Sejak sore hari, Nuri kini sudah menunggu Dika kembali dari kantornya. Dia sudah tampil cantik dengan gaun transparan yang sudah dia sediakan sedari tadi, hingga malam tiba ruangan yang bernuansa elegan dan romantis bertabur mawar merah diatas tempat tidurnya yang kini menghiasi kamar indah milik Nuri dan Dika. Taburan bunga mawar di mana-mana memperindah suasana juga dengan beberapa lilin menyala menjadi penerang ruangan itu.
Awalnya, Nuri merasa bersemangat sehingga dia duduk di kursi meja makan menatap dengan senyum bersemangat, berharap suaminya segera datang dan melihat apa yang sudah dia siapkan hari ini. Suatu hal yang menjadi kebanggaan bagi Nuri dapat memberi kepuasan sepenuhnya untuk suaminya kali ini. Namun setelah menunggu dengan waktu yang cukup lama rasa lelah dan kantuk mulai menyerangnya kali ini hingga tanpa dia sadari Nuri tertidur bersandar di meja makan berhiasan lilin yang masih menyala disana.
Dia juga bahkan melupakan hal yang seharusnya dia lakukan ketika menelpon Dika tentang rencana mereka malam ini, dia tahu jika suaminya itu akan selalu tepat waktu jika dia sudah berjanji untuk datang dan bertemu seperti biasanya pria itu tidak pernah melupakan janjinya setiap kali bersama dengan nuri.
Namun sama sekali tidak pernah dia duga jika hal itu kali ini dilupakan oleh Dika hingga saat itu juga dia sedang berada di sebuah ruangan VIP menikmati makan bersama dengan beberapa koleganya. Dika tidak pernah bisa menolak ajakan mereka apalagi dari teman-temannya sendiri. Namun dia benar-benar melupakan janjinya bersama dengan Nuri kali ini.
"Aku dengar kau sudah menikah. Tapi tetap saja seperti tuan muda yang sama sekali tidak memiliki seorang wanita menunggumu di rumah sana."
Ucapan salah satu temannya menyadarkan Dika membuat dia tertegun dan bangun dari duduknya sial berdiri dan pergi meninggalkan ruangan di mana mereka bersama minum dan makan bahkan bersenang-senang. Tanpa berpikir panjang lagi jika pergi meninggalkan acara dan keluar dari ruangan itu.
"Ada apa dengannya? Jangan bilang jika dia melupakan sesuatu yang bahkan berhubungan dengan seorang wanita. Apalagi istrinya," tanya salah satu temannya yang bersandar bersama dengan wanita yang menemaninya minum bersandar di sofa.
"Sepertinya dugaanmu sangat tepat, tidak ada hal yang bisa membuatnya tampak khawatir seperti itu jika bukan karena seorang wanita. Bukankah beberapa hari lalu dia sudah resmi menikah dengan kekasihnya itu," ucap salah satu pria mengingat apa yang terjadi kepada Dika.
"Sepertinya sesuatu akan terjadi jika kita terus-terusan seperti ini, membuatnya lupa akan janjinya."
Rasa khawatir salah satu temannya kini membuat semuanya mengangguk membenarkan apa yang dia ucapkan.
Sepanjang perjalanan Dika merutuki dirinya yang untuk pertama kalinya dia melupakan janji dirinya kepada Nuri selama ini dia tidak pernah melupakan apapun tentang hal kekasihnya itu. Tapi setelah pernikahan terjadi bahkan gadis itu berada tepat di hadapannya ada sesuatu hal yang membuat Dika merasa sama sekali tidak menemukan sesuatu rasa yang ada karena dia rasakan dulu.
Dia merasa gadis itu masuk ke dalam kehidupannya namun setelah malam itu, dulu Dika menginginkan Nuri malah dia menolaknya bahkan meminta jika untuk menjadi sosok yang dapat di banggakan oleh keluarganya dan menikah di waktu yang ditentukan oleh keluarga Nuri dibutakan oleh cinta dan di sakiti di saat itu juga membuat Dika sama sekali tidak merasakan apa itu lagi. Cinta selama 3 tahun tanpa berkomunikasi dengan Nuri apalagi bertemu.
Sebenarnya sesuatu hal yang sangat mudah bagi Dika hanya untuk mendapatkan kesenangan semata saja, namun mendapatkan jawaban dari Nuri yang sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Dika dan juga tekanan dari keluarganya membuat Dika sama sekali tidak merasakan adanya cinta dari gadis itu dan perjanjian antara keluarganya dan keluarga Anderson benar-benar seperti sebuah Perjodohan
Meski ada jalinan cinta antara Nuri dan Dika yang sudah berlangsung selama 7 tahun. Keluar dari mobilnya setelah sampai di rumah Dika bergegas berjalan masuk ke dalam rumah setelah beberapa pelayan membukakan pintu menyambut kedatangannya dan berharap Tuan mudanya itu dapat bergegas pergi naik ke lantai atas menemui nonamuda mereka. Namun seketika Dika merasa perutnya lapar dan ingin memakan sesuatu hingga dia diarahkan oleh berapa pelayan untuk naik ke kamar masuk dan menikmati makanan yang ada di meja makan.
Ketika Dika masuk kedalam kamarnya wajah datarnya berjalan perlahan melihat nuansa kamar yang begitu romantis dan gelap menyalakan lampu kamar dia melihat Nutu yang tertidur di kursi dengan sangat lelap.
"Gadis ini benar-benar membuatku sampai khawatir seperti ini," ucap Dika bergegas dia menggendong Nuri yang terlelap tidur dan membaringkannya di atas tempat tidur.
Sempat melihat tubuh transparan istrinya itu namun sama sekali tidak ada hal yang membuatnya begitu tertarik, setelah mengingat dia dulu begitu ingin sekali menyentuh tubuh istrinya itu. Namun kali ini meski berulang kali dia mencoba untuk menatapnya namun dia malah fokus kepada perutnya yang begitu lapar sehingga diyakini memakan makanan yang ada di meja yang ber nyalakan lilin yang sempat dia padamkan api nya.
Makan di malam yang berbintang melihat ke langit gelap di balkon kamarnya, Dika menghabiskan makanan yang ada di hadapannya sembari memikirkan tentang apa yang saat ini telah terjadi kepada dirinya.
Sesekali Dika melihat kearah istrinya yang sudah tertidur pulas tersenyum tipis dia tahu jika Nuri akan menyiapkan semuanya seorang diri, persis seperti apa yang dia lakukan tahun kedua mereka berpacaran mengingat hal itu membuat Dika semakin mencintai Nuri hingga dia merutuki dirinya tidak memahami apa yang telah dia lakukan nya kepada gadis itu. Bahkan menyentuhnya pun dia sama sekali tidak melakukannya.
Membersihkan tubuhnya Dika berbaring di samping istrinya tertidur hingga memeluknya dengan sangat erat. Pelukan yang hangat dia lakukan membuat Nuri tertidur dengan sangat nyaman, begitupun dengan dirinya.
"Entah apa yang terjadi kepadaku, sampai-sampai aku merasakan ini bukanlah Dmdiriku," batin Dika tertidur setelah dia menutup tubuh Nuri dan dirinya dengan selimut yang lembut menghangatkan mereka.
Matahari masuk ke dalam kamarnya membangunkan Nuri yang terkena sorotan matahari yang masuk dari celah jendela. Simpul senyum Nuru terlihat saat dia mendapati Dika memeluknya tertidur di hadapannya. Mencoba untuk melepas pelukan Dika, Nuri perlahan turun dari ranjang tidurnya melihat kamar yang berantakan. Meski dia menyesali malah tertidur, tapi dia bahagia ketika melihat Dika memeluknya dengan sangat erat.
"lain kali aku tidak akan kwtiduran lagi," ucap Nuri tersenyum berjalan menghampiri kamar mandi.
Nuri memang tidak pernah memungkiri dirinya yang akan tertidur jika sudah masuk rutinitas waktu tidurnya. Jam 8 malam, dia akan terlelap begitu saja tanpa pemberitahuan pada dirinya.
Tidak ada hal yang dapat membuatnya terbangun meski sentuhan sekalipun. Nuri sudah terbiasa dengan hal itu, termasuk Dika yang tidak pernah mempermasalahkan tentang kebiasaan Nuri yang membiasakan dirinya tertidur lelap dari sore hingga menjelang pagi seperti biasa.
Berdiri di bawah air shower, Nuri terpikirkan tentang Dika yang masih belum di beri kesempatan untuk menyentuh dirinya, apalagi malampertama sudah terlewatkan begitu saja. Meski Dika sangat mencintainya, tapi Nuri kecewa pada dirinya sendiri yang sama sekali tidak bisa mengendalikan rasa kantuknya sama sekali.
Keluar dati kamar mandi, Nuri terkejut ketika melihat Dika sudah bangun dari tidurnya dusuk di tepi ranjang tersenyum dan menghampirinya. Dia berjalan setelah turun dari atas tempat tidurnya. Menghirup wangi segar kwsukaan dirinya dari Nuri, mengecup leher jenjang sang istri membuat Nuri terkejut. Tapi dia membiarkan Dika menyentuh dirinya.
"Maafkan aku Ka, semalam aku ketiduran. Lain kali, kamu jamah saja aku meski tertidur," ucap Nuri.
Dika terdiam saat dia mengecup leher jwnjang basah Nuri, dia teringat akan kata-kata Nuri yang meminta Dika melakukannya meski Nuri tertidur. Seketika Dika teringat akan perbuatannya pada Raisa, menjamah gadis itu yang tak sadarkan diri. Wajah suramnya terlihat nampak jelas, dia menyesalinya, tapi lebih membuatnya tidak ingin ketika Nuri memintanya meski dalam tanpa kesadaran.
Dika mengakhiri dirinya yang mulai naik namun Nuri merubah suasana hatinya hingga dia tidak lagi mau menyentuh istrinya dan pergi masuk ke dalam kamar mandi membuat Nuri terdiam.
"Ada apa dengannya? Apa aku membuatnya kecewa?" gumam Nuri.
Nuri yang tak menyadarinya, dia pergi bersiap mengenakan pakaiannya dan keluar tanpa menunggu suaminya yang di dalam kamar mandi.
"Sialàn, kau harus tenang. Kenapa aku malah tidak bisa menyentuh istriku sendiri?" gerutu Dika berdiri di bawah shower menenangkan dirinya.
Berjalan keluar dari kamar dan menuruni tangga, terlihat keluarga Anderson sudah ada di ruang tamu menyambut kedatangannya.
"Kalian disini?" sapa Dika.
"Ya," angguk tuan Anderson dan istrinya ramah.
"Apa kabar?" tanya Dika.
"Kami sangat baik, Nak!" seru ibu Nuri bernama Ambar.
"Tahun ini akan ada festival di Swiss, perusahaanmu akan ikut serta dalam program kan?" tanya Tuan Anderson.
"Hmm, aku pertimbangkan," angguk Dika.
"Itu akan jauh lebih baik, demi menjalin hubungan erat dengan para pengusaha. Kita harus tahu batasan dan dengan siapa kita layak berhubungan," tawa Anderson.
"Pergilah dengan istrimu untuk meligat festivalnya! Dia pasti akan sangat senang!" tambah nyonya Ambar.
Dika hanya mengangguk, rasa sakit menyerang di kepalanya. Dia melihat samar Nuri yang berjalan menghampirinya.
"Kamu mau sarapan dulu, Sayang?" tanya Nuri.
"Sebaiknya aku lakukan di kantor saja, sepertinya aku lupa jika ada rapat pagi ini. Sekalian mendiskusikan tentang festival, nanti kamu siapkan saja semuanya," balas Dika.
Nuri mengangguk bahagia, dia tahu jika Dika memang pria penuh dengan ambisi. Dia jauh lebih menyukai pria besar ambisi usaha seperti Dika, apalagi Dika cukup berpengaruh di Swiss perusahaan Pratama yang dia besarkan percis seperti nama baik perusahaan dari Singapura. Ada satu pria yang menjadi idolanya dulu, pria Singapura dengan prestasi yang dia raih hingga menjadi pria ternama dan berpengaruh disana.
Mengingatnya membuat Nuri ingin memiliki suami seperti pria itu dan menjadikan Dika lebih darinya.
"Aku selalu ingij bersanding dengannya!" seru Nuri tersenyum tetahan.
"Gadis bodoh ini! Bukankah kau sudah menikahinya sekarang!" seru Anderson mengejutkan Nuri yang tertahan srnyumannya.
"Iya, maksudku. Dika memang sangat keren, tapi dia masih belum seperti priaku!" angguk Nuri.
"Kau hanya tinggal mengarahkannya saja, Dika sudah cukup berpengaruh juga dapat di andalkan dari siapapun," jelas ayah nya.
"Ya, aku akan tunjukan pada pria itu. Bahwa aku juga dapat memiliki pria yang jauh lebih baik darinya!" angguk Nuri.
Nuri semakin mencintai Dika ketika suaminya itu benar-benar berhasil menjadi sosok yang berpengaruh di banyak perusahaan Swiss, dia juga ikut serta organisasi di Swiss dan juga banyak kalangan elit yang mengenal Dika akan prestasinya dalam usaha.
Hal yang membuat Nuri sangat mencintai Dika hingga dia berharap Dika sama percis seperti pria itu.
"Sialàn, perasaan apa ini! Kenapa aku tidak bisa mengendalikannya dan membuat kepalaku sakit seperti ini!" rutuk Dika menahan rasa sakit di kepalanya.
"Tuan baik-baik saja?" tanya Sopir.
"Pergi ke vila utamaku! Aku akan menenangkan diriku!" seru Dika menutup kedua matanya menahan hal yang membuatnya sakit sekali ketika harus menahan nya saat dia menginginkannya.
Suasana hatinya hilang ketika Nuri berbicara hal itu, hal yang seharusnya tidak dia ucapkan tentang menjamahnya dalam keadaan tidak sadarkan diri, seperti apa yang dia lakukan pada Raisa saat itu. Membuat Dika terpaksa menenangkan diri di dalam kamar mandi. Namun dia tidak menduga akan semenyakitkan ini pada tubuhnya, kepalanya sedari tadi bagaikan berada di atas kapal dengan badai yang menyerangnya. Pergi ke vila utama dia lakukan setiap kaliingin menenangkan dirinya.
Namun Dika berjalan bergegas memasuki vila dan naik ke lantai atas masuk ke dalam kamar. Duduk dan merebahkan dirinya sembari memegang kepalnya yang sakit. Dia sudah memerintahkan Ben untuk menangani rapat pagi ini. Menutup kedua matanya, Dika mencoba untuk tidur dengan tenang kali ini.