Wajah Sekar memucat, tetapi peringatan Ruis—dari cara menatapnya, untuk tidak lagi terlibat dalam percakapan membuatnya menjadi lebih lega dari sebelumnya.
Ruis mengambil alih percakapan. Ia tidak mengira Sekar akan membuka jalannya dengan begitu sempurna. Ia yakin, itu murni keluar dari hati. Percintaan yang dilakukan mereka berdua bukan sekadar menyalurkan hasrat ketakutan, tetapi jalinan berupa cinta.
“Kau berani menyerang ibu dengan pernyataan seperti itu, Ruis!”
Wajah Mira terlihat memerah, emosinya mulai merangkak naik. Ruis tahu hal itu, tapi momen ini tidak boleh terlepas begitu saja hingga masalah ini berlarut-larut menggangu pernikahannya.
“Aku tidak menyerangmu, Ibu.” Ruis mempertahankan suara datar dan tenangnya. Sorot mata yang awalnya begitu tajam kini berangsur normal ke
