Ruis begitu menikmati perjalanan. Menatap penuh kasih Sekar yang tengah tertidur di kursi kabin di sampingnya. Begitu pulas seolah tidak ada beban yang sedang dipikul, meskipun pada akhirnya saat terbangun nanti, Ruis yakin rasa sakit dirasakan kembali gadis itu.
Ruis mengangkat tangan ke udara ketika pramugara hendak membangunkan Sekar karena penerbangan sudah hampir usai. Saat ini mereka sudah berpindah menggunakan pesawat untuk dilanjutkan menuju ke Pulau Arphent, terletak di ujung Mueensland terpisah lautan Atlantik. Cuaca musim panas di sana lebih baik. Cahaya matahari cerah menyusup melalui sela-sela jendela pesawat mengurai bintik embun. Wajah Sekar terlihat bersinar menjadi transparan sedikit keemasan.
“Sekar, bangun.”
Ruis sedikit membungkuk, lengannya bertumpu pada siku meja
