Aku menarik napas panjang, lalu kehembuskan perlahan. Kuulangi berkali-kali, sampai merasa lebih tenang. Yang akan ‘berjuang’ itu Mas Arfa, tetapi kenapa aku yang sepertinya lebih deg-degan? Sejak semalam, aku sudah sulit tidur. Aku terus kepikiran bagaimana kalau hanya Nisa yang menyukai Mas Arfa, sementara orang tuaku tidak? Apalagi Ibu sudah jelas menyebut nama laki-laki lain. Duh! “Ayo, naik!” ketika ada tangan yang menggenggam tanganku, rasa gugup itu perlahan hilang. “Iya...” Aku dan Mas Arfa segara naik pesawat, dan langsung mencari tempat duduk begitu sudah di dalam. Setelah ketemu, aku memilih untuk duduk di dekat jendela. “Nda, kayaknya kamu dari tadi nggak fokus, ya?” tanya Mas Arfa beberapa saat kemud
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books