Sekujur tubuh Adam mendesir, jantungnya berdetak tak normal. Entah kenapa jawaban polos itu membuat hati Adam terasa menghangat. Adam berdecak kecil, tanpa menatap lawan bicaranya. “Berhentilah menunggu saya. Saya tak butuh itu!” Asiyah hanya tersenyum kecil, situasi seperti ini selalu ia alami, jadi hatinya sudah begitu kuat menahan semua ucapan menyakitkan dari mulut pedas suaminya. “Asiyah hanya ingin melakukan kewajiban sebagai istri Mas.” Rahang tegas Adam mengetat, ia paling tak suka di bantah. Ia menarik napas sejenak menahan emosi. “Apa kau tidak dengar sa--.” “Jadi Mas mau mandi?” Mulut Adam terkatup ke dalam, lalu mengepalkan tangannya erat serta rahang yang kembali mengeras. Baru kali ini ada yang berani memotong ucapannya. Asiyah tersenyum kecil, melihat kemarahan Adam