BAB 51

1234 Words
Tubuhku terasa sangat sakit dan pegal, namun aku tidak bisa tidur lebih lama. Aku duduk di kasurku dan meregangkan tubuhku, bahkan dengan gerakan seperti ini terdengar bunyi yang keluar dari tubuhku. Kami selesai memancing kemarin jam 8 malam, itu pun karena Ayah yang tiba - tiba mendapatkan panggilan mendadak jika besok harus ke kantor jadi kami memutuskan untuk pulang lebih cepat. Aku mengusap leherku dan memijatnya perlahan, leherku terasa berat dan kaku. Kepalaku juga terasa sedikit sakit karena kemarin cuaca mendadak begitu panas, sampai - sampai aku langsung pilek ketika duduk di pinggiran danau. Kami menangkap cukuo banyak ikan kemarin, namun lada akhirnya kami lepaskan sebelum pulang. Memang seperti itu kebiasaan ayah, memancing hanyalah untuk hiburan dan mencari kesenangan saja. "Sakit banget," gumamku sesaat setelah aku duduk, kepalaku terasa pusing sekali dan terlebih leherku terasa sangat berat sekali rasanya. Aku diam beberapa saat dalam posisi yang sama sambil mencoba untuk menyesuaikan diriku, kepalaku terasa sangat pusing. Aku berdiri dari dudukku perlahan, aku hendak berjalan ke kamar mandi dan membasuh wajahku. Aku merasakan dingin air yang mengenai wajahku, memang tubuhku terasa lebih segar tapi kepala dan leherku masih sakit. Aku berjalan keluar dari kamar mandi lalu segera kembali ke kamar, lalu membaringkan tubuhku ke kasur. Kepalaku terasa sangat pusing, aku langsung menarik selimut karena tiba - tiba merasa kedinginan. Sepertinya tubuhku benar - benar drop saat ini, setelah beberapa saat aku berbaring juga masih tidak ada perubahan. Tubuhku saja masih terasa sakit, bahkan rasanya bertambah sakit. Dengan memaksakan diri, aku bangkit dari tidurku lalu melangkahkan kakiku keluar dari dalam kamar. Aku hendak mencari obat penurun panas, karena sepertinya aku sedang demam. Saat aku membuka pintu kamar aku baru ingat jika hari ini aku hanya sendirian di rumah ini, karena ayah harus mampir ke kantornya untuk mengurus beberapa dokumen. Besok, ayah harus pergi ke luar kota selama seminggu karena ada misi penting yang aku juga tidak tahu itu apa. Sebenarnya aku hari ini ada janji dengan Adrian untuk pergi berdua setelah sekian lama aku kesal dengannya, semoga saja dalam beberapa jam pusing kepalaku dan panas tubuhku segera turun sehingga aku tidak perlu membatalkan janjiku dengan Adrian. Saat melewati ruang tamu aku melihat jam di dinding menunjukkan pukul 8 pagi, aku masih memiliki waktu 5 jam lagi sebelum bersiap karena Adrian mengajaku untuk pergi berdua. Lagi pula, sudah lama kami tidak menghabiskan waktu bersama. Aku membuka berjalan ke dapur menuangkan air putih di dalam gelas, lalu membuka bungkus obat dan memakannya. Perutku berbunyi karena aku memang merasakan lapar, terakhir kali aku makan setelah kami pulang memancing. Langkah kakiku berjalan ke kulkas, mengambil roti lalu kupanaskan di atas teplon. Aku memasukkan telur yang sudah aku kocok ke atas roti itu lalu membaliknya sebentar, setelah itu aku membaliknya lagi menambahkan sosis yang sudah kupotong di sisi sebelah roti itu dan menuangkan saus di atasnya. Aku juga menambahkan selada dan tomat ke atas sosis itu lalu menutupnya dengan roti sebelahnya. Setelah kurasa cukup matang, aku memindahkan roti itu ke dalam piring lalu membawanya ke meja makan. Aku menuangkan lagi air putih ke dalam cangkir, lalu kembali duduk dan menikmati sarapan dengan roti yang barusan aku buat. Setelah selesai makan dan perutku sudah terasa kenyang, sakit kepalaku juga sudah lumayan berkurang. Aku mencuci tanganku dan kembali ke kamar, belum ada niatan untuk mandi saat ini. Membuka laptopku sebentar untuk mengirim file n****+ yang sudah ku revisi kemarin. Setelah itupun, aku keluar membereskan rumah dan menyapu. Aku mengambil buah pir dan memakannya sambil menonton tv di ruang tamu. Entah berapa banyak aku menonton karena selalu mengganti saluran tv, aku melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 11 siang, aku segera bangkit dari dudukku dan kembali je kamar untuk bersiap pergi bersama Adrian. Aku memilih memakai celana jeans dengan baju kemeja putih, kuoleskan sedikit bedak di wajahku dan lip tint di bibirku. Bunyi bel terdengar tepat saat aku menyelesaikan dandananku, aku menyemprotkan parfum ke tubuhku lalu berjalan keluar untuk membukakan pintu. "Udah sampe?" tanyaku pada Adrian. Ia menyerahkan bucket bunga kepadaku, aku mencium segar aroma bunga. Membawanya masuk, di ikuti oleh Adrian. "Aku mau ke toilet," ucap Adrian canggung. "Ya udah langsung aja, kayak baru pertama ke rumah aja." Aku mengambil vas bunga dan memindahkan bunga tersebut ke dalamnya, beberapa saat kemudian Adrian keluar melihat aku yang baru selesai menata bunga darinya. "Mau pergi sekarang?" tanyaku. "Ayo, kalo kamu udah siap." Aku mengambil tasku lalu berjalan keluar bersama Adrian. Pintu sudah kukunci, aku duduk hendak memakai sepatuku tapi Adrian lebih dulu berjongkok dan memasangkan sepatu ke kakiku. Aku mengusap rambut Adrian saat ia memakaikanku sepatu, sedikit mengaturnya agar terlihat lebih rapi dan mengelusnya saat ia selesai memakaikanku sepatu. Adrian menjulurkan tangannya padaku yang langsung kuterima. Kami berjalan keluar rumah, seperti biasa ia membukakan pintu mobil untukku. "Kita mau ke mana?" tanyaku penasaran, karena Adrian tidak memberitahuku sama sekali ke mana kami akan pergi. "Rahasia," ucap Adrian tersenyum misterius. Ia membawa mobil keluar dari rumahku menuju jalan raya, entah ke mana ia akan menbawaku juga aku tidak tahu. Selama di mobil, Adrian terus mengenggam tanganku. Entah mengapa, aku melihat Adrian cukup posesif hari ini. "Ayo keluar," ucap Adrian saat kami sampai di tempat yang menurutku mirip dengan hutan. "Kita di mana?" tanyaku pada Adrian bingung juga takut jika ada hewan buas yang datang. "Ayo," balas Adrian masih menggenggam tanganku. Dapat kurasakan hangat tangan Adrian, ia bahkan mengayunkan tangan kami sesekali juga memasukan tangan kami ke dalam sakunya. "Wah...," ucapku terkejut menutup mulutku dengan tangan kiriku. "Bagus gak?" tanya Adrian, dapat kulihat kini Adrian tengah mengamati wajahku melihat keterkejutanku. Bagaimana tidak, di masa seperti sekarang apalagi di hutan yang tidak begitu banyak jarang sekali ada rumah pohon, namun kali ini aku melihat rumah pohon ini untuk pertama kalinya. "Ini, beneran bisa di naiki?" Adrian menganggu, ia melepaskan genggaman tanganku, membiarkanku mencoba menaiki tangga menuju rumah yang berada di atas pohon. Dengan berhati-hati, aku naik ke atas rumah dengan menggunakan tangga. Cukup tinggi memang saat kulihat ke bawah, namu saat aku sudah memasuki rumah pohon yang tidak terlalu besar itu aku dapat melihat sekeliling hutan. "Gimana? Bagus gak?" tanya Adrian dengan sedikit berteriak. "Iya, sini naik." Adrian menurutiku dan mulai menaiki tangga menyusulku yang sudah mengambil tempat duluan di atas rumah pohon. Aku memperhatikan Adrian menaiki setiap anak tangga, aku dapat melihat ekspresi puas dari wajah Adrian. "Wah, capek juga." Adrian terkekeh saat sudah sampai di atas rumah pohon, ia mengambil posisi duduk di sebelahku. Sekarang kami sedang duduk menghadap pepohonan yang rindang dengan kaki yang bergelantung. "Minum dulu," ucap Adrian mengeliarkan minuman botolan dan beberapa makanan dari dalam kotak yang berada di dalam rumah. Aku bahkan tidak menyadari jika ada kotak itu di dalam rumah, karena dibuat seperti loker. "Aku seneng kalo kamu bahagia." "Adrian, makasih ya." Adrian merangkul pundakku, aku mebukakan botol minum untuknya dan botol minum untukku. Kami sama-sama menikmati angin yang berhembus diantara pepohonan. "Luna, apa aku ada buat salah sama kamu?" "Enggak," jawabku lemah. Aku terdiam sesaat waktu Adrian bertanya, aku memikirkan apakah saat ini adalah saat yang tepat mengungpkan perasaanku. "Jangan cuekin aku lagi, aku gak bisa kamu diemin." "Maaf ya," ucapku merasa bersalah. Ada benarnya juga memang, tidak adil harusnya bagi Adrian karena aku bersikap dingin padanya sedangkan dia sendiri tidak tahu permasalahan apa yang membuatku kesal. "Apapun itu, jangan tinggalin aku." Adrian mengenggam tanganku erat seakan meminta untukku mempercayai dia lebih dari apa pun. Aku tersenyum dan mengatakan hal yang sama. "Semoga kamu nggak pernah berubah," ucapku dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD