bc

MIKAYLA (Indonesia)

book_age16+
1.4K
FOLLOW
10.1K
READ
contract marriage
love after marriage
arranged marriage
arrogant
CEO
boss
drama
like
intro-logo
Blurb

(Sequel Men The Devil)

Aku wanita, Yang seharusnya meraih cita cita, tapi Daddy malah membuatku harus mengubur cita cita dan mimpi itu, Daddy menyuruhku ke London, Kerumah Pria yang katanya akan menjadi suamiku, sekarang masih calon, tapi dia siapa? Aku penasaran, tapi tak terlalu suka dengan cara daddy membuatku menikah, aku kan cantik, menurut aku sih.

Apakah wanita sepertiku harus di jodohkan? Apa aku tak laku? Tapi aku tak mungkin membuat Daddy kecewa, cukup Mommy meninggalkanku karena aku, sekarang aku harus menuruti permintaan ayah.

Aku pun ke london, sampai di London pria itu Membenciku, tak suka Padaku.

Aku menjalani hari hari yang sangat Membosankan, Melihat wajah pria itu membuatku muak. Tapi entah kenapa Ada yang menggelitik di hatiku, Kami pun menikah.

chap-preview
Free preview
PROLOGUE
New York, 09.00 AM Matahari menembus tirai berwarna putih dan tepat mengenai mata cantik Mikayla yang masih tersungkur karena kelelahan, semalam ia habiskan waktu berada di kantor untuk menyelesaikan pekerjaan yang begitu menyita waktunya setiap hari karena launching sebentar lagi. Mikayla membuka matanya dan duduk bersandar di kepala ranjang, ia mencoba mengumpulkan nyawanya dan sadar 100%. Sebenarnya ia berat untuk bangun, namun ia harus bangun karena pekerjaannya menunggunya. "Mikayla!" Suara samar-samar terdengar tepat di telinganya, tapi ia tak bergeming sama sekali dan menganggap suara itu hanya pikirannya saja, rasa kantuk memang belum membuatnya sadar sepenuhnya. "Mikayla!" Suara itu terdengar lagi, membuat Mikayla menyadarkan kepalanya dan terbangun bersandar di kepala ranjang. "Daddy?" Mikayla lalu membuka matanya dan bergegas ke kamar mandi dan membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar, kantuk benar-benar menguasainya sampai beberapa kali panggilan sang Ayah di abaikan Mikayla. Mikayla lalu menuruni tangga dan melihat sang Ayah sedang membaca koran pagi di ruang keluarga. "Whats wrong, Dad?" tanya Mikayla, seraya duduk di samping ayahnya. "Kamu baru bangun?" tanya sang Ayah. Tentu saja putrinya itu baru bangun. Mikayla mengangguk. “Iya, Dad, baru saja, namun suara Dad membangunkanku.” "Apa Daddy tak bisa menyuruh maid saja memanggilku? Tak perlu berteriak sekencang itu," kata Mikayla kesal. "Jadi … kau kesal kepada Daddy?" "Tidak, Dad, hanya terkejut saja," jawab Mikayla. "Ada yang ingin Dad bicarakan sama kamu, ini penting." Kalimat sang Ayah membuat Mikayla mendengarkan dengan baik dan memasang telinganya sedekat mungkin, deadline beberapa hari ini membuat telinganya sedikit tuli. Ha ha. "Apa?" tanya Mikayla seraya mencicipi kue pie dan Bir Peterseli yang ada di hadapannya, makanan khas sarapan khusus untuk sang Ayah setiap hari. "Daddy ingin kamu menikah,” kata sang Daddy, berhasil membuat Mikayla tersedak kue pie, karena perkataan sang Ayah, Mikayla lalu meminum secangkir kopi ayahnya, walaupun panas ia tak perduli, perkataan ayahnya lebih mengejutkan di banding rasa panas kopi ini. Mikayla menggeleng pelan, berusaha mencerna perkataan sang Ayah. "Barusan Daddy mengatakan apa? Aku sepertinya salah mendengar, Dad. Kan tak mungkin Dad menyuruhku menikah, ha ha," kata Mikayla berharap yang ia dengar memang salah. "Daddy ingin kamu menikah, Mikayla," jawab sang Ayah, membuat kepala Mikayla baru mengangguk, ternyata ia tidak salah dengar, sang Ayah memang menyuruhnya menikah, namun kenapa semendadak ini? Hal itu mengherankan. "Menikah? Pikiranku untuk itu masih jauh, Dad. Aku masih 22 tahun, dan belum pernah memikirkan pernikahan sebelumnya," kata Mikayla, berusaha tersenyum dan menggeleng karena merasa permintaan sang Ayah berlebihan. "Bukankah kau akan menuruti perkataan Daddy? Kamu mengatakan itu sewaktu Mommy meninggal, ‘kan? Apa kamu lupa? Jangan pura-pura lupa, Mikayla. Dad masih ingat dengan jelas apa yang kamu janjikan pada Dad, ketika Mom meninggal." Sang Ayah mengingatkan Mikayla pada janjinya dan itu membuat Mikayla mengangguk karena merasa benar, dan mengakui bahwa apa yang di katakan sang Ayah, akan di ikuti Mikayla, sebagai anak tunggal dari keluarganya. "Tapi … aku bisa menuruti apa saja yang penting bukan menikah, aku tidak ingin menikah di usiaku yang masih muda ini, Dad," kata Mikayla. "Daddy tak menyuruhmu menikah sekarang, Nak,” kata sang Ayah. "Lantas … maksud perkataan Dad, apa?" "Daddy sudah mengatur kepindahanmu ke London, tinggal lah di rumah teman Daddy, mereka adalah keluarga yang baik hatinya, kamu pasti akan nyaman tinggal di sana," kata sang Ayah. "Teman Dad? Siapa?" "Iya. Namanya Uncle Darren," jawab sang Ayah. "Maksud … Daddy? Daddy akan menjodohkanku dengan anak Uncle Darren?" "Iya." "Aku kan kerja di sini," kata Mikayla, dalam nada suaranya, dia menentang untuk tinggal di rumah teman sang Ayah. "Daddy sudah mengurus kepindahanmu, kamu bisa tinggal dan bekerja di sana, Daddy sudah menelfon Uncle Darren agar mengurus kepindahanmu di perusahaan Asuransi itu, ini permintaan Daddy, dan Daddy harap kamu bisa menuruti permintaan Dad ini," kata sang Ayah, seraya meneguk secangkir kopi hangatnya. "Tapi, Dad–" "Kamu ‘kan sudah berjanji untuk menuruti apa pun perkataan Daddy, Daddy tak pernah meminta apa pun, Sayang. Daddy hanya meminta ini untuk pertama kali dan terakhir kalinya. Menikahlah. Kau hanya akan tinggal di sana, namun pernikahan masih harus di atur," kata Tyson—Ayah Mikayla— "Aku tidak mungkin mengulang kesalahan yang sama, Mommy meninggal karena aku menolak untuk menikah bersama Huda, sampai Mommy terkena serangan jantung dan meninggalkanku serta Dad di dunia ini, aku tak mungkin menolak permintaan Daddy." Mikayla membatin sembari menunduk lemas. Kenapa semuanya harus terjadi kepada masa mudanya? "Kenapa kamu diam saja, Sayang? Jadi … kamu tidak setuju dengan permintaan Daddy?" tanya Tyson, seraya menundukkan kepala. "Siapa pria yang akan Dad jodohkan denganku? Apa aku bisa melihatnya? Daddy ‘kan tau jika aku punya standar yang tinggi untuk memilih calon suami." Mikayla dengan bangga, berharap dengan apa yang ia katakan sekarang, membuat sang Ayah menyerah untuk mencarikan jodoh untuknya. Selama ini, Mikayla "Karena itu Daddy menjodohkanmu dengan pria ini, dia seperti yang kau harapkan. Kamu tenang saja, Sayang. Dad sangat tahu apa yang kau sukai dan tidak kau sukai, jadi Dad sudah sangat yakin, kamu pasti menyukainya," seru sang Ayah. "Dad tidak sedang bercanda, ‘kan? Apa Dad rela jika aku pergi dari sini? Dan, tinggal di rumah orang asing? Apa Dad yakin, jika aku akan bahagia?” tanya Mikayla. “Tentu saja Dad yakin, Sayang, Dad tidak sedang mencandaimu, Dad serius, jika masalah kamu di London dan Dad di sini, kamu tenang saja. Dad akan sering berkunjung kapan pun,” kata Tyson, meyakinkan sang putri agar tidak meragukan kondisinya. “Kapan aku berangkat ke London? Dan … jika aku pergi, Daddy sama siapa di sini?" "Daddy ‘kan sudah bilang, Dad bisa mengunjungimu kapan pun, lagian Uncle Darren dan Aunty Nancye sangat baik, kamu pasti akan merasakan jika kau berada di rumah sendiri, dan kamu bisa berangkat minggu ini." "Secepat itu, Dad?" tanya Mikayla, ia begitu berat melepas rumahnya dan sang Ayah, lalu memilih tinggal bersama keluarga yang asing baginya. "Iya, Sayang. Kau harus bekerja, bukan?" “Dad, aku—“ “Jangan menolaknya, Sayang. Kamu kan sudah janji,” sambung sang Ayah, membuat Mikayla terdiam dan tak mengatakan apa pun lagi. Bagaimana kah rasanya tinggal dengan keluarga yang tidak Mikayla kenal? Apakah akan memberatkan atau malah menjadi beban? Jika bukan sang Ayah, Mikayla enggan meninggalkan kota lahirnya. “Dad sudah bilang, kamu akan nyaman di rumah barumu, mereka adalah keluarga yang baik, begitu baik kepada Dad dulu. Kamu jangan khawatir, Sayang. Dad tidak akan mengirimmu ke tempat yang tidak akan kau sukai,” kata sang Ayah, yang melihat kegundahan hati putrinya. ‘Apa aku bisa meninggalkan New York dan memulai hidup di London? Siapa pria yang Daddy maksud? Apa aku akan nyaman berada di sana? Apa aku tidak akan menjadi beban?’ batin Mikayla. **** London, 10.00 PM Darren dan sekeluarga pindah ke London karena bisnis yang sedang di rintis Darren sedang maju di negara ini. Bisnisnya pun sudah menguasai Inggris dan sudah menembus pasar. Justin adalah ahli waris satu-satunya, Darren memberikan seluruh asetnya, perusahaannya kepada Justin. . Beberapa hari berlalu. Setelah makan malam selesai, Darren, Nancye dan juga Justin duduk di ruang tamu sembari menikmati secangkir teh hangat dan cemilan penutup makan malam. Nancye memberikan kode kepada suaminya agar memulai berbincang tentang rencana mereka kepada Justin. Nancye mengalihkan pandangan ketika Justin menyadari kedua orangtuanya sedang bertukar pandangan. “Mom sama Dad, kenapa?” tanya Justin, membuat Nancye menggaruk tengkuknya. “Kami tidak kenapa-napa, Sayang,” jawab Nancye, seraya tersenyum. "Apa kau memiliki kekasih, Justin?" tanya Darren, membuat Justin yang tadinya tengah menatap sang Ibu, membuatnya menoleh menatap sang Ayah. "Tumben daddy menanyakan hal itu? Biasanya juga tidak pernah," kata Justin, memicingkan mata, melihat sang Ayah dan ibunya secara bergantian. "Kau hanya perlu menjawabnya, Justin. Apa salah jika Dad menanyakan tentang pribadimu? Kamu kan anak Daddy," kata Darren, seraya mencicipi cemilan yang sudah di siapkan maid. "Tidak, Dad. Aku tidak memikirkan tentang hal itu dulu, tentang pernikahan atau semacamnya masih jauh dari otakku. Saat ini dan seterusnya, pekerjaan yang utama bagiku,” jawab Justin, membuat Darren menoleh menatap istrinya. "Baguslah … jika kamu tidak punya kekasih," kata Darren. "Maksud Daddy?" tanya Justin. "Besok anak teman Daddy akan datang," jawab Darren. "Hubungannya dengan pertanyaan Daddy, apa? Sepertinya sesuatu yang penting," kata Justin, membuat Nancye menyikut lengan suaminya. "Karena yang akan datang besok dan mulai tinggal di mansion ini adalah calon istrimu, dia akan Dad dan Mom jodohkan dengan kamu," jawab Darren. "Daddy memilihkanku calon istri? Tumben." "Iya, kenapa? Kau tak setuju jika Dad jodohkan dengan anak teman Dad?" "Terserah Daddy saja jika sudah begitu," jawab Justin, seraya mengambil biskuit. "Kau setuju apa tidak? Jawab pertanyaan Daddy, itu mudah, ‘kan?" "Aku setuju, Dad. Tentu saja setuju." "Yang benar?" "Apa pernah permintaan Daddy tak ku kabulkan? Aku akan terus menyetujui permintaan Dad dan Mom, hal itu sudah menjadi baktiku kepada Mom dan Dad," kata Justin, terdengar bijaksana, membuat Darren dan Nancye saling mencuri pandang, melihat putra mereka sebijaksana sekarang ini. "Kau memang putraku, kau memang ahli warisku dan sifat kita juga sangatlah mirip," kata Darren seraya tersenyum senang. **** New York, 10.00 AM Mikayla sedang dalam perjalanan ke Bandara, Mikayla tak tau harus bahagia atau tidak dengan perjodohan ini, Mikayla memiliki pertimbangan sendiri tentang perjodohan yang di atur ayahnya. Kebahagiaan adalah hal yang paling penting dan mendasar dalam hidup manusia menurut Mikayla. Merasakan kebahagiaan seutuhnya adalah saat semua bisa hidup damai dengan apa yang di miliki. Begitu banyak orang yang hidup dalam gelimang kemewahan tetapi mereka tidak merasakan kebahagiaan di hatinya. Dan … sebaliknya banyak orang yang hidup kekurangan secara materi tetapi meraka sangat bahagia. Mengapa bisa begitu? Karena mereka ikhlas menerima keadaannya dengan selalu bersyukur dan memelihara CINTA dalam hati mereka. Mikayla merasa bisa saja tak berhasil dalam hubungan pernikahan tanpa landasan cinta. Meski sesorang miskin materi, cinta itulah yang akhirnya membuat kaya dari segala kemiskinan. Salah satu cara mewujudkan kebahagiaan dari cinta adalah dengan menikah. Seperti permintaan Tyson kepada Mikayla meski karena perjodohan. Bisa menikah dengan orang yang di cintai adalah dambaan setiap orang. Sebelum memutuskan untuk menikah hal pertama yang akan menjadi pertimbangan seseorang adalah “Apakah mencintai dia atau tidak?” Cinta menjadi sangat perlu bagi sebagian besar orang sebelum membina hubungan dalam rumah tangga. Karena jika ada cinta apa pun kesulitan yang akan mereka hadapi pasti dapat teratasi. Saya sering bertemu sahabat yang seumuran saya belum menikah. Ketika saya tanya “mengapa belum menikah, bukankah sudah punya pacar?” jawabannya “saya sudah putus karena saya tak mencintainya.” Hal itu yang akan di katakan kepada orang yang tidak saling mencintai dan memaksakan hubungan. Mungkin keputusan mereka tepat memilih tidak menikah dengan orang yang tidak mereka cintai. Di pikiran mereka, tidak akan dapat hidup bahagia dengan orang yang sama sekali tidak dicintainya. Menikah tanpa cinta sama saja menyiksa diri. Karena kita akan berkorban perasaan, berpura-pura cinta yang pada akhirnya menderita. Mikayla terdiam dan menundukkan kepala, ia ragu melanjutkan langkah kakinya menuju area penjemputan. Tidak hanya itu, ada banyak konsekuensi yang akan di hadapi saat memilih menikah tanpa cinta. Di antaranya adalah, rumah tangga yang dijalani tanpa cinta akan terasa hambar, ibarat sayur tanpa garam. Peran masing-masing individu dalam rumah tangga mungkin akan menjadi beban dan akhirnya itu akan menyiksa. Pertengkaran antara suami dan istri akan mudah terjadi jika tak saling mencintai. Karena menikah adalah menyatukan dua individu yang berbeda. Banyak hal yang akan terjadi dan dihadapi dari sudut pandang yang berbeda. Hal kecil bisa memicu timbulnya percekcokan, akhirnya saling menyalahkan dan bertengkar. Namun ternyata tidak semua orang menilai pernikahan yang diawali tanpa cinta itu akan menderita. Sebagian memilih tetap menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Tentu saja ini terjadi dengan berbagai alasan. Karena dijodohkan, karena faktor pendidikan atau ekonomi yang menjadi standar acuan bagi orang itu untuk mencari jodoh. Atau karena faktor usia, hingga keputusan untuk menikah dengan siapa saja diterima. Termasuk dengan orang yang tak dicintai sekali pun. Dalam pandangan mereka, cinta itu akan datang bersama waktu. Intensitas pertemuan, interaksi terus menerus mereka percaya mampu menumbuhkan benih-benih cinta. Ini bukanlah pandangan yang salah. Karena cinta bisa datang kapan saja, dan dimana saja. Mereka membuktikan bisa bahagia menikah dengan orang yang tak dicintai. Lalu apa rahasianya? Mereka menerima pasangannya dengan ikhlas, bahwa dialah jodoh terbaik yang dipilihkan Tuhan untuk menjadi teman hidupnya. Dia menumbuhkan kasih sayang di hatinya untuk pasangannya. Cinta yang di awali oleh rasa kasihan ini, mungkin berbeda dengan cinta yang datang dengan tiba-tiba. Tetapi dia selalu berusaha setiap saat memupuk dan memelihara rasa cinta itu sehingga pada akhirnya diapun merasakan kebahagiaan dalam rumah tangganya. Ini berarti bahwa anggapan menikah tanpa dilandasi cinta akan menderita tidaklah sepenuhnya benar. Karena terbukti banyak yang berhasil dan bahagia membangun mahligai rumah tangga. Dan … sebaliknya toh juga banyak pasangan yang menikah dengan cinta di awalnya namun ternyata akhirnya berpisah. Cinta memang aneh, karenanya orang bisa merasakan berbagai perasaan. Cinta memberikan rasa aman. Cinta membuat segalanya menjadi indah. Cinta memberi warna dalam hidup. Cinta adalah anugerah dari yang Maha Kuasa Jika hari ini anda telah menikah, terpenting adalah bagaimana merawat agar cinta tehadap pasangan anda terus bertambah. Pelihara dan tumbuhkanlah cinta itu dan sertailah dengan kasih sayang. Saat bisa saling mencintai setiap saat. Kala itulah kebahagiaan akan menjadi milik anda. Anda lah orang paling kaya di dunia ini. Apalagi jika Tuhan memberkahi cinta dan kasih sayang dengan pasangan. Kebahagiaan yang akan anda dapatkan tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat nanti. Sampailah Mikayla di Bandara Internasional John F. Kennedy, Mikayla memilih untuk terbang sendiri ke London dan menikmati waktu perjalanan sekitar 6 jam 30m sebelum sampai, Mikayla menyerahkan paspornya dan mengurus segala sesuatunya sendiri. Mikayla harus bersikap sebaik mungkin kepada keluarga barunya demi sang Ayah. "Mikayla?" sapa seseorang dengan menunjuknya. "Harry?" "Iya. Ini aku. Where are you going?" tanya Harry, Harry adalah mantan kekasih Mikayla. Pria yang pernah menyakitinya. "Aku akan ke London." "London? Aku juga akan ke London, namun sebelum itu aku harus ke Perancis." "Oh." Mikayla tak bersemangat menjawabnya, bertemu dengan Harry membuat pikirannya kembali ke masa di mana Harry mengkhianatinya. Mikayla seorang wanita yang rajin dan sukses dalam karirnya, namun persoalan cinta ia tidak pernah sukses, Harry adalah pria yang pertama yang telah menyakitinya. Mikayla sebenarnya tak suka bertemu dengan Harry, pria yang pernah di cintainya, pria yang meninggalkannya demi mengejar impiannya dan kembali seakan tidak memiliki salah. "Tujuan ke London untuk apa?" "Liburan," jawab Mikayla. "Kau liburan sendirian?" "Dengan calon suamiku," jawab Mikayla. "Sepertinya kau masih marah padaku.” Harry duduk di samping Mikayla. "Tidak sama sekali. Untuk apa aku marah? Tidak ada untung juga, ‘kan?" "Baiklah. Semoga kita bisa ketemu di London ya, Mik," kata Harry seraya melangkah meninggalkan Mikayla yang masih terdiam. "Aku berharap tak pernah bertemu denganmu lagi," kata Mikayla. Mikayla menatap Harry yang sedang memunggunginya pergi, pria yang pernah ia cintai, pria yang pernah memberikannya kebahagiaan.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pernikahan Sementara

read
334.4K
bc

Kidnap Me Softly (Bahasa Indonesia)

read
208.9K
bc

You Hurt Me (Bahasa Indonesia)

read
473.7K
bc

DRIVING ME MAD (INDONESIA)

read
1.3M
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
223.7K
bc

DAVEVA: Damn! I'm Pregnant (Bahasa Indonesia)

read
541.7K
bc

Sweetest Pain || Indonesia

read
75.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook