Saya Akan Menikahinya!

1141 Words
“Kakek, kenapa seperti itu? Bukannya Kakek juga bisa melihat bagaimana keadaan dia sekarang? Ini menyangkut nyawa manusia,” protes Attar, berusaha memberikan pengertian pada Kakeknya. Namun pria itu mendengus, ia duduk di sofa tunggal dan menatap Attar tajam. “Sekali Kakek bilang tidak, jawabannya tetap tidak!” putus kakek Attar tegas. Hanin yang merasa pusing berusaha menoleh, menatap pria yang menjadi lawan bicara Attar. Matanya mengerjap beberapa kali untuk memperjelas penglihatannya. Kening Hanin mengernyit begitu menyadari siapa pria tua itu. “Pak … Drajat Permana?” tebak Hanin, terkejut menyadari bahwa pria yang dipanggil kakek oleh Attar adalah Drajat Permana. Sontak Hanin menatap Attar menuntut penjelasan. Jadi … Attar adalah cucu dari keluarga Permana yang itu? Keluarga konglomerat yang terkenal dengan perusahaan permatanya. Dengan statusnya sebagai cucu dari keluarga Permana, Attar pasti akan mendapatkan lebih banyak uang dibanding bekerja sebagai pengawalnya. Namun mengapa selama ini Hanin tak pernah mendengar bahwa keluarga Permana memiliki seorang cucu laki-laki? Apa karena keluarga Permana terlalu menjaga privasi mereka? “Benar sekali, Hanin. Namamu Hanin kan?” tanya Drajat yang langsung dibalas anggukan pelan sebagai jawaban. “Hanin Wicaksana, putri dari istri kedua Harja Wicaksana.” Tubuh Hanin menegang, ada perasaan tak suka saat identitasnya sebagai anak dari istri kedua disebutkan dengan jelas. “Saya … saya mohon maaf karena telah mengganggu Anda,” ucap Hanin ragu dengan kepala menunduk. “Saya mohon, lindungi saya dari Dikta. Saya tidak tahu harus ke mana lagi untuk meminta perlindungan. Saya akan dibunuh jika sampai ditemukan oleh suami saya.” “Tidak bisa!” tolak Drajat tegas. Attar menatap kecewa pada kakeknya, dia bingung mengapa kakeknya menjadi seperti ini. “Kakek … “ “Saya tidak bisa menerima dan memberikan perlindungan pada orang asing! Apalagi masalah ini berhubungan dengan keluarga Admaja, sedikit saja salah, nama baik saya bisa tercoreng!” Drajat memalingkan wajahnya, tangannya satu digunakan untuk memegang tongkat kayu dengan gagang berbentuk kepala naga itu. Attar menatap Hanin yang menunduk kecewa sekaligus ketakutan, sejenak Attar memejamkan matanya dan menarik napas panjang. Ia menghampiri Kakeknya, berdiri di hadapan pria tua itu. “Apalagi? Bujuk rayumu itu tidak akan mempan pada Kakek!” ucap Drajat. “Kakek telah menyuruhmu untuk pulang selama lima tahun ini, tapi kamu malah berlagak sombong dan menjadi durhaka! Sekarang … setelah ditimpa masalah, kamu kira Kakek akan membantumu begitu saja? Tidak!” Kepala Attar tertunduk. Tanpa diduga ia berlutut di hadapan Drajat, menyatukan kedua tangannya dan memohon pada Drajat. Hanin dan Drajat yang melihat hal itu dibuat melotot tak percaya. “Kek … aku mohon. Tolong sekali ini saja bantu aku. Selama ini aku gak pernah minta apa-apa pada Kakek, aku berusaha jadi cucu yang tidak merepotkan karena sadar dengan posisiku di rumah ini. Tapi sekali ini saja, demi Nyonya Hanin. Aku mohon … “ Hanin merasa sangat terharu sekaligus tersentuh, Attar begitu banyak berkorban untuknya. Pria itu bahkan merelakan harga dirinya hanya untuk menyelamatkan Hanin. “Attar… saya gak apa-apa kok. Sudah, kalau memang Tuan Permana gak bisa bantu kita,” ucap Hanin merasa tidak enak. Attar menoleh, lalu menggeleng tegas. “Saya sudah janji akan menyelamatkan Nyonya. Jadi, saya akan melakukan apapun itu untuk memberikan perlindungan pada Nyonya,” sahut Attar tegas. Melihat keyakinan Attar membuat hati Hanin terhenyak. Ia kemudian bangun dari duduknya, dan ikut berdiri di sebelah Attar. Perbuatannya tak lepas dari pandangan Drajat yang seolah menantikan apa yang akan dilakukan Hanin selanjutnya. Hanin kemudian ikut berlutut di sebelah Attar, membuat pria itu melotot terkejut. “N-nyonya … ?! Apa yang Anda lakukan, cepat bangun dan kembali duduk di sofa saja!” ucap Attar gelagapan. Namun Hanin menggeleng dengan senyum kecil. “Kamu berlutut di sini mengemis perlindungan untuk aku, jadi aku gak bisa duduk manis begitu aja. Aku juga akan ikut mengemis pada Tuan Permana,” ucap Hanin. Ia menatap Drajat penuh harap, menyatukan kedua tangannya seperti yang dilakukan Attar. “Saya mohon, selamatkan hidup kami. Saya pasti akan membalas Budi pada kebaikan Anda, saya akan menuruti semua perintah Anda, Tuan.” Sejenak Drajat terdiam, tak percaya mereka memohon sampai sejauh ini. Ia menatap Attar dan Hanin bergantian, kemudian menghela napas panjang. “Saya tetap tidak bisa memberikan perlindungan pada orang asing,” tegas Drajat tetap pada keputusan awalnya. “Kecuali …” Tatapan Drajat jatuh pada Attar. “Saya akan menikahi Nyonya Hanin!” putus Attar tiba-tiba, membuat Hanin sontak menoleh terkejut. Wajah Attar terlihat tegang bercampur serius. “Saya akan menikahi Nyonya Hanin setelah keadaan membaik dan dia mengurus perceraiannya dengan Dikta.” “Jadi, sekarang Nyonya Hanin bukan lagi orang asing, kan? Dia adalah calon istriku. Kakek bisa menganggapnya sebagai kekasihku untuk sekarang,” ucap Attar tegas. Keadaan menjadi hening, bahkan Attar tak sanggup menghembuskan napas saking tegangnya. “Ha ha ha.” Suara tawa Drajat yang khas bapak-bapak memecahkan ketegangan ruangan itu. Ia mengangkat tongkatnya dan memukul pelan kepala Attar, sangat pelan. “Kamu ini! Memang keras kepala sekali,” ucap Drajat diselingi kekehan kecil. “Ya sudah kalau begitu keputusannya. Tapi pastikan kamu memenuhi ucapanmu barusan!” Attar sontak mengangguk cepat, menghembuskan napas lega. Akhirnya dia bisa menepati janjinya pada Hanin untuk memberikan tempat perlindungan pada wanita itu. “Tapi, Kakek masih punya satu persyaratan lagi!” ucap Drajat, yang kembali membuat Attar menegang. Attar mendongak, menatap kakeknya penuh tanya. “Kamu harus menurut pada Kakek! Tidak ada lagi namanya kabur dari kediaman ini! Kamu harus mulai memegang bisnis di keluarga Permana, dan memantapkan posisimu!” ucap Drajat serius, ia beralih menatap Hanin yang sedang melamun dengan pikirannya sendiri. “Dan Hanin … dia tidak boleh keluar dari mansion ini sampai kamu cukup pantas dan berkuasa untuk melindungi dia!” Attar terdiam. Hal yang selama ini dia hindari dan membuatnya kabur, pada akhirnya Attar harus mengambil tanggung jawab itu juga. Keputusan yang cukup berat buat Attar. Namun lagi-lagi saat melihat Hanin yang rapuh membuat Attar hanya bisa menghela napas berat dan mengangguk pasrah. “Kamu harus cukup kuat kalau ingin melindungi wanita itu Attar. Dirimu yang sekarang tidak ada apa-apanya dibanding keluarga Admaja. Bekerja keraslah untuk melindunginya,” nasihat Drajat, ia kemudian bangkit dari kursinya dengan bertopang pada tongkat. “Kalian istirahat lah, aku akan menyuruh pelayan untuk membersihkan kamarmu dan kamar tamu.” Drajat menatap Hanin sejenak. “Minta pada kepala pelayan untuk memanggil dokter keluarga, obati lukanya.” Setelah menyelesaikan urusannya dengan Attar dan Hanin, ia pun melenggang pergi dari sana. Sementara Attar kini menatap Hanin, menunduk di hadapan wanita itu. “Maafkan saya, Nyonya. Saya … saya mengambil keputusan itu untuk menyelamatkan hidup Nyonya. Setelah ini sa—” PLAK! Mata Hanin menatap penuh kecewa pada Attar, terlihat kedua matanya memerah dan berkaca-kaca menahan tangis. “Nyonya … maafkan saya,” ucap Attar penuh penyesalan. Namun, saat Attar hendak kembali beralasan dan memohon maaf pada Hanin. Ia melihat tubuh wanita itu oleng dan perlahan kehilangan kesadarannya. Bruk! “Nyonya!” **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD