Malam pertama antara Dika dan Nuri sama sekali tidak terjadi. Dimana Dika memilih untuk berbincang dengan Nuri istrinya hingga tertidur. Kebiasaan Nuri yang banyak bercerita dengan kekasih 7 tahunnya itu. Membuat Nuri menyesali dirinya yang tidak bisa menghentikan kebiasaannya yang selalu nyaman jika berbincang dengan Dika. Dia bahkan memeluk suaminya itu dengan lembut dan nyaman, kerinduannya selama ini terbayar setelah pernikahan mereka terjadi.
"Padahal kau sudah menantikannya selama ini, tapi aku malah mengajakmu berbicara saat adikmu berdirikan?" ucap Nuri tersenyum akan tingkahnya dan tertidur di pelukan suaminya.
Andika membuka kedua matanya, dia berpura-pura tidur untuk menghindari malam pertama dari istrinya, Nuri yang saat ini tertidur di pelukannya.
*"Maaf Sayang, tapi adikku kelelahan. Setelah bekerja berkali-kali saat pulang tadi. Lain kali aku puaskan kamu ya," batin Dika mencium kening Nuri dengan lembut.*
Sekilas Dika terbayang akan wajah gadis yang memuaskannya hari ini, bahkan desahan halus gadis itu masih terdengar sangat menggairahkan bagi Dika. Dia tidak menyangka jika hal pertama yang di lakukan dan melepas keperjakaamnya adalah kepada seorang gadis yang sama sekali tidak dia kenal.
Namun Dika berterima kasih kepada gadis itu yang sudah menolongnya, dia berjanji akan memberikan segala fasilitas untuk gadis itu. Namun dia juga tidak akan mentolerir orang yang sudah menjebaknya, hingga dia harus melakukan hal seperti itu kepada seorang gadis yang tidak bersalah. Sepanjang malam Dika memikirkan gadis itu, dia bahkan tidak tidur dengan nyenyak di malam pengantinnya.
Di sebuah kamar seorang wanita mengenakan dress warna putih yang cantik dia terbangun dan terkejut saat dia menyadari keberadaannya.
"Dimanakah ini? Dan juga apa yang terjadi apakah ini tempat tinggalku?" gumam Raisa.
Dia mencoba untuk mengingat-ingat apa yang terjadi kepada dirinya namun sama sekali tidak ada bayangan selalu dapat dia ingat melainkan wajah seorang pria yang dalam kenikmatannya berada diatas tubuhnya membuat Raisa terkejut dan melihat sekujur tubuhnya yang penuh dengan bercak merah membuatnya tidak percaya akan apa yang dia lihat.
"Hewan seperti apa yang bisa melakukan hal seperti ini?!" gerutu Raisa.
Seluruh tubuhnya bahkan mati rasa dan kaku, membuatnya mematung dan hanya melihat para pelayan memasuki kamar dengan cekatan dan merapihkan tempat tidur, mereka berdiri berjejeran di hadapan Raisa.
"Selamat pagi Nona!" sapa para pelayan itu.
Raisa mengangkat sebelah alisnya melihat mereka. Dia berusaha keras mengingat semuanya, namun tidak berhasil. Yang hanya dia ingat hanyalah wajah seorang pria yang tengah menyerubuhinya.
"Tampan sih, tapi siapa dia dan ini ...."
Raisa terdiam dan memperhatikan kamar yang luas dengan nuansa putih keemasan dan melihat sebagian pelayan yang keluar dari kamar mandi dan menghampirinya.
"Air mandinya sudah siap Nona!" seru pelayan menghampiri Raisa.
Raisa tertegun, tubuhnya yang kaku sama sekali tidak dapat mendukungnya untuk bergerak. Namun dia tidak menyangka jika para pelayan itu dengan sikapnya menarik dirinya perlahan akan mereka menyadari jika nyonyanya itu tengah dalam kelelahan.
Raisa hanya menurut, dia berjalan perlahan menghampiri kamar mandi diiringi oleh kedua pelayan dan juga pelayan lainnya membukakan pintu dengan wajah-wajah yang sangat ramah. Mereka kini membiarkan Raisa untuk berendam di dalam bak mandi.
Bukan hanya itu saja mereka bahkan membantu Raisa membersihkan tubuhnya, hingga membuat gadis itu merasa malu dan canggung mendapati para pelayan itu terlihat sangat telaten dan teliti membersihkan tubuhnya. Dengan sangat hati-hati salah satu pelayanan juga memijat sekujur tubuhnya dengan lembut.
Hampir semua pelayan yang ada di dalam kamarnya adalah wanita ada sekitar 5 orang dan mereka tampak sama melayani Raisa. Salah satu pelayan yang sedang membersihkan kamar ditemani oleh pelayan satunya lagi mereka tampak bersemangat melakukan pekerjaannya.
"Setelah sekian lama, aku bekerja di kediaman ini bahkan sama sekali tidak ada seorang wanita yang datang ke sini. Apalagi kita memiliki tuan, sepertinya kali ini tuan rumah kita adalah ini dimana tuhan sendirilah yang membawanya bahkan tidur di kamar utama," ucap salah satu pelayan.
"Bersyukurlah, kita kali ini memiliki pekerjaan yang sebenarnya. Benar-benar sudah sangat lama sekali semenjak aku bekerja di sini sama sekali tidak ada majikan yang dapat melihat kinerja aku," balas salah satu pelayan itu.
Temannya mengangguk dengan bahagia dan bersemangat mereka benar-benar kali ini menjadi seorang pelayan dan pekerja, apalagi selama ini meski tidak ada tuan rumah yang mereka layani namun pekerjaan mereka tidak pernah berhenti bahkan upah yang mereka dapatkan sesuai dalam perjanjian.
Maka dari itu mereka saat mereka mendapatkan tugas untuk melayani wanita yang dibawa oleh Tuan Muda Dika Pratama. Mereka tampak senang dan bersemangat, tugas kali ini benar-benar menguji kemampuan mereka di mana pertama kalinya mereka melayani seseorang terutama seorang wanita. Namun mereka tampak bahagia ketika mendapati orang itu tentunya akan menjadi orang yang sangat penting bagi tuan rumah mereka.
"Apa yang sedang kalian lakukan? Sepertinya aku juga mampu untuk membersihkannya sendiri." Raisa berbicara dengan sangat lembut mengingat tenaganya terkuras habis.
"Kami hanya sedang melakukan pekerjaan kami Nona, apakah Anda sudah merasa nyaman?" angguk pelayan yang tengah mengusap tangan Raisa dengan sangat lembut dan sedikit pijatan di sana.
Raisa mengangkat sebelah alisnya, dia tidak mengerti dan belum memahami apa yang saat ini tengah terjadi dan dikatakan oleh pelayan itu. Setelah membersihkan tubuhnya Raisa kini mulai membaik dan dia bahkan mampu berjalan kembali.
Tenaganya mulai pulih setelah pijatan di dalam bak mandi dilakukan oleh para pelayan itu. Berjalan setelah dia mengenakan jubah mandinya diikuti oleh pelayan, Raisa mengangkat sebelah alisnya ketika melihat para pelayan itu sudah menyediakan pakaian untuknya.
"Apakah kami bisa membantu anda Nona?" tanya pelayan yang ada di hadapannya itu tengah berbicara dengan lembut.
"Kali ini, biarkan aku mengenakannya sendiri. Sebaiknya kalian lakukanlah pekerjaan kalian!" angguk Raisa, dia mengambil pakaiannya setelah para pelayan itu tersenyum dengan ramah dan menuruti apapun yang di ucapkan oleh Raisa.
Raisa mengenakan pakaiannya, gaun berwarna peach selutut membuatnya terasa asing, namun dia tetap menggunakannya dan berjalan keluar hingga dia duduk di kursi meja rias dan para pelayan itu membantu mengeringkan rambut Raisa dan merapikannya.
"Apakah kalian tahu siapa aku?" tanya Raisa.
"Kami belum mengetahui nama Anda Nona, tapi kami tahu bahwa anda sangat penting bagi Tuan," jelas pelayan yang sedang mengeringkan rambutnya.
"Tuan? Tuan yang manakah yang kalian maksud? Aku ...."
"Tuan Andhika Pratama, semalam membawa Anda. Bahkan memerintahkan kami untuk melayani Anda dengan baik," jelas pelayan itu tidak luput dari senyumannya.
"Dia meminta kalian seperti itu kepadaku?" Raisa semakin tidak memahami apa yang terjadi.
"Apakah Nona ingin makan sesuatu?" tanya pelayan itu.
"Ya, sepertinya tenagaku terkuras habis," angguk Raisa. Di balas anggukan dan senyuman mereka, tuan muda yang selama ini tidak pernah membawa wanita meski kekasihnyapun, kini membawa Raisa dan menguras tenaga dengan sangat baik.
Sebelum mereka kembali, para pelayan itu memperkenalkan diri mereka masing-masing Nina, Ema, Ari, Dera, dan Umi. Mereka memperkenalkan diri kepada Raisa dan untuk kedepannya merekalah yang akan melayaninya.