terdengar mendekat, dan ketika Keyra memastikan, ke dua langkah tersebut merupakan ke dua sosok yang sedang Keyra hindari. “Joe ... mereka datang, Joe! Mereka semakin dekat. Tolong aku, Joe. Aku takut!”  Keyra merintih ketakutan, terlepas dari Keyra yang menjadi bingung harus berbuat apa? Keyra sungguh berharap kepada Joe, agar kembali menjadi Joe yang sangat mencintainya. Joe yang sangat menyayanginya. “Katakan kepada polisi, anak itu anak Dion. Dengan begitu, aku pastikan, kamu akan tetap hidup!” tegas Joe dari seberang yang justru tetap memaksa sekaligus mengancam. “Enggak Joe! Ini anak kamu, dan sampai kapan pun, ini akan menjad anak kamu!” tegas Keyra. “Kalau begitu, lebih baik kamu mati, Key! Lebih baik kamu mati agar Dion tetap mendekam di penjara, sedangkan kamu juga tidak bisa menggangguku lagi!” tegas Joe cepat. “J-joe!” Keyra kembali berteriak, tapi dari seberang, Joe langsung mengakhiri sambungan telepon mereka, tanpa memberi Keyra kesempatan. Yang membuat Keyra semakin tersudut sekaligus ketakutan, ke dua sosok pengena nuansa hitam bertubuh tegap yang mendekatinya, juga semakin gesit dalam melangkah. Kenyataan tersebut pula yang membuat Keyra kembali berlari demi menyelamatkan diri. “T-tolong! T-tolong aku! S-siapa pun ... siapa pun, aku mohon, tolong aku!” Keyra sudah berulang kali menjerit sambil terus berlari. Sayangnya, rasa takut yang telanjur menguasai kehidupannya, membuat lidah Keyra mulai kelu. Tak ada sedikit pun suara yang keluar dari bibir ranum Keyra, yang justru seolah terkunci sangat rapat. “Seseorang, tolong aku. Siapa pun, aku mohon!” “Tuhan ... aku tahu, aku telah melakukan kesalahan fatal. Aku telah hamil di luar pernikahan. Aku telah berzina dan membuat anak hasil perzinahanku, menjadi anak haram. Namun, aku benar-benar mohon, izinkan aku untuk menebus semua kesalahanku dengan merawatnya. Anak ini tidak bersalah. Dan aku tidak boleh mati sebelum memastikan, dia tumbuh bahagia!” Keyra yang tak hentinya meronta-ronta dalam hati, terus berlari sambil sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan keberadaan ke dua orang yang mengejarnya. Sialnya, Keyra justru terus memasuki kawasan yang sepi. Layaknya kini, ia justru terjebak di kawasan bangunan yang belum jadi, masih setengah penggarapan dan sampai belum disertai atap.  Keyra tidak tahu harus lari ke mana lagi? Ia masih mengamati sekitar dengan memutar cepat pandangannya, tanpa membuat tubuhnya benar-benar berbalik. Keyra dapati, seorang pria ada di pelataran bangunan yang belum jadi tersebut, di mana pria tersebut juga sedang melangkah menuju sebuah mobil yang terparkir di sana, mobil yang juga menjadi satu-satunya mobil disana.  Keyra langsung menggantungkan harapannya kepada pria tersebut. Keyra berniat meminta tolong kepada pria tersebut. “T-tunggu! T-tolong aku!” seru Keyra yang akhirnya bisa bersuara. Pria yang menyingsing lengan kemeja panjang warna biru mudanya hingga siku tersebut, memang sudah sampai membuka pintu sebelah kemudi mobilnya. Namun, karena ia mendengar teriakan, pria tersebut juga langsung menoleh untuk memastikan. Di mana kebetulan, teriakan yang pria itu pastikan terdengar dari belakangnya. “Tolong aku!” Keyra yang kembali memohon, mengakhiri pelariannya sambil menahan sebelah tangan kekar si pria. Keyra sampai bersimpuh lantaran tak kuasa menahan lelah efek dari pelariannya, terlepas dari napasnya yang kian terengah-engah. Akan tetapi, bagi seorang Arden dan tak lain merupakan pria yang Keyra mintai pertolongan, tak ada kemungkinan lain mengenai siapa Keyra, yang sampai masih berpegangan erat pada sebelah tangannya.  Arden yakin, Keyra merupakan wanita kriminal, atau yang lebih parahnya, Keyra justru ‘wanita malam’. Sebab, tak ada kemungkinan lain, jika melihat situasi sekaligus kondisi. Apalagi, jika dilihat dari penampilan Keyra yang teramat menjual.  Keyra memiliki wajah cantik dengan hidung cukup mancung berikut bibir cukup berisinya yang ranum, terlepas dari kulit Keyra yang putih-kemerahan dan terlihat sangat lembut. Yang paling mencolok, warna rambut Keyra yang berwarna madu.  Di mata Arden, Keyra sangat ‘menjual’ terlebih Keyra memiliki tubuh semampai lengkap dengan buah d**a yang terbilang kencang sekaligus berisi. Dan jika memang karena bukan rutin melakukan perawatan kecantikan lantaran Keyra orang berada, bagi Arden tak ada kemungkinan lain selain Keyra yang memang anak buah sebuah mucikari ternama dan sedang mencoba melarikan diri, atau malah sedang berusaha memikat Arden.  “Aku mohon, tolong aku!” Keyra yang sampai bersipuh kepada Arden, kembali memohon sambil menunduk dalam. Keyra sungguh berharap, Arden mau menolongnya dan membebaskannya dari pembunuh bayaran Joe. Akankah Arden mau menolong Keyra setelah sederet pertimbangkan sekaligus penilaian Arden terhadap Keyra? ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD