6. Lo lagi?

1525 Words
Bismillahirrahmanirrahiim Allahumma shali’ala Muhammad wa’ala ali Muhammad === Keluarga Faraz dan Revan sedang asyik menikmati hidangan yang telah disajikan Ghali sambil sesekali bertanya tentang restoran yang Ghali kelola atau sekolahnya dulu saat di Australia. Saat mereka sedang asyik makan, sebuah mobil mercy berwarna hitam memasuki area parkir GMG resto. Dari pintu kemudi, keluarlah sesosok perempuan cantik dan modis. Perempuan berambut ikal sebahu berwarna kecoklatan itu menggunakan kacamata hitam, celana jeans serta blouse berwarna putih dengan outer navy selutut. Bibir yang dipoles lipstik berwarna nude itu menyunggingkan senyum kala melihat Ghali dan keluarganya sedang berada di resto. Meja yang ditempati keluarga Faraz dan Revan memang dekat dengan dinding kaca sehingga bisa dilihat dari luar, termasuk Kayshila yang saat ini masih berdiri di samping mobilnya. Ia melepas kacamata hitamnya lalu merapikan penampilan dan rambutnya melalui jendela mobil dan kaca spion. Setelah dirasa perfect, ia mengambil tas tangannya lalu segera masuk ke restoran berniat menghampiri Ghali dan keluarganya. Kayshila yang melangkah dengan percaya diri dan penampilan yang memukai sempatt membuat para pengunjung resto Ghali saat itu terpana. Mario yang melihatnya melangkah menuju meja keluarga Ghali langsung memberitahu Giandra yang sedang ada di pantry. “Gi, Gi!” “Kenapa, Mar?” “Hadeuh, udah berapa kali jangan panggil gue Mar! Berasa kayak Marimar!” Giandra terbahak mendengarnya. Ia dan Ghali memang kerap kali memanggil Mario dengan sebutan ‘Mar’ untuk mengejeknya. “Kenapa, Yo?” “Noh ada si Khay, lo samperin dulu gih. Takutnya dia ngerecokin Ghali yang lagi kumpul.” “Ck, lo aja ah! Males gue sama tuh cewek!” Giandra menjawab dengan ogah-ogahan lalu melanjutkan memotong sayuran dengan cekatan. Mario yang gemas langsung mengambil alih pekerjaan Ghali. “Gue juga ogah. Udah sana mending lo aja deh.” “Ck, ah lo mah ganggu gue aja! Kenapa harus gue sih?!” Meski mendumel dan menggerutu kesal, akhirnya Giandra buru-buru cuci tangan dan melangkah ke luar pantry menuju meja Ghali dan keluarganya. Saat jarak Giandra beberapa meter dari meja Ghali, ia melihat Kayshila sedang menyalami Faraz dan Lisa serta memperkenalkan dirinya sebagai calon istri Ghali. “Wah, lagi pada kumpul ya. Assalamu’alaikum Om, Tante!” ucap Kayshila pada Faraz dan Lisa sedangkan Revan dan Nita hanya saling tatap sambil mengedikkan bahu. “Wa’alaikumussalam. Eh, kamu siapa ya? Kok tante gak asing sama wajah kamu?” tanya Lisa sambil berpikir. Kayshila hanya tersenyum sambil tersipu malu. “Ih Tante pasti lupa ya sama Kay. Ya udah gak apa-apa deh. Kenalkan saya Kayshila, Om, Tante. Calon mantu kalian, calon istri Aa Ghali.” Semua yang ada di meja langsung terbelalak dan Ghali tersedak mendengar ucapan Kayshila. Giandra langsung menghampiri meja Ghali lalu menarik Kayshila sedikit menjauh. “Aduh, maaf ya Om, Tante, semuanya. Jangan didengerin kata si Kay ini tadi, lagi halu dia. Maafin ya, semuanya. Kami permisi dulu.” “Eh .. eh ... gue gak halu ya! Ini mau ke mana ini? Lo jangan tarik-tarik gue, Kunyuk!” “Udah ikut gue! Ganggu acara orang aja lo!” Giandra langsung menarik Kayshila menjauh meski perempuan itu meronta-ronta. Ghali langsung menghela napas lega usai kepergian Giandra dan Kayshila. “Itu siapa, Nak Ghali? Benar calon istri kamu?” tanya Nita pada Ghali. “Eh, itu Cuma temen aja kok, Tante. Bukan, bukan calon istri. Kayak yang temen saya bilang tadi, dia Cuma halu, bercanda aja,” ucap Ghali lalu tertawa hambar. “Ooh, kirain tante beneran itu calonnya kamu.” “Tapi tadi Kayshila mana sih? Kok ibu lupa-lupa inget?” tanya Lisa. “Itu loh, Bu. Dia itu selebgram yang terkenal itu, terus dia juga yang ngajakin Aa’ buat jadi chef di acara masak TV kemarin. Dia juga pernah samperin ayah sama ibu waktu kelulusan Aa’ di Australia dulu,” jelas Zia pada ibunya. Lisa berpikir sejenak lalu kembali mendapatkan memorinya tentang Kayshila beberapa waktu silam. “Ah ya, ibu baru ingat. Pantas aja gak asing.” “Udah, gak usah dibahas lagi, om tante dan semuanya lanjut makan aja ya. Ghali ke pantry dulu mau nyiapin dessert.”   Ghali menjauh dari mejanya lalu menuju pantry. Sebelum itu, ia menemui Kayshila terlebih dulu yang masih bersama Giandra untuk menegurnya. Giandra dan Kayshila yangs edang adu mulut terdiam saat Ghali datang. “Maksud kamu tadi apa sih, Kay? Pakai bilang calon istri saya segala? Saya gak suka ya sama orang yang suka bohong.” “Kay gak bohong kok, Aa’. Emang Kay mau jadi calon istrinya Aa’.” “Lo nya yang mau, emang si Ghali mau jadiin lo istrinya?” timpal Giandra. “Pokoknya kamu harus minta maaf sama keluarga saya. Kalau nggak, saya gak mau terima tawaran kamu buat jadi chef di acara masak temen kamu itu!” ancam Ghali. “Hah? Apa? Jadi Aa’ mau terima tawaran Kay itu?” “Iya kalau kamu minta maaf.” “Iya, iya nanti Kay minta maaf. Ya ampun, Kay seneng banget!” Kayshila merenggangkan tangannya untuk memeluk Ghali karena merasa sangat senang. Tapi Ghali dengan cepat langsung menghindar. “Jaga sikap, Kay! Bukan mahram!” ucap Ghali dengan tegas lalu menuju pantry tanpa menghiraukan Kayshila lagi. “Eh, iya maaf. Kay lupa, Aa’.” Kay kembali menarik kedua tangannya dan tersipu malu. “Dasar! Makanya jadi cewek agresifnya jangan kebangetan napa!” ucap Giandra lalu meninggalkan Kay menyusul Ghali ke pantry. “Heh, suka-suka gue lah! Kenapa lo yang protes?” === Suasana Milks Heaven kali ini cukup ramai menginga ini adalah malam minggu. Banyak muda mudi yang kongkow bersama teman, kerabat bahkan kekasihnya. Saat seperti ini biasanya Salma ikut membantu para karyawannya. Entah itu berjaga di kasir, membuat pesanan atau bahkan melayani para pengunjung langsung. Meski ia adalah pemilik cafe, Adam dan Hana mengajarkan anaknya untuk tidak serta merta berpangku tangan. Malam minggu begini, cafe memang tutup pada pukul sebelas malam. Sehabis isya, Naufal dan Radit membantu Salma di cafe karena kebetulan Radit, Adam dan Hana sedang menginap di vila milik almarhummah bude Hana dulu. Salma yang mempunyai kamar khusus di lantai tiga cafe pun harus ikut pulang ke vila karena ada orang tuanya. Maka dari itu, Naufal dan Radit sekalian menjemput princess kesayangan papa mereka. Saat mereka bertiga sudah tiba di vila, ternyata papa dan mama mereka belum tidur. Pasangan paruh baya itu malah sedang asyik membuat jagung bakar di teras belakang. Tentu saja ketiga buntut mereka langsung ikut merecoki. Jarang sekali mereka bisa berkumpul seperti ini. rasanya seperti menikmati suasana di daerah Puncak. “Gimana cafenya, Sayang?” tanya Adam pada Salma. “Alhamdulillah semuanya baik dan lancar, Pa,” ucap Salma lalu kembali menggigit jagungnya. “Alhamdulillah, syukur kalau begitu. Kalau ada apa-apa, kamu bilang papa atau Bang Radit, ya?” “Siap, Pak Bos!” “Keadaan di sini gimana, Naufal? Bisnis kebun kamu lancar?” tanya Hana yang datang sambil membawa nampan berisi gelas s**u jahe. “Alhamdulillah lancar juga, Ma. Cuma gara-gara si Salma nih kemarin ada masalah dikit.” “Ih apaan sih, Bang? Kok aku yang disalahin? Lagian aku emang gak ngerti apa-apa juga. Orang Cuma nganterin aja,” elak Salma. “Udah, gak usah ngeles terus, Sal. Ngaku aja.” “Emang kenapa?” tanya Adam kepo. Naufal menceritakan semua kejadian Salma yang salah mengirim barang ke resto milik Ghali. Untung saja Ghali dan Naufal sudah kenal lama sehingga Ghali memaklumi dan menerima permintaan maaf Naufal. “Alhamdulillah untung gak serius masalahnya. Lain kali kamu hati-hati Salma. Jangan diulangi lagi, ya? Yang teliti kalau mengerjakan sesuatu,” tegur Hana pada Salma. Salma hanya bisa mengerucutkan bibirnya sebal karena ditegur sang mama. “Iya, Ma. Maaf. Aku kan gak sengaja. Gak ngerti juga mana yang produk A, B, C. Semuanya sama di mata aku.” Hana hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala mendengar alasan putri semata wayangnya itu. “Terus kamu kapan mau nikah, Fal? Mama gak tenang ninggalin kamu sendirian di vila segede ini. Kamu juga apa gak kesepian? Seenggaknya kalau kamu nikah kan ada yang nemenin, ada yang ngurusin kamu juga. Jadi mama gak khawatir,” ucap Hana. “Iya benar apa kata mama kamu, Fal. Kamu udah ada calon belum?” “Belum, Pa. Abang belum ada calonnya juga. Abang masih asyik kayak begini aja dulu,” jawab Naufal dengan santai lalu menyeruput s**u jahe yang sudah hangat buatan mamanya. “Kali ada temen kuliah lo, Bang. Biar kayak mama sama papa,” ucap Radit. “Ya siapa aja sih, gak harus temen kuliah sama kayak mama papa juga,” ucap Adam. “Yang penting seseorang itu bisa membawa kamu lebih dekat kepada Allah SWT. Ya kan, Sayang?” ucap Adam pada Hana. “Papa apaan sih? Malu dilihatin anak-anak. Kita udah uzur, Pa.” “Umur boleh uzur, Ma. Tapi cinta papa ke mama tak pernah uzur apalagi luntur.” “Adeuh, cuit cuiw! Bikin iri yang jomblo aja nih, Pa.” Naufal, Radit dan Salma tertawa melihat mamanya yang tersipu malu digombali oleh sang papa. Adam memang sering menggoda Hana di depan ketiga anak mereka. Adam rasa itu bukan masalah, justru itu adalah hal yang penting. Agar ketiga anaknya tahu betapa kedua orang tuanya saling mencintai.   === Salma sedang mencoba untuk membuat macaroon di pantry cafe. Ia dengan telaten mengocok adonan putih telur hingga mengembang dan kaku lalu mencampur dengan bahan lain hingga adonan siap dibentuk di atas loyang. Ia sudah beberapa kali mencoba sebelum ini namun gagal. Salma berharap percobaannya kali ini bisa berhasil karena ia sudah mencoba beberapa resep. Sambil menunggu macaroon matang, Salma melepas apronnya dan hendak menuju ke ruangannya yang ada di lantai dua. Ia merasa sedikit pusing dan ingin beristirahat sebentar. Salma yang hanya berniat istirahat sebentar malah ketiduran cukup lama. Alhasil ia teerburu-buru menuruni anak tangga untuk mengecek panggangan macaroonya. Ia berdoa semoga saja ada karyawannya yang mmengecek. Tapi, saat akan menuju pantry, ia bertabrakan dengan seorang lelaki yang pernah ia temui sebelumnya. “Aduh!” “Aw!” “Kamu lagi? Bisa gak sih kalau jalan itu matanya dipakai?” ucap Ghali kesal. Ya lelaki itu adalah Ghali. Salma berdecak kesal dalam hati. Ck, lo lagi, lo lagi! Ngapain nih cowok ada di cafe gue? Batinnya. Namun, saat ia ingin membalas Ghali, tetiba suara dari salah satu pegawai menghentikannya. “Mbak Salma, macaroonnya gosong!”    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD