"Tuan selanjutnya mau pergi kemana?" Tanya Mr Jack ragu, dengan badan sedikit menunduk, dan hanya dibalas dengan wajah dinginnya.
Arga, berjalan berdiri beriringan dengan pandangan berlawanan Arah.
"Pergi ke sebuah restoran! Sekalian aku mau melihat restoran yang sudah lama aku beli, apa ada kemajuan atau tidak."
"Dan, sekalian aku ada janji dengan Client. Dan berkas yang aku minta kemarin jangan lupa kamu ambilkan, aku tunggu di mobil!" Arga segera beranjak pergi, lama di tempat rapat membuat kepalanya terasa disiram air panas, lama-lama emosinya semakin meledak-ledak gara-gara para pegawainya yang gak becus dalam bekerja. membuatnya tambah emosi, semua tidak ada yang bisa seperti yang diinginkan.
Mr jack hanya diam. Daripada membantah ucapan bosnya. akan semakin membuat dia marah. Apalagi saat Arga marah sudah seperti harimau ingin menerkam mangsanya. Mr Jack menghela nafas nya. Dia tertunduk. mengambil ancang-ancang untuk melangkah ke belakang.
"Bentar!"
Suara berat itu menghentikan langkahnya lagi. Mr Jack menelan ludah nya sangat dalam. Jantungnya seketika berdegup kencang. Bukan karena sedang jatuh cinta. Tapi takut jika tuanya itu akan ikut dimarahi akibat ulah para pegawainya tadi. Lagian, dia juga pegawainya. Yang mengurus semuanya.
"I-iya. Tuan!" ucap terbata-bata Mr Jack.
"Kenapa kamu gugup?" tanya Arga. Menggerakkan kepalanya pelan, menatap ke arah Mr Jack. Yang saat ini berdiri di sampingnya sedikit menjauh.
"Maaf, tuan!" jawabnya semakin gugup.
Harga tersenyum tipis. Berjalan menepuk pundak Mr Jack. Dan berbisik pelan tepat di telinga kanannya. "Tenang saja, aku tidak akan memecatmu."
"Kamu rekap semua laporan tadi. Dan kerjakan dengan baik." lanjutnya.
Arga menarik kembali tangan di bahu Mr Jack. Laki-laki itu bukanya senang. Kedua matanya melebar seketika. Lau mengedipkan matanya cepat. Dia mulai memberanikan diri mengangkat kepala menatap Arga.
"Sa--saya, tuan?" tanya Mr Jack memastikan.
"Bukan, tukang kebun rumah kita." geram Arga. Menghela nafasnya kasar. Mr Jack seketika tertunduk kesekian kalinya. Kedua tangannya saling menggenggam. Tepat di depan kedua pahanya.
"Maaf, tuan!"
"Jika kamu berani membantahnya. Mungkin nasib kamu bisa sama dengan mereka." tajam Arga. Mulai melangkahkan kakinya pergi. Tanpa banyak bicara lagi pada Mr Jack. Dia berjalan dengan santainya, memasukan kedua tangannya ke dalam kantong celana. Kaki jenjangnya, dibalut dengan celana dan jas abu-abu yang pas dengan tubuhnya. Tubuh tegap dan atletis membuat semua wanita yang melihatnya tergoda. Tetapi, sayang. Arga sama sekali tidak tertarik dengan wanita. Entah kenapa bagi dia wanita itu sama saja. Dan tidak ada sama sekali wanita yang bisa menaklukkan hatinya.
Harga menghentikan langkahnya. "Jack!" panggil Arga. Tanpa menggerakkan kepalanya sama sekali.
"Iya, tuan!" jawab Me Jack.
"Aku tunggu kamu di lobi." ucap Arga.
"Baik, tuan!" Sebelum mendengarkan jawaban dari Mr Jack Arga sudah berjalan meninggalkannya. Mr Jack memberanikan diri mengangkat kepalanya lagi. Dia ketika menarik nafasnya lega. Saat melihat Arga sudah berjalan menjauh.
Mr Jack. segera pergi ke ruangan Arga, mengambil berkasanya. Selesai ambil berkas dia berlari kecil mengikuti Arga yang masih berjalan di lobby hotel.
----
Lama menunggu Me Jack. Arga merasa kesal. Dan pergi lebih dulu ke mobil yang sudah menunggunya tepat di depan kantornya. Dengan pintu yang sudah di bukan oleh penjaga kantor.
Dengan langkah cepat, Mr Jack segera pergi mengikuti langkah kaki Arga, yang langsung masuk dalam mobil yang sudah disiapkan Manajer Kim di depan kantornya. "Ini tuan berkasnya." Mr Jack menunduk, dia mengangkat kedua tangannya. Dengan tubuh tuanya itu terlihat gemetar takut. Saat mengulurkan sebuah berkas untuk kerja sama dengan Client serta kenangan restaurant akhir-akhir ini sudah Mr Jack siapkan dalam sebuah dokumen, yang sekarang berada di tangan Arga.
Arga segera mengambil berkas itu. Wajah dinginya membuka halaman depan, merasa sudah benar itu berkas yang dia inginkan. Ia mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Tanpa membuka sedikit saja bibirnya. Dia terus mengamati tulisan di dokumennya. Lalu menutupnya kembali.
"Baik, makasih! Dan aku mau sekarang kamu handle semua yang ada di kantor" ucap Arga serius.
"Baik tuan" jawab Mr Jack tanpa ragu. Dia menunduk dan melangkahkan kakinya mundur ke belakang dua langkah. Dan Arga sudah masuk ke dalam mobilnya. Belum sempat mengangkat kepalanya.
Mobil Arga melaju keluar dari kantornya menuju sebuah restaurant yang kini sudah menjadi miliknya.
****
Seorang gadis cantik berambut hitam, terlihat tergesa-gesa, berjalan menyalip beberapa orang yang di rasa telah menghalangi jalannya.
Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, jarum jam sudah menunjukan pukul delapan pagi. Hahh.. telat lagi!! helaan nafas berat keluar dari mulutnya. Melihat restoran tempat ia bekerja sudah di depan matanya, gadis itu segera berlari maraton, dan berhenti tepat di depan pintu restoran. Dia memegang pintu, menyangga tubuhnya, sembari mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan.
Gadis itu berdiri tegak sebentar, terdiam menarik nafasnya, menahannya, mengeluarkan secara perlahan. Dengan mata terpejam sejenak. Ia mencoba mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan. Merasa sudah tenang, ia berjalan mengendap-endap, menutupi wajahnya dengan tas yang ia bawa. Ia tidak mau bosnya yang cerewet itu tahu kalau dia telat lagi.
"RAISYA!" teriak manajer restoran menggema, membuat semua pegawai menutup telinganya sangat rapat.
Belum sampai di sebuah kasir di mana ia bekerja. Mendengar suara mak lampir itu membuat langkahnya terhenti.
"Apes deh, gue!!" Raisya memejamkan matanya sebentar, menarik nafasnya dalam-dalam, berdiri tegak, lalu mengalihkan tas yang menutupi wajahnya. Ia mengeluarkan senyum semanis mungkin.
Boss Raisya berdiri tegak di depannya. Kedua matanya mulai memancarkan percikan api kemarahan.
"Jangan senyum-senyum, aku tidak tertarik! Sudah cepat kemari" Sebenarnya boss nya tertarik dengan wajah cantik Raisya, tapi ia harus tetap konsisten, dan tidak pilih-pilih dengan para pegawainya.
Raisya mengerutkan bibirnya. Sembari mencibir pelan. "Dasar! Kalau tidak tertarik denganku kenapa juga malam-malam telpon aku!"
"RAISYA.… APA YANG KAMU KATAKAN?" Suara keras bosnya membuat wanita itu menutup kedua telinganya. Dia mencoba menarik napasnya dalam-dalam. Teriakan laki-laki itu hampir saja membuat jantungnya copot.
"Sepertinya aku harus periksa ke tht sesering mungkin!"
Raisya berdecak sebal di pagi hari yang cerah ini, ia bagaikan disambar petir, mendengar teriakan keras boss nya berkali-kali. lama-lama aku harus periksa ke THT!!
Raysa berjalan pelan, menundukkan kepalanya, dengan bibir tipis, beroleskan lipstik pink alami itu, terlihat agak manyun. Dia tahu jika dia salah sudah telat satu jam, dan kali ini pasti akan dapat hukuman untuk yang kesekian kalinya. Tapi masih mending dapat hukuman yang tidak seberapa, daripada ia harus di pecat dari pekerjaannya. Pekerjaan itu masih menguntungkan baginya.
"Angkat kepalamu!" Bentak manajer Gian, manajer muda yang cerewetnya minta ampun, lebih cerewet dari seorang wanita.
Raisya terdiam, mengerutkan keningnya dengan mata memejam rapat-rapat. Ia menggigit bibir bawahnya dengan terus berdoa dalam hati.
Oh.. Tuhan semoga kali ini aku terselamatkan dari hukuman boss lampir ini!
melihat mimik bibir seksi Raysa, Laki-laki muda di depannya itu menyipitkan matanya dengan kening mengkerut. Belum sempat melontarkan kata-kata. Dia sudah mulai membuka mulutnya.
"Manajer Gian! Ada telepon dari Mr Jack jika tuan Arga akan datang" ucap Silvia berlari menghampiri Manajer Gian.
Manajer Gian terkejut, membuka matanya lebar-lebar seakan bola matanya sudah mau loncat dari matanya "Apa boss mau ke sini! Kita harus bergerak cepat bersihkan semuanya" ucap panik Mr Gian.
Mendengar hal itu, Raysa menghembuskan napas lega. "Ahhh.. Akhirnya aku bebas juga!" kata Raysa lirih. Seketika Manajer Bagian yang mendengarnya memicingkan matanya, menoleh ke belakang.
"Siapa suruh kamu bebas!! Kamu bersihkan toilet sekarang, baik toilet laki-laki atau perempuan. Dan ingat jangan ada debu, atau noda lain sedikitpun, di lantai atau dinding toilet" perintah Manajer Gian dengan nada semakin meninggi, lalu membalikkan badanya melangkah pergi.
Raysa hanya diam, dengan tatapan menyepelekan tugasnya. Lagian kalau hanya bersih-bersih pekerjaannya sehari-hari setiap telat.
"huhh.. Dasar manajer nyebelin" umpat
Raysa, dengan bibir maju beberapa senti. Melepaskan tasnya kasar. Dengan tangan ke depan, akan mau melempari kepala manajernya itu dengan tas miliknya.
Manajer Gian menggerakkan kepalanya pelan, menoleh ke belakang menatap Raysa. Dengan kobaran api mulai membakar sekujur tubuhnya. Melihat hal Itu, sesegera mungkin Raysa memalingkan wajahnya.
"Apa katamu? Hukuman kamu di tambah lagi, kamu nanti harus lembur tiga jam"
"What?" mulut Raisya setengah terbuka, ia melebarkan kelopak matanya, membuat pupil matanya semakin membesar. Percikan api kekesalan mengobar di matanya.
Gimana bisa ia harus lembur, padahal ia sudah ada janji mau pergi dengan seseorang!!
"Kalau kamu membantah aku akan tambah lagi hukuman kamu" ancam Manajer Gian serius.
Silvia mengedipkan mata pada Raysa, sebagai isyarat agar dia tidak membantah manajer Gian lagi.
"Pergi!!" ucap Silvia dengan mimik bibir, tanpa mengeluarkan suara.
Raisya menghembuskan napas kesalnya, ia menggaruk-garuk belakang kepalanya, yang sama sekali tidak gatal. Hembusan nafas berat keluar dari sela mulutnya.
"Semuanya berkumpul!!" Teriakan keras manajer Gian menggema seluruh restaurant . Membuat semua pegawai restoran berkumpul. Dan berbaring, dengan kepala menunduk. Dan tidak dengan Raysa gadis yang satu ini benar-benar berbeda. Dia malah mengupil, dengan santainya, dan kaki kanan bergerak-gerak.
Kelakuannya membuat manajer Gian hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam menahan emosinya yang semakin memuncak. Ia mencoba untuk sabar kalau bukan karena kecantikan dia yang membuat banyak pelanggan yang datang memesan dan berlama-lama di restoran, agar bisa melihat Raysa. Karena gadis itu pendapatan restaurant terus melonjak naik. Jika dia tidak berguna pasti sudah aku pecat dari dulu!!.
"Kalian semua bersihkan dapur, bagian kasir, dan meja, dan sebagian bersihkan semua ruangan yang ada di sini. Kecuali kamar mandi biar Raiysa yang membersihkannya."
Raisya yang mendengarnya, memegang tangannya di belakang punggung, dengan kaki yang tak berhenti bergerak, dengan wajah malasnya ia mendengarkan apa yang dikatakan manajer Gian.
Semua segera pergi melakukan tugasnya masing-masing sebelum pemilik restoran ini datang. Jika ada yang kotor maka habislah kita semuanya.
"RAIYSA!!" teriak manajer Gian yang semakin mengobarkan api kemarahan, ia memegang dadanya mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan, melihat kelakuan Raisa. Pegawai yang paling bandel, dan berani di antara yang lainnya, dia yang diandalkan di restaurant itu membuatnya jadi sewenang-wenang dengan manajer Gian. Dan sering membantah perintahnya. Karena memang dia yang sudah senior diantara yang lainnya. Dia sudah 4 tahun bekerja di restaurant itu sejak dia masih sekolah SMA, dan dia sengaja mengambil jam malam, dan disetujui begitu saja dengan Mr Jack.
"Apa?" jawab Raysa dengan wajah menantang dan senyum tipis sinisnya.
"CEPAT BERSIHKAN TOILET SEKARANG!!!"
Raisya, memutar matanya malas, dan menutup kedua telinganya dengan handset yang memang sengaja ia bawa dari apartemen miliknya. Meski dia bekerja part time di mana-mana tetapi dia sebenarnya tinggal di apartemen mewah, dan tidak ada yang tahu kecuali Silvia temannya.
gadis itu berjalan dengan gaya santai menikmati alunan musik yang ia dengarkan. Dengan mimik bibir menirukan setiap lagu.
"Menghadapi pegawai seperti dia, lama-lama aku bisa mati muda" Manajer Gian hanya bisa menggelengkan kepalanya, kapan dia berubah. Dan jauh lebih taat aturan!! Gadis aneh, dan sopan santunya nol besar. Mungkin dia sering bolos sekolah, hingga tidak diajari sopan santun yang benar.
~~